Anda di halaman 1dari 99

PBB & BPHTB

PBB
Sektor P2
• Pedesaan
• Perkotaan

Sektor P3
• Pertambangan
• Perhutanan
• Perkebunan
Dasar Hukum
• UU No. 28 Tahun 2009
• Tentang Pajak dan Retribusi Daerah
P2
• UU No 12 Tahun 1985
• Diubah menjadi UU No. 12 Tahun 1994
P3 • Tentang Perubahan Pajak Bumi dan
Bangunan
Objek Pajak P2 Ps. 77 Ayat 1
Bumi : permukaan bumi yang
meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota.

Bangunan : konstruksi teknik yang


ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan
pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota.

Kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, pertambangan, dan
perhutanan.
Objek Pajak P3 Ps. 2 Ayat 1
Bumi : permukaan bumi yang
meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada
di dalamnya.

Bangunan : konstruksi teknik yang


ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan.
Objek Yang Tidak Dikenakan PBB
Ps. 77 Ayat 3
1. Kepentingan Umum (cth : tempat ibadah, sosial, kesehatan, dll)
2. Kuburan dan peninggalan purbakala.
3. Hutan lindung/suaka alam/wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan desa.
4. Perwakilan diplomatik/konsulat.
5. Badan/organisasi internasional.
Subjek Pajak
Pasal 78

 Yang dimaksud Subjek Pajak adalah ORANG atau BADAN


yang SECARA NYATA mempunyai suatu hak atas BUMI
dan/atau memperoleh manfaat atas BUMI dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
BANGUNAN.
 Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak
disebut WAJIB PAJAK.
Dasar Pengenaan Pajak
Pasal 79 Ayat (1) & (2)

NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) adalah harga rata


– rata yang diperoleh dari transaksi jual – beli
yang terjadi secara wajar.
Apabila tidak ada transaksi jual – beli, NJOP
ditentukan dari :
- Perbandingan harga dengan OP lain sejenis
- Nilai perolehan baru
- Nilai jual OP pengganti
Klasifikasi Objek Pajak
 Yang dimaksud dengan klasifikasi Bumi dan Bangunan adalah
pengelompokan Bumi dan Bangunan menurut Nilai Jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan
penghitungan pajak yang terutang.
Faktor Penting Dalam Menentukan Klasifikasi Bumi dan
Bangunan

Bumi/Tanah Bangunan

Letak Bahan
Peruntukan Rekayasa

Pemanfaatan
Letak
Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan
dll
dll
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Sektor P2 Ps
77 Ayat 4
 Ditetapkan paling rendah Rp 10.000.000,00 untuk setiap
Wajib Pajak  PMK Terbaru: PMK No. 23 tahun 2014 sebesar
Rp12.000.000.
 Per Wajib Pajak;
 Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
 Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang
diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya
terbesar.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sektor P3 Ps 3 Ayat 3

 Ditetapkan Secara regional,  PMK Terbaru: PMK No. 23


tahun 2014 maksimal Rp 12.000.000,00 untuk setiap Wajib
Pajak
 Per Wajib Pajak;
 Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
 Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang
diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya
terbesar.
Contoh Perhitungan
WP A. NJOP s.d Rp. 500 jt
 Luas Tanah = 250m2 (NJOP = Rp 300.000/m2)
 Luas Bangunan = 200 m2 (NJOP = Rp 350.000/m2)
 Perhitungan :
 NJOP Bumi = 250m2 X Rp 300.000 = Rp 75.000.000
 NJOP Bangunan = 200m2 X Rp 350.000 = Rp 70.000.000
+
 Jumlah NJOP Bumi dan Bangunan = Rp 145.000.000
 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000
-
 NJOPKP = Rp 133.000.000
 Tarif PBB = 0,1% X NJOPKP = Rp 133.000

 PBB Terhutang sebesar Rp 133.000,-


Klasifikasi Nilai Jual Tanah
(Kelompok A)

