Disusun oleh:
Eka Junita Rahmawati (1610112106)
Dela Benita Ziliwu (1610112109)
Sela Kurnialita (1610112110)
Ida Sapriani (1610112115)
Fadila Fajar Apriliani (1610112202)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Seminar
Akuntansi mengenai Fraudulent Financial Reporting.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempuran. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “Fraudulent Financial Reporting”
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Debet: piutang
Credit: persediaan
6) Menghapus Persediaan (Inventory Write Off)
Penghapusan persediaan tersebut tidak benar karena hanya
untuk menutupi kekurangan stok.
Mempercantik penampilan fisik agar tampak barangnya lebih
banyak (physical padding).
3. Korupsi (Corruption)
Secara umum korupsi dapat didefinisikan dengan perbuatan yang
merugikan kepentingan umum/publik atau masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Bentuk korupsi pada suatu perusahaan:
a. Pertentangan Kepentingan (Conflict of Interest)
Bentuk korupsi ini terjadi ketika karyawan atau manjer mempunyai
kepentingan pribadi pada suatu kegiatan atau transaksi bisnis pada
organisasi dimana ia bekerja, kepentingan tersebut berlawanan dengan
kepentingan organisasinya.
b. Suap (Bribery)
Suap adalah pemberian, permohonan atau penerimaan atas sesuatu yang
bernilai untuk memengaruhi tindakan seseorang karena pekerjaannya.
Sesuatu yang bernilai tersebut dapan berupa uang, pelunasan hutang,
hiburang, fasilitas, keuntungan bisnis, janji-janji manis, pinjaman, dan
sebagainya.
Bentuk suap terdiri dari :
Komisi (Kick Back), terjadi karena da penerimaan atau pemberian
sesuatu untuk memengaruhi keputusan bisnis. Pada kasus ini terjadi
kolusi antara pegawai dengan rekanan (misalnya pada saat
pembelian) kolusi tersebut bisa dalam bentuk pembuatan faktur
palsu, melakukan pembelian fiktif, atau membuat faktur yang di
mark up (digelembungkan).
Kecurangan untuk memenangkan lelang (Bid Rigging),
dilakukan untuk memenangkan salah satu penawar dari beberapa
penawaran yang ikut lelang. Bila kecurangan tersebut berhasil,
penawar yang menang memberi sesuatu yang bernilai kepada panitia
lelang. Dlam hal ini semua peminat diberi kesempatan ikut
memasukkan penawaran. Dibalik itu ada kolusi atau persekongkolan
antara penawar tertentu dengan panitia lelang. Cara berkolusi antara
lain dengan memberi spesifikasi teknis dan informasi penting lain
yang bersifat rahasia kepada rekanan yang berkolusi.
Pemberian Tidak Sah (Illegal Grativities)
Pemberian tidak sah adalah pemberian sesuatu yang bernilai kepada
seseorang karena keputusan yang diambil oleh seseorang.
Keputusan itu berdampak memberi keuntungan kepada pemberi
sesuatu yang bernilai tersebut.
Pemerasan Ekonomi (Economic Ecortion)
Pada bentuk korupsi ini, karyawan minta pembayaran dari rekanan
(vendor) atau keputusan yang diambil yang menguntungkan rekanan
(vendor) tersebut. Caranya dengan jalan menakut-nakuti, dengan
ancaman atau bujukan.
4. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer (Computer Fraud)
Menurut Stanford Research International yang diungkap oleh G. Jack
Balogna dalam bukunya Fornsic Accounting diungkap mulai tahun 1958,
kejahatan waktu itu dikelompokkan dalam :
Perusakan komputer
Pencurian informasi dan harta kekayaan
Kecurangan keuangan atau pencurian kas
Penggunaan atau penjualan jasa komputer secara tidak sah
Terjadi perkembangan kejahatan pad bidang komputer, contohnya :
Menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan atau
memasukkan data palsu.
Salah memposting atau memposting sebagian transaksi saja.
Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancurkan, atau
mencuri keluaran.
Merusak program misalnya mengambil uang dari banyak rekening
dalam jumlah kecil.
Mengubah dna menghilangkan master file.
Mengabaikan pengendalian intern untuk memperoleh akses
informasi rahasia.
Melakukan sabotase
Mencuri waktu penggunaan komputer.
Melakukan pengamatan elektronik dari data pada saat dikirim.
Kronologi
Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan
laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs
Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang
menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan
polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan
2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat
merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait
pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait
kisruh laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor
yang memeriksa keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional).
Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP
merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang menuai polemik.
2 Mei 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau
perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda
ini juga mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi
Karya Sumadi.
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata
Aero Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada
tanggal 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai
berani menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan
yang masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari
jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya
dibayarkan Mahata.
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari
OJK terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat
itu telah berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan
lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan, Garuda
Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun
sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada
maskapai berlambang burung Garuda itu.
Pembahasan
Analisis 5 w + 2 H
1. What?
2. Where?
3. Who?
4. When?
5. Why?
6. How?
7. How Much?
1. Berdasarkan Pengertian
2. Berdasarkan Jenis
4. Berdasarkan Pencegahan
Untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain
dengan cara –cara berikut :