Anda di halaman 1dari 28

Seminar Akuntansi

Fraudulent Financial Reporting

Disusun oleh:
Eka Junita Rahmawati (1610112106)
Dela Benita Ziliwu (1610112109)
Sela Kurnialita (1610112110)
Ida Sapriani (1610112115)
Fadila Fajar Apriliani (1610112202)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembnagunan Nasional “Veteran” Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Seminar
Akuntansi mengenai Fraudulent Financial Reporting.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempuran. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “Fraudulent Financial Reporting”
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada semua pihak.

Jakarta, Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

A. Pengertian Fraudulent Financial Reporting ................................................. 1


B. Jenis-Jenis Fraudulent Financial Reporting ................................................ 2
C. Metode, Dampak, dan Alasan Terjadinya Fraudulent Financial Reporting 9
D. Kasus Fraudulent Financial Reporting ........................................................ 11
E. Upaya Meminimalisir Fraudulent Financial Reporting .............................. 17

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 25


A. Pengertian Fraudulent Financial Reporting
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu
atau lebih dalam manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk
memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (IAPI,
2013). Fraud pada dasarnya merupakan serangkaian ketidakberesan
(irregularities) dan perbuatan melawan hukum (illegal act) yang dilakukan oleh
orang luar atau orang dalam perusahaan guna mendapatkan keuntungan dan
merugikan orang lain. Menurut Pusdiklatwas BPKP (2002), fraud adalah suatu
perbuatan melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang-orang
dari dalam atau dari luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung atau tidak langsung
merugikan pihak lain.
Kecurangan yang dilakukan oleh manager perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangan disebut dengan fraud. Sedangkan, praktik kecurangan
pelaporan keuangan itu sendiri lebih dikenal dengan Fraudulent Financial
Reporting atau Kecurangan Pelaporan Keuangan. Fraudulent Financial
Reporting menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE,
2014) sebagai berikut: “The deliberate misrepresentation of the financial
condition of an enterprise accomplished through the intentional
misstatement or omission of amounts or disclosures in the financial statements
in order to deceive financial statement users.” Yang dimaksudkan sebagai
kekeliruan yang disengaja dari kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dilakukan melalui perbuatan salah saji yang disengaja atau kelalaian dari
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk menipu pengguna
laporan keuangan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Fraudulent Financial Reporting adalah perilaku yang disengaja atau ceroboh,
baik dengan tindakan atau penghapusan yang menghasilkan laporan keuangan
yang menyesatkan (bias). Fraudulent Financial Reporting yang terjadi disuatu
perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independent.
Penyebab Fraudulent Financial Reporting antara lain:
1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen
oendukung atas laporan keuangan yang disajikan
2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang
signifikan dalam laporan keuangan
3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang
berhubungan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian dan pengungkapan
(disclosure)
Fraudulent Financial Reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara
manajemen dengan auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah
adnaya kolusi tersebut, maka perlu dilakukan rotasi auditor independent dalam
melakukan audit suatu perusahaan.

B. Jenis-Jenis Fraudulent Financial Reporting


Menurut Axamination Manual (2006) dari Association of Certified Fraud
Examiner, fraud (kecurangan) terdiri atas:
1. Kecurangan Laporan (Fraudulent Statement)
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan dilakukan dengan menyajikan laporan
keuangan lebih baik dari sebenarnya (over statement) dan lebih buruk dari
sebenarnya (under statement). Laporan keuangan over stated dilakukan
dengan melaporkan aset dan pendapatan lebih besar dari yang sebenarnya.
Kecurangan ini bertujuan :
1. Meningkatkan nilai kekayaan untuk mendapatkan keuntungan melalui
penjualan saham, karena nilainya naik.
2. Untuk mendapatkan sumber pembiayaan atau memperoleh persyaratan
yang lebih menguntungkan, dalam kaitannya untuk kredit perbankan
atau kredit lembaga keuangan lain.
3. Untuk menggambarkan rentabilitas atau perolehan laba yang lebih baik.
4. Untuk menutupi ketidakmampuan dalam menghasilkan uang/kas.
5. Untuk menghilangkan persepsi negatif pasar.
6. Untuk memperoleh penghargaan/bonus karena kinerja perubahan baik.
Kejadian penting yang seharusnya diungkap antara lain:
1. Perusahaan pada tahun buku yang dilaporkan dalam laporan keuangan
terlibat perkara di pengadilan dan apabila nanti kalah terkena kewajiban
yang sangat material.
2. Lokasi usaha (misalnya berupa pabrik) terkena ketentuan tata kota
sehingga pabrik harus dipindah/ditutup.
3. Penilaian aset tidak tepat (inproper asset valuation) yaitu penilaian yang
tidak sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum dengan sengaja agar
laporan keuangan tampak lebih baik dari yang sebenarnya.
Pada sisi lain, kecurangan laporan keuangan dilakukan untuk menekan
laba (revenue understatement) dalam rangka menghindari atau
memperkecil pengenaan pajak penghasilan badan yang akan diuraikan pada
uraian korupsi bidang perpajakan.