Klas Penggolongan Nilai Jual Tanah Nilai Jual Tanah


(Rp/M2) (Rp/M2)
1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000
2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000
3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000
4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000
5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000
6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000
7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000
8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000
9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000
10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000
……
dst

14
Klasifikasi Nilai Jual Tanah
(Kelompok B)

Klas Penggolongan Nilai Jual Tanah Nilai Jual Tanah


(Rp/M2) (Rp/M2)
1 > 67.390.000 s/d 68.760.000 68.545.000
2 > 65.120.000 s/d 67.390.000 66.255.000
3 > 62.890.000 s/d 65.120.000 64.005.000
4 > 60.700.000 s/d 62.890.000 61.795.000
5 > 58.550.000 s/d 60.700.000 59.625.000
6 > 56.440.000 s/d 58.550.000 57.495.000
7 > 54.370.000 s/d 56.440.000 55.405.000
8 > 52.340.000 s/d 54.370.000 53.355.000
9 > 50.350.000 s/d 52.340.000 51.345.000
10 > 48.400.000 s/d 50.350.000 49.375.000
…….
dst

15
Klasifikasi Nilai Jual Bangunan
(Kelompok A)
Klas Penggolongan Nilai Jual BGN Nilai Jual BGN
(Rp/M2) (Rp/M2)
1 >1.034.000 s/d 1.366.000 1,200,000
2 >902.000 s/d 1.034.000 968,000
3 >744.000 s/d    902.000 823,000
4 >656.000 s/d    744.000 700,000
5 >534.000 s/d    656.000 595,000
6 >476.000 s/d    534.000 505,000
7 >382.000 s/d    476.000 429,000
8 >348.000 s/d    382.000 365,000
9 >272.000 s/d    348.000 310,000
10 >256.000 s/d    272.000 264,000
11 >194.000 s/d    256.000 225,000
12 >188.000 s/d    194.000 191,000
13 >136.000 s/d    188.000 162,000
14 >128.000 s/d    136.000 132,000
15 >104.000 s/d    128.000 116,000
16 >92.000 s/d    104.000 98,000
17 > 74.000 s/d      92.000 83,000
18 >68.000 s/d      74.000 71,000
19 >52.000 s/d      68.000 60,000
20 <=52.000 50,000 16
Klasifikasi Nilai Jual Bangunan
(Kelompok B)
Klas Penggolongan Nilai Jual BGN Nilai Jual BGN
(Rp/M2) (Rp/M2)
1 > 14.700.000 s/d 15.800.000 15.250.000
2 > 13.600.000 s/d 14.700.000 14.150.000
3 > 12.550.000 s/d 13.600.000 13.075.000
4 > 11.550.000 s/d 12.550.000 12.050.000
5 > 10.600.000 s/d 11.550.000 11.075.000
6 >   9.700.000 s/d 10.600.000 10.150.000
7 >   8.850.000 s/d   9.700.000 9.275.000
8 >   8.050.000 s/d   8.850.000 8.450.000
9 >   7.300.000 s/d   8.050.000 7.675.000
10 >   6.600.000 s/d   7.300.000 6.950.000
11 >   5.850.000 s/d   6.600.000 6.225.000
12 >   5.150.000 s/d   5.850.000 5.500.000
13 >   4.500.000 s/d   5.150.000 4.825.000
14 >   3.900.000 s/d   4.500.000 4.200.000
15 >   3.350.000 s/d   3.900.000 3.625.000
16 >   2.850.000 s/d   3.350.000 3.100.000
17 >   2.400.000 s/d   2.850.000 2.625.000
18 >   2.000.000 s/d   2.400.000 2.200.000
19 >   1.666.000 s/d   2.000.000 1.833.000
20 >   1.366.000 s/d   1.666.000 1.516.000 17
Contoh Perhitungan
WP B. NJOP > Rp. 500 jt s.d Rp1 M
 Perhitungan :
 NJOP Bumi = 500m2 X Rp 600.000 = Rp 300.000.000
 NJOP Bangunan , terdiri dari :

a. Hunian = 300m2 X Rp 500.000 = Rp 150.000.000


b. Taman = 100m2 X Rp 150.000 = Rp 15.000.000
c. Pagar = 200m X1,5mX Rp 200.000 = Rp 60.000.000 +
Total NJOP Bangunan = Rp 225.000.000
Jmlh NJOP Bumi & Bangunan = Rp 525.000.000
 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000 –
 NJOPKP = Rp 513.000.000
 Tarif PBB = 0,125% X NJOPKP = Rp 641.250

 PBB Terhutang sebesar Rp 641.250,-

18
Contoh Perhitungan
WP C. NJOP > Rp. 1M s.d Rp2 M
 Perhitungan :
 NJOP Bumi = 750m2 X Rp 1.000.000 = Rp 750.000.000
 NJOP Bangunan , terdiri dari :

a. Hunian = 500m2 X Rp 750.000 = Rp 375.000.000


b. Taman = 100m2 X Rp 200.000 = Rp 20.000.000
c. Pagar = 200m X1,5mX Rp 250.000 = Rp 93.750.000 +
Total NJOP Bangunan = Rp 448.750.000
Jmlh NJOP Bumi & Bangunan = Rp 1.238.750.000
 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000 –
 NJOPKP = Rp 1.226.750.000
 Tarif PBB = 0,160% X NJOPKP = Rp 1.962.800

 PBB Terhutang sebesar Rp 1.962.800,-

19
Contoh Perhitungan
WP D. NJOP > Rp. 2M s.d Rp. 5 M
 Perhitungan :
 NJOP Bumi = 1000m2 X Rp 1.250.000 = Rp 1.250.000.000
 NJOP Bangunan , terdiri dari :

a. Hunian = 750m2 X Rp 750.000 = Rp 562.500.000


b. Taman = 200m2 X Rp 500.000 = Rp 125.000.000
c. Pagar = 500m X1,5mX Rp 250.000 = Rp 187.500.000 +
Total NJOP Bangunan = Rp 875.000.000
Jmlh NJOP Bumi & Bangunan = Rp 2.125.000.000
 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = Rp 12.000.000 –
 NJOPKP = Rp 2.113.000.000
 Tarif PBB = 0,220% X NJOPKP = Rp 4.648.600

 PBB Terhutang sebesar Rp 4.648.600,-

20
Contoh Perhitungan PBB

OP - 1 OP - 2
Jl. Melati Jl. Mawar
NJOP tanah = Rp300 juta NJOP tanah = Rp900 juta
NJOP bng = Rp200 juta NJOP bng = Rp500 juta
NJOP t+b = Rp500 juta NJOP t + b = Rp1,4 M
NJOPTKP = 0 NJOPTKP = Rp 12 juta
NJOP utk NJOP utk
perht.PBB = Rp500 juta perht. PBB = Rp1,388 M
PBB = 0,1% x Rp500 juta PBB = 0,16% x Rp1,388 M
= Rp500.000,- = Rp2.220.800,- 21
Rp500 rb / M2
19
Perhitungan PBB atas satu objek
2 yang NJOPnya beragam
1
Misal :
Luas tanah 1 : 900 M2 ; Nilai: 900 jt
Luas tanah 2 : 900 M2 ; Nilai: 450 jt
Rp1 juta / M2
Luas tanah 1 & 2 = 1.800 M2 ; Nilai :1.350 jt
Nilai tanah / M2 = 1.350 jt : 1.800 = Rp750 rb
Nilai tanah Rp750 rb/M2 masuk Klas A.17
Utk perhitungan PBB Klas A.17= Rp802.000 / M2