2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)


Kecurangan penyalahgunaan aset terdiri atas :
a. Kecurangan Kas
1) Kecurangan Penerimaan Kas (Skimming)
Pencurian terhadap penerimaan kas yang belum
dicatat (skimming):
 Pendapatan Negara tidak dilaporkan
/dicatat (unrecorded) atau dilaporkan lebih
kecil (understates).
 Piutang dihapus padahal piutang tersebut sebetulnya tidak
dihapus tetapi ditagih dan tidak dilaporkan (write off
schemes).
 Pengambilan uang hasil penagihan untuk sementara waktu
dengan menunda pencatatan penerimaannya (lapping
schemes).
 Pengambilan penerimaan cek dari pelanggan.
Pencurian yang sudah dicatat dipembukuan (cash lanceny) antara
lain:
 Pencurian kas tunai (cash on hand)
 Pencurian kas di Bank (cash in Bank)
 Mencuri kas dengan membuat kesalahan perhitungan atau
kesalahan pembukuan dengan sengaja.
2) Kecurangan Pengeluaran Kas (Fraudulent Disbursement)
Kecurangan penagihan (Billing Schemes), dengan memasukkan
dokumen tagihan atau invoice pengadaan barang, sehingga tagihan
lebih tinggi (mark up) atau tagihan fiktif dengan cara:
 Menciptakan rekanan fiktif melalui perusahaan papan
nama (shell company).
 Melakukan pembayaran ganda atas pembayaran yang lebih
tinggi kemudian diminta kembali secara pribadi kelebihan
pembayaran tersebut (pay and return).
 Meninggikan tagihan dari rekanan (overbilling).
Kecurangan penggantian biaya (expense reimbursement
schemes) adalah kecurangan pengeluaran kas dengan
memanipulasi penggantian biaya antara lain dengan cara:
 Meninggikan biaya (overslated expense) dari yang
sebenarnya dikeluarkan sehingga penggantian biaya yang
diterima lebih tinggi, dari yang benar-benar dikeluarkan.
 Penggantian biaya atas biaya-biaya fiktif (fictitious expense
schemes) antara lain dengan cara membuat kwitansi palsu.
 Kecurangan penggantian biaya berulang-ulang (multiple
reimbursement).
Kecurangan pembayaran gaji/upah (payroll schemes) dengan cara
memalsukan dokumen pendukung pembayaran gaji/upah berupa
catatan waktu kerja atau memalsukan informasi yang ada dalam
catatan gaji/upah serta menciptakan pegawai fiktif.

b. Penyalahgunaan Persediaan dan Aset Lain (Inventory and Other


Assets Misappropriation)
Kecurangan persediaan barang dan aset lainnya terdiri dari
pencurian (lancery) dan penyalahgunaan (misuse). Lancery
scheme dimaksudkan sebagai pengambilan persediaan/barang di
gudang karena penjualan atau pemakaian, untuk perusahaan, tanpa ada
upaya untuk menutupi pengambilan tersebut dalam akuntansi atau
catatan gudang.
1) Penjualan Fiktif (Fictitious Sell), dengan cara:
• Kolusi dengan pihak ketiga yang mengambil barang tapi tidak
diproses (tanpa pembayaran).
• Menjual dengan discount tidak wajar.
2) Aset Requisition and Transfer Schemes, dengan cara:
• Pemindahan aset ke lokasi lain dengan dokumen intern resmi,
barang kemudian dicuri.
• Permintaan material untuk proyek jumlah yang diminta
di mark-up.
• Menciptakan proyek fiktif untuk mencuri material.
• Memalsukan formulir permintaan barang.
3) Kecurangan Pembelian dan Penerimaan (Purchasing &
Receiving Schemes),dilakukan dengan cara:
 Membeli barang yang tidak diperlukan.
 Pembelian aset kemudian dicuri.
4) Memalsukan Penerimaan Barang (False Inventory Receive
Recent)
• Petugas penerima memalsukan catatan penerimaan (dicatat
lebih kecil).
• Memalsukan penjualan dan pengapalannya (false sales &
shipment scheme).
• Dibuat dokumen penjualan palsu, pelaku mengirim ke pembeli
fiktif.
• Catatan persediaan dipalsukan agar sama dengan fisiknya
5) Membuat jurnal palsu, untuk menutupi ketekoran persediaan
Debet: harga pokok penjualan
Credit: persediaan

Debet: piutang
Credit: persediaan
6) Menghapus Persediaan (Inventory Write Off)
 Penghapusan persediaan tersebut tidak benar karena hanya
untuk menutupi kekurangan stok.
 Mempercantik penampilan fisik agar tampak barangnya lebih
banyak (physical padding).

3. Korupsi (Corruption)
Secara umum korupsi dapat didefinisikan dengan perbuatan yang
merugikan kepentingan umum/publik atau masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Bentuk korupsi pada suatu perusahaan:
a. Pertentangan Kepentingan (Conflict of Interest)
Bentuk korupsi ini terjadi ketika karyawan atau manjer mempunyai
kepentingan pribadi pada suatu kegiatan atau transaksi bisnis pada
organisasi dimana ia bekerja, kepentingan tersebut berlawanan dengan
kepentingan organisasinya.

contohnya: Manajer suatu perusahaan di bidang pembelian ternyata


memiliki perusahaan yang bertindak sebagai pemasok barang (penjual)
pada perusahaan tempat ia bekerja. Sebagai pegawai perusahaan, ia
harus membeli barang dengan harga murah dan kualitas terjamin,
sedangkan selaku pemilik perusahaan pemasok, ia harus memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Karena ada kepentingan berlawanan
maka pelaku dapat melakukan kecurangan antara lain:
 Mengarahkan secara terus menerus untuk membeli barang ke
perusahaannya.
 Mengarahkan spesifikasi teknis barang yang akan dibeli.
 Membatasi persaingan dengan mengatur prakualifikasi dan
memberikan informasi penting dan rahasia sehingga meskipun
dilakukan tender, akan dimenangkan oleh perusahaannya.

b. Suap (Bribery)
Suap adalah pemberian, permohonan atau penerimaan atas sesuatu yang
bernilai untuk memengaruhi tindakan seseorang karena pekerjaannya.
Sesuatu yang bernilai tersebut dapan berupa uang, pelunasan hutang,
hiburang, fasilitas, keuntungan bisnis, janji-janji manis, pinjaman, dan
sebagainya.
Bentuk suap terdiri dari :
 Komisi (Kick Back), terjadi karena da penerimaan atau pemberian
sesuatu untuk memengaruhi keputusan bisnis. Pada kasus ini terjadi
kolusi antara pegawai dengan rekanan (misalnya pada saat
pembelian) kolusi tersebut bisa dalam bentuk pembuatan faktur
palsu, melakukan pembelian fiktif, atau membuat faktur yang di
mark up (digelembungkan).
 Kecurangan untuk memenangkan lelang (Bid Rigging),
dilakukan untuk memenangkan salah satu penawar dari beberapa
penawaran yang ikut lelang. Bila kecurangan tersebut berhasil,
penawar yang menang memberi sesuatu yang bernilai kepada panitia
lelang. Dlam hal ini semua peminat diberi kesempatan ikut
memasukkan penawaran. Dibalik itu ada kolusi atau persekongkolan
antara penawar tertentu dengan panitia lelang. Cara berkolusi antara
lain dengan memberi spesifikasi teknis dan informasi penting lain
yang bersifat rahasia kepada rekanan yang berkolusi.
 Pemberian Tidak Sah (Illegal Grativities)
Pemberian tidak sah adalah pemberian sesuatu yang bernilai kepada
seseorang karena keputusan yang diambil oleh seseorang.
Keputusan itu berdampak memberi keuntungan kepada pemberi
sesuatu yang bernilai tersebut.
 Pemerasan Ekonomi (Economic Ecortion)
Pada bentuk korupsi ini, karyawan minta pembayaran dari rekanan
(vendor) atau keputusan yang diambil yang menguntungkan rekanan
(vendor) tersebut. Caranya dengan jalan menakut-nakuti, dengan
ancaman atau bujukan.
4. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer (Computer Fraud)
Menurut Stanford Research International yang diungkap oleh G. Jack
Balogna dalam bukunya Fornsic Accounting diungkap mulai tahun 1958,
kejahatan waktu itu dikelompokkan dalam :
 Perusakan komputer
 Pencurian informasi dan harta kekayaan
 Kecurangan keuangan atau pencurian kas
 Penggunaan atau penjualan jasa komputer secara tidak sah
Terjadi perkembangan kejahatan pad bidang komputer, contohnya :
 Menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan atau
memasukkan data palsu.
 Salah memposting atau memposting sebagian transaksi saja.
 Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancurkan, atau
mencuri keluaran.
 Merusak program misalnya mengambil uang dari banyak rekening
dalam jumlah kecil.
 Mengubah dna menghilangkan master file.
 Mengabaikan pengendalian intern untuk memperoleh akses
informasi rahasia.
 Melakukan sabotase
 Mencuri waktu penggunaan komputer.
 Melakukan pengamatan elektronik dari data pada saat dikirim.

C. Metode, Dampak, dan Alasan Terjadinya Fraudulent Financial Reporting


1. Metode Fraudulent Financial Reporting

Cara-cara untuk mewujudkan jenis kecurangan diatas, antara lain dengan


memasukkan dalam laporan keuangan:

a. Penghasilan /pendapatan fiktif (fictious revenue)


b. Penilaian akhir atas aset tiibadak tepat
c. Menyembunyikan kewajiban (concealed liabilities)
d. Mencatat aktiva pasiva pendapatan dan biaya pada periode akuntansi
yang tidak tepat (timing deference). Biaya pendapatan tahun berjalan
digeser ke tahun sebelumnya atau sesudahnya. Sebaliknya
pendapatan tahun lalu digeser ke tahun berjalan dan pendapatan
tahun yang akan datang digeser ke tahun berjalan.
e. Menyembunyikan biaya antara lain dengan mengkapitalisasi biaya.
f. Pengungkapan laporan keuangan yang tidak tepat (improper
disclosures) seperti tidak diungkapkannya kewajiban
bersyarat (contingence liabilities) atau kejadian-kejadian penting
yang berpengaruh negatif terhadap pos-pos laporan keuangan.
2. Dampak Fraud Financial Report
a. Hilangnya asset organisasi, baik berujud maupun asset tak berujud
b. Mengurangi daya tahan/kelangsungan hidup organisasi
c. Hilangnya reputasi dan kredibilitas organisasi
3. Sebab Terjadinya Fraud Financial Report
a. Fraud Triangle
Menurut Fuad (2015), terdapat tiga hal yang melatarbelakangi
seseorang melakukan tindakan kecurangan (fraud) yang dikenal
dengan istilah fraud triangle, yaitu:
1) Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan
untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua
hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain
termasuk hal keuangan dan non keuangan. Terdapat empat jenis
kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat
mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability, external
pressure, personal financial need, dan financial targets.
2) Opportunity (kesempatan), yaitu situasi yang membuka
kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.
Biasanya terjadi karena pengendalian internal perusahaan yang
lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang.
Opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan
diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan upaya
deteksi dini terhadap fraud.
3) Rationalization (rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak
tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang
yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang
membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi
atau sikap (attitude) yang paling banyak digunakan adalah hanya
meminjam (borrowing) aset yang dicuri dan alasan bahwa
tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang
dicintainya.
b. Fraud Diamond
Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang
fenomena fraud atau kecurangan. Fraud diamond merupakan
penyempurnaan dari fraud triangle dengan menambahkan satu
elemen yaitu capability (kemampuan). Banyak fraud yang umumnya
bernominal besar tidak mungkin terjadi apabila tidak ada orang
tertentu dengan capability (kemampuan) khusus yang ada dalam
perusahaan.

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), sifat-sifat terkait elemen


capability (kemampuan) yang sangat penting dalam pribadi pelaku
kecurangan, yaitu:

1) Positioning. Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi


dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau
memanfaatkan kesempatan untuk penipuan.Seseorang dalam
posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi
tertentu atau lingkungan.
2) Intelligence and creativity. Pelaku kecurangan ini memiliki
pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi kelemahan
pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi,
atau akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
3) Convidence / Ego. Individu harus memiliki ego yang kuat dan
keyakinan yang besar dia tidak akan terdeteksi. Tipe
kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk
berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering
mencintai diri sendiri (narsisme).
4) Coercion. Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain
untuk melakukan atau menyembunyikan penipuan. Seorang
individu dengan kepribadian yang persuasif dapat lebih
berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan
penipuan atau melihat ke arah lain.
5) Deceit. Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan
efektif dan konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu
harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus melacak
cerita secara keseluruhan.
6) Stress. Individu harus mampu mengendalikan stres karena
melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap
tersembunyi sangat bisa menimbulkan stres.

D. Kasus Fraudulent Financial Report

Kronologi

2 April 2019 Awal Mula

Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan
laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs
Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang
menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan
polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan
2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat
merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait
pemasangan wifi yang belum dibayarkan.

30 April 2019 BEI Panggil Direksi Garuda

Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait
kisruh laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor
yang memeriksa keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional).

Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP
merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang menuai polemik.

Kendati sudah melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode


saham GIAA itu, namun Kemenkeu masih melakukan analisis terkait laporan
dari pihak auditor.

2 Mei 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda

OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau
perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda
ini juga mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi
Karya Sumadi.

3 Mei 2019 Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan


Keuangan

Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan


keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda
ini mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018
yang dinilai tidak sesuai karena memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi
8 Mei 2019 Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan
Garuda Indonesia

Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata
Aero Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada
tanggal 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai
berani menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.

Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang


sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam
Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.

21 Mei 2019 DPR Panggil Management Garuda Indonesia

Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan


Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai
keterangan oleh komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut.

Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah


Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan keuangan
yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero
Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati
secara gratis.

Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan
yang masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari
jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya
dibayarkan Mahata.

Direktur Keuangan Garuda, Fuad Rizal, menerangkan bawah laporan keuangan


2018 tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23 karena secara
substansi pendapatan dapat dibukukan sebelum kas diterima.
Fuad merujuk dari PSAK 23 yang menyatakan tiga kategori pengakuan
pendapatan yaitu penjualan barang, penjualan jasa dan pendapatan atas bunga,
royalti dan dividen. Dimana seluruhnya menyatakan kriteria pengakuan
pendapatan yaitu pendapatan dapat diukur secara andal, adanya manfaat
ekonomis yang akan mengalir kepada entitas, dan adanya transfer of risk.
14 Juni 2019 Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda
Tak Sesuai Standar

Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto


Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan
keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk laporan
keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik. Sekertaris
Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil pertemuan
dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan
standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi
dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional),
yang menjadi auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018

18 Juni 2019 BEI Tunggu Keputusan OJK

BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari
OJK terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat
itu telah berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan
lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa.

28 Juni 2019 Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK,


Kemenkeu dan BEI

Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari


berbagai pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan
keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,
auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan
Entitas Anak Tahun Buku 2018.

Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan


izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada
jajaran Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan
patungan untuk membayar denda Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda
Indonesia harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga
diharuskan membayar Rp100 juta.

Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan, Garuda
Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun
sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada
maskapai berlambang burung Garuda itu.

Pembahasan

Analisis 5 w + 2 H

1. What?

Polemik penolakan laporan keuanagan Garuda Indonesia tahun buku


2018 oleh dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan
keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

2. Where?

Di lingkungan Garuda Indonesia

3. Who?

Pelakunya antara lain: manajemen Garuda Indonesia, Akuntan Publik


(AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan

4. When?

Pelaporan laporan keuangan tahun buku 2018

5. Why?

Penolakan dilakukan karena Garuda Indonesia memasukan keuntungan


dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai
berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki
utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan. Sehingga, Garuda
Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau
setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini
melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta.

6. How?

Penandatanganan kerja sama antara Garuda dan Mahata dicatat sebagai


utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan
dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan. Pengakuan
pendapatan tersebut berdasarkan PSAK 23 tentang pendapatan. Laporan
keuangan telah sesuai dengan PSAK 23 karena secara substansi
pendapatan dapat dibukukan sebelum kas diterima. PSAK 23 yang
menyatakan tiga kategori pengakuan pendapatan yaitu penjualan barang,
penjualan jasa dan pendapatan atas bunga, royalti dan dividen. Dimana
seluruhnya menyatakan kriteria pengakuan pendapatan yaitu pendapatan
dapat diukur secara andal, adanya manfaat ekonomis yang akan mengalir
kepada entitas, dan adanya transfer of risk.

7. How Much?

Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan


pendapatan yang masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari
Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil
yang seharusnya dibayarkan Mahata.

Pembahasan Terkait Materi

1. Berdasarkan Pengertian

Kasus Garuda Indonesia adalah tindakan sengaja oleh manajemen untuk


memperoleh keuntungan dengan cacra melawan hukum

2. Berdasarkan Jenis

Jenis kecurangan yang dilakukan yaitu Faudulent Financial Reporting

3. Berdasarkan Metode, Dampak danan Alasan


Metode yang digunakan yaitu mencatat pendapatan periode akuntansi
yang tidak tepat (timing deference).

Dampak yang ditumbulkan pendapatan yang belum direalisasikan sudah


diakui dan membuat laba perusahaan terlihat besar.

Alasan terjadinya kasus tersebut pemanfaatan standar yang berlaku untuk


menunjukan Garuda Indonesia dalam keadaan laba.

4. Berdasarkan Pencegahan

Membangun struktur pengendalian intern yang baik dan mematuhi


hukum yang berlaku.

E. Upaya Meminimalisir Fraudulent Financial Reporting

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan


manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat
memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu;
keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan
terhadap hukum & peraturan yang berlaku. (COSO: 1992)

Untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain
dengan cara –cara berikut :

1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik


Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas
manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin
berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai,
keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan
secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur
pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam
memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of
Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan
September 1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih
luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan
mencakup menejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 (lima)
komponen yang saling terkait yaitu :
a. Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak
suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-
orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup :
1) Integritas dan nilai etika
2) Komitmen terhadap kompetensi
3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
4) Filosofi dan gaya operasi manajemen
5) Struktur organisasi
6) Pemberian wewenang dan tanggungjawab
7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
b. Penilaian risiko (risk assessment) adalah identifikasi entitas dan
analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,
membentuk suatu dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus
dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut :
1) Perubahan dalam lingkungan operasi
2) Personel baru
3) Sistem informasi yang baru atau diperbaiki
4) Teknologi baru
5) Lini produk, produk atau aktivitas baru
6) Operasi luar negeri
7) Standar akuntansi baru
c. Pengendalian aktivitas (control activities) adalah kebijakan dari
prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan
dengan:
1) Penelaahan terhadap kinerja
2) Pengolahan informasi
3) Pengendalian fisik
4) Pemisahan tugas
d. Informasi dan komunikasi (information and communication) adalah
pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam
suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggungjawab mereka. Sistem imformasi mencakup sistem
akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas
dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran
dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern
terhadap pelaporan keuangan.
e. Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup
penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
a. Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja
priode sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang
berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan
analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan
review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit
atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan
pinjaman.
b. Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan,
kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas
aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum
(general control) dan pengendalian aplikasi (application control).
Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi
pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem,
keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi.
Pengendalian ini berlaku untuk maiframe, minicomputer dan
lingkungan pemakai akhir (end-user). Pengendalian ini membantu
menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan
diolah secara lengkap dan akurat.
c. Pengengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva,
penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses
terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program
komputer dan data files; dan perhitungan secara periodik dan
pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
pengendali.
d. Pemisahan tugas
Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan
penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi
seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus
menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan
tugasnya dalam keadaan normal.
3. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip
dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000) :
a. Keadilan (Fairness)
Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders
lainnnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan
peraturan yang berlaku.
b. Transparansi
Keterbukaan (disclosure) bagi steakholder yang terkait untuk melihat
dan memahami proses suatu pengambilan keputusan /pengelolaan
suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait pula kewajiban perusahaan
untuk mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham
/publik dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu.
c. Akuntabilitas (Accountability)
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas
distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi,
komisaris, pemegang saham dan pengawas. Di sini menyangkut pula
proses pertanggungjawaban para pengurus perusahaan atas keputusan
– keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai.
d. Tanggung jawab (Responsibility)
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan
ketentuan/peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap
lingkungan di mana perusahaan berada.
e. Moralitas
Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung
tinggi moralitas, di dalam prinsip ini terkandung unsurunsur
kejujuran, kepekaan sosial dan tanggug jawab individu.
f. Kehandalan (Reliability)
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.
g. Komitmen
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan , dan
bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnnya (duty of
loyalty) serta menurunkan risiko perusahaan.
Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The National Committee on
Coprporate Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas
bagi perusahaan untuk memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang
harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu : Pemegang Saham,
Dewan Komisaris, Direksi, Sistem Audit, Sekretaris Perusahaan,
Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), Keterbukaan,
Kerahasiaan, Informasi Orang Dalam, Etika Barusaha dan Anti
Korupsi, Donasi, Kepatuhan pada Peraturan Perundangundangan
(Proteksi Kesehatan, Keselamatan Kerja , Pelestarian Lingkungan
serta Kesempatan Kerja yang sama)

4. Mengefektifkan fungsi internal audit


Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak
akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan
saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan
dan dapat memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen
untuk mencegah terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal audit bisa efektif
membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya adalah :
a. Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang
independen dalam organisasi perusahaan dalam artikata ia tidak
boleh terlibat kegiatan operasional perusahaan dan
bertanggungjawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada top
manajemen.
b. Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara
tertulis, sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang
menjadi tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.
c. Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna
untuk :
 Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas.
 Menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan
meningkatkan performance.
 Memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit
departemen sesuai dengan requirement dari internal audit
director.
d. Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal
audit departemen. Dukungan tersebut dapat berupa :
 Penempatan internal audit departemen dalam posisi yang
independent.
 Penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik.
 Penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk
membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan –laporan
internal audit departemen dan respon yang cepat dan tegas
terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan oleh internal
auditor.
e. Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang
profesional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai
integritas serta loyalitas yang tinggi.
f. Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik. Jika
internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa
bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus
dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil
kerja internal auditor bisa mempercepat dan mempermudah
penyelesaian pekerjaan KAP.
g. Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas.
h. Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil
hak cuti.
i. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan
dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
j. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan
kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan.
k. Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian
dari luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang
dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa
sogokan dan mana yang resmi.
l. Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi
kecurangan karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan
yang biasa-biasa saja.
m. Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya
kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada
jalur yang benar.
Daftar Pustaka

IAPI. 2013. Standar Audit (SA 220)/Institut Akuntan Publik Indonesia.


Jakarta: Salemba Empat.
Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Harvindo.
Rozmita dan Nelly. 2012. Gejala Fraud Dan Peran Auditor Internal
Dalam Pendeteksian Fraud Di Lingkungan Perguruan Tinggi (Studi
Kualitatif). Banjarmasin: Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XV.
Pusdiklatwas BPKP. 2008. Etika dalam Fraud. Jakarta: BPKP.
Sawyer, B.Lawrence, Dittenhofer, Mortimer and James H. Scheiner.
2005. Sawyer’s Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: ANDI.
Albrecht, W. Steve. 2012. Fraud Examination. South Western: Cengage
Learning.
Fuad, Haris. 2015. Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Profesionalisme,
ambiguitas peran, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor. Surakarta:
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Wolfe, David T., dan Hermanson, Dana R. 2004. The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud. CPA Journal, Dec 2004, Vol.
74, Issue 12.
https://www.kajianpustaka.com/2019/03/pengertian-jenis-dan-
pencegahan-fraud.html
https://pandaibaca.wordpress.com/2017/08/11/macam-macam-
kecurangan-fraud/
https://economy.okezone.com

Anda mungkin juga menyukai