NJOP tanah = 1.800 x Rp802.000 = Rp1.443.600.000,-


NJOP TKP ( asumsi ) = Rp 12.000.000,-
NJOP utk perhitungan PBB = Rp1.431.600.000,-
PBB = 0,160 % x Rp1.431.600.000 = Rp 2.290.560,-

22
Perhitungan PBB atas Rumah Susun / Apartemen 20
Contoh :
Luas Tanah : 5.000 M2 ; NJOP = Rp3.100.000,-/ M2
Bangunan hunian : 100 unit , tipe 120 ; NJOP = Rp1.200.000 / M2
Bang. sarana : Jl. lingkungan : 300 M2 ; NJOP = Rp700.000,- / M2
Parkir : 2.000 M2 ; NJOP = Rp823.000,- / M2
K. renang : 600 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2
Lift : 1.500 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2

Hitung PBB untuk 1 unit hunian


Jawab :NJOP tanah seluruhnya = Rp15.500.000.000,-
NJOP bangunan: hunian = Rp14.400.000.000,-
jalan lingkungan = Rp 210.000.000,-
tempat parkir = Rp 1.646.000.000,-
kolam renang = Rp 580.800.000,-
lift = Rp 1.452.000.000,-
NJOP bangunan seluruhnya = Rp18.288.800.000,-
NJOP tanah/unit = 120:12.000 x Rp15.500.000.000 = Rp155 juta
NJOP bang/unit = 120:12.000 x Rp18.288.800.000 = Rp182,888 jt
NJOP tanah & bangunan = Rp337.888.000,-
NJOP TKP ( asumsi ) = Rp 10.000.000,-
NJOP utk perhitungan PBB = Rp327.888.000,-
23
PBB = 0,1 % x Rp327.888.000,- = Rp327.888,-
TAHUN PAJAK, SAAT, DAN
TEMPAT YANG MENENTUKAN
PAJAK TERUTANG
Pasal 82 ayat (1), (2), (3)

Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun kalender,
yaitu dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember

Saat yang menentukan pajak terutang


Adalah menurut keadaan objek pajak pada
tanggal 1 Januari

Tempat Pajak Terutang


di wilayah Daerah (Kabupaten atau
Kotamadya) yang meliputi objek pajak.
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 84

SPOP

Tidak disampaikan Disampaikan


dalam waktu 30 hari dalam waktu 30 hari

Setelah ditegor secara SPPT


tertulis

BERDASARKAN
SKP PEMERIKSAAN/DATA LAIN
SPOP TIDAK BENAR

25
S
P
P
T
26
S
P
P
T
27
PENDAFTARAN & PENDATAAN
(Ps. 9 & 10 )

 PENDAFTARAN :
WP AKTIF mengambil,mengisi dan mengembalikan SPOP.
SPOP hrs diisi : Jelas, Benar, Lengkap
Tanda Tangan
SPOP dikirim ke KPP Pratama dlm waktu 30 hari, lewat 30 hr terbit Surat
Tegoran, SPOP kembali, terbit: SPPT,STTS,DHKP.
 PENDATAAN : FISKUS AKTIF

28 28
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
SPOP

WAJIB PAJAK
MENGISI SPOP

• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI

29
NOMOR OBJEK PAJAK (NOP)

STRUKTUR NOP
 Misalnya NOP : 31.73.050.001.004-0056.0
 Kode 31.73.050.001 adalah kode wilayah kelurahan Rawasari, kecamatan Cempaka Putih,
Jakarta Pusat
 Kode 004 adalah kode blok 004 di kelurahan tersebut
 Kode 0056 adalah nomor urut 0056 di blok tersebut
Tanda khusus : 0 adalah kode

30 30
PEMBAYARAN DAN PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN

PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN

31
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 101

DASAR PENAGIHAN

SEJAK
SEJAK
SPPT 66bulan
bulan
DD TEMPAT
TEMPAT
II PEMBAYARAN
PEMBAYARAN
TT Bank
Bank
SKP D 11bulan
bulan Tempat
Tempatlain
lainyg
yg
EE
RR ditunjuk
ditunjuk
II
MM
SSTTPP DD 11bulan
bulan AA

Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memen


uhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan perset
ujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (du
a persen) sebulan
PENDAFTARAN, PENAGIHAN, DAN SANKSI
ADMINISTRASI

DIKEM- SKPD
30 Hari BALIKA TIDAK +Denda 25%
SPOP
N Dari pokok
pajak

YA

SPPT SKPD
Ternyata SPOP tdk + denda 25 %
benar (ketetapan dari selisih pajak
kurang) terutang
6 bulan

JATUH
1 bulan
TEMPO
7h
r
STPD 1
bln TEGORAN 21 SURAT
+ bunga 2 % JATUH hr PAKSA
sebulan TEMPO
(maks 24 bln)
Paling 2X24 JAM
cepat
PERMINTAAN 10 hari
KLN SURAT PERINTAH
JADWAL & WAKTU
MELAKUKAN
PELELANGAN PENYITAAN
34
SKPDKB Pemotongan atau
SKPDSKPDKBTpemungutan oleh
SPPT pihak ketiga
SKPDN
SKPDLB
KEPUTUSAN:
Menerima
z..z..z Menolak
Maks 3 Maks. Menambah
bln sejak KEPALA 12 bln [Pasal 104 (2)]
diterima DAERAH
SKPD
SK
KEBERATAN
PASAL 105
Maks. 3 bln sejak SK
Keberatan diterima

BANDING

Wajib Pajak Pengadilan Pajak

(Menolak)

Wajib Pajak
(Menerima) PEMBAYARAN
Dasar Hukum Pasal 107 UU No 28 Tahun 2009
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena
jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan
SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau
STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau
kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
 
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa
bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal
sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STPD;

d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang


dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang
ditentukan; dan
e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan
pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi
tertentu objek pajak.
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
(Pasal 165)
Karena permohonan WP
Antara lain dalam hal :
Karena pengajuan •Kelebihan pembayaran
Pengurangan yang •Terlanjur bayar ttp
diterima Perolehan haknya batal
Karena keberatan/
Banding yang dikabul Dilakukan pemeriksaan
Kan sebagian atau
seluruhnya
SKPDLB
SKPDLB + bunga SKPDN
SKPDLB + bunga
2%/bln, 2%/bln apabila
Maks 24 bulan Pengembalian lewat
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 166
Hak untuk melakukan penagihan Pajak
menjadi kedaluwarsa setelah melampaui
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat
terutangnya Pajak, kecuali apabila Wajib
Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.

41
SANKSI

PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN

42
KETENTUAN PIDANA
Pasal 174 Ayat 1

KARENA ALPA

SPOP TIDAK BENAR/


TIDAK MENYAMPAIAKAN SPTD (SPOP) TIDAK LENGKAP
KEPADA PEMDA DAN/ATAU MELAMPIRKAN
KETERANGAN YANG TIDAK BENAR

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

PIDANA PENJARA PALING LAMA 1 (SATU) TAHUN DAN/ATAU


DENDA PALING BANYAK 2 (DUA) KALI JUMLAH PAJAK TERUTANG
KETENTUAN PIDANA
Pasal 174 ayat (2)

DENGAN SENGAJA

TIDAK MENYA MENGISI DENGAN


TDK BENAR/ TDK
MPAIKAN SPT LENGKAP DAN /
ATAU
D (SPOP) MELAMPIRKAN KETE
RANGAN YG TDK
BENAR

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

 PIDANA PENJARA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN,


DAN/ATAU
 DENDA PALING BANYAK 4 (EMPAT) KALI PAJAK YANG
TERUTANG
KETENTUAN PIDANA
Pasal 177

1)  Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena
kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
4.000.000,00 (empat juta rupiah).
2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan
selaku Wajib Pajak atau Wajib Retribusi, karena itu dijadikan tindak pidana
pengaduan.
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN
BANGUNAN
(BPHTB)
DASAR HUKUM
UU RI NO 28 THN 2009
TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA


NOMOR   8    TAHUN 2010
TENTANG
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
DASAR PEMUNGUTAN BPHTB
TANAH & BANGUNAN

Memenuhi kebutuhan dasar untuk papan


Komuditas strategis Alat investasi yang
menguntungkan

Keuntungan ekonomis bagi yang memperoleh hak atas tanah


R
A
AJ
W
Kontribusi kepada DAERAH dengan membayar BPHTB
Prinsip-prinsip yang diatur
dalam BPHTB

 Pemenuhan kewajiban berdasarkan sistem “Self Assessment”.


 Tarif sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).
 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan paling rendah
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), dan Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) atas
waris atau hibah wasiat .
 Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan pejabat-pejabat umum yang melanggar
ketentuan atau tidak melaksanakan kewajibannya.
 Penerimaan BPHTB merupakan penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya.
 Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan di luar ketentuan UU ini
tidak diperkenankan.

49
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH & BANGUNAN

PEMINDAHAN HAK PEMBERIAN HAK BARU

•Jual beli •Pemisahan hak


•Penunjukan pembeli dlm lelang
•Tukar Menukar
•Putusan hakim kekuatan hk tetap
•Hibah •Kelanjutan pelepasan hak
•Penggab Usaha
•Hibah wasiat •Peleburan Usaha •Diluar pelepasan hak
•W aris •Pemekaran Usaha

•Pemasukan dalam perseroan/ba •Hadiah


dan hk.
Jual Beli
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh pembeli dari penjual
(pemilik tanah dan bangunan atau kuasanya) yang terjadi melalui
transaksi jual beli, di mana atas perolehan tersebut pembeli
menyerahkan sejumlah uang kepada penjual.

51
Tukar Menukar
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diterima oleh seseorang atau
suatu badan dari pihak lain dan sebagai gantinya orang atau badan tersebut
memberikan tanah dan bangunan miliknya kepada pihak lain tersebut sebagai
pengganti tanah dan bangunan yang diterimanya.
Biasanya pada tukar-menukar tanah dan bangunan yang dipertukarkan
ditentukan nilainya masing-masing dan dibandingkan terlebih dahulu agar
tidak ada pihak yang dirugikan atas tukar menukar tersebut.

52
Hibah
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diperoleh oleh seorang
penerima hibah yang berasal dari pemberi hibah pada saat pemberi
hibah masih hidup. Penerima hibah memperoleh hak atas tanah dan
bangunan secara cuma-cuma tanpa perlu memberikan sejumlah uang
maupun suatu barang kepada pemberi hibah.

53
Hibah Wasiat

Suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas


tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum
tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal
dunia.

54
Waris

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh ahli waris dari pewaris
(pemilik tanah dan bangunan) yang berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.

55
Pemasukan Dalam Perseroan/
Badan Hukum Lainnya

Perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagai hasil pengalihan


hak atas tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan
kepada perseroan atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan
modal pada perseroan atau badan hukum lain tersebut.

56
Pemisahan Hak yang Mengakibatkan Peralihan

Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang berasal dari


pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau bangunan
oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang hak
bersama.

57
Penunjukan Pembeli Dalam Lelang

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh seseorang atau suatu
badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang
sebagaimana yang tercantum dalam risalah lelang.

58
Pelaksanaan Putusan Hakim yang Telah Mempunyai Kekuatan
Hukum Tetap

Perolehan hak sebagai pelaksanaan dari putusan hakim yang telah


mempunyai kekuatan hukum yang tetap terjadi dengan peralihan hak dari
orang pribadi atau badan hukum sebagai pihak yang semula memiliki
suatu tanah dan bangunan kepada pihak yang ditentukan dalam putusan
hakim menjadi pemilik baru tanah dan bangunan tersebut.

59
Penggabungan Usaha

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang tetap
berdiri dari badan usaha yang telah digabungkan ke dalam badan
usaha yang tetap berdiri tersebut.

60
Peleburan Usaha

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha baru
sebagai hasil dari peleburan usaha dari badan-badan usaha yang
bergabung dan telah dilikuidasi.

61
Pemekaran Usaha

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang baru
didirikan yang berasal dari aktiva badan usaha induk yang
dimekarkan.

62
Hadiah

Perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan atau


bangunan yang dilakukan oleh pribadi atau badan hukum kepada
penerima hadiah. Akta yang dibuat dapat berupa akta hibah.

63
Pemberian Hak Baru Sebagai Kelanjutan Pelepasan Hak

Pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari
negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak.

64
Pemberian Hak Baru di Luar Pelepasan Hak

Pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan
hukum dari negara menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

65
HAK MILIK
HAK GUNA USAHA DIATUR DALAM UUPA
HAK GUNA BANGUNAN (UU No. 5/1960)
HAK PAKAI

DIATUR DALAM UU RUMAH


HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN SUSUN
(UU No. 16/1985)

HAK PENGELOLAAN DIATUR DALAM PP No. 8


TAHUN 1953
Hak Atas Tanah (1)
Hak Milik : Hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
pribadi atau badan-badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hak Guna Usaha : hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan
yang berlaku.

Hak Guna Bangunan : hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan


atas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam jangka waktu yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (UUPA).

67
Hak Atas Tanah (2)
Hak Pakai : hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak
bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun : milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan
terpisah. Hak milik atas satuan rumah susun meliputi pula hak atas bagian bersama,
benda bersama, dan tanah bersama yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.

68
Hak Atas Tanah (3)
Hak Pengelolaan : hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa
perencanaan peruntukan dan panggunaan tanah, penggunaan tanah untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah
tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.

69
OP YANG TIDAK DIKENAKAN BPHTB

OBJEK PAJAK YANG DIPEROLEH :


 Perwakilan diplomatik (asas timbal balik)
 Negara untuk kepentingan umum
 Badan/perwakilan organisasi internasional.
 Orang pribadi/badan karena konversi hak/perbuatan hukumlain tanpa
perubahan nama.
 Karena wakaf
 Untuk kepentingan ibadah

70
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena konversi hak
tanpa perubahan nama

 Konversi hak adalah perubahan hak dari hak lama mejadi hak baru menurut UUPA, termasuk
pengakuan hak oleh pemerintah.
 Konversi hak ini pada dasarnya tidak merupakan peralihan hak atas tanah, karena subyek hukum
yang memiliki hak tersebut sebelum dilakukan konversi adalah sama dengan setelah dilakukannya
konversi hak.
 Yang berubah adalah jenis hak atas tanah yang dimiliki oleh subyek hukum tersebut sebagai akibat
dari dilakukannya konversi hak.
 Karena tidak ada peralihan hak maka tidak ada perolehan hak baru akibat konversi hak, sehingga
bukan merupakan obyek BPHTB.
 Sebagai contoh adalah peningkatan hak dari Hak Guna Bangunan (HGB) menjadi Hak Milik,
sepanjang pemilik hak atas tanah tersebut masih tetap sama.

71
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena perbuatan hukum
lain tanpa perubahan nama

 Undang-Undang BPHTB mengatur bahwa suatu perbuatan hukum yang mengakibatkan perolehan hak oleh
orang pribadi atau badan dengan tidak adanya perubahan nama bukan merupakan obyek BPHTB.
 Salah satu bentuk perbuatan hukum dimaksud adalah perpanjangan hak atas tanah tanpa adanya perubahan
nama yang dilaksanakan baik sebelum maupun setelah berakhirnya hak atas tanah tersebut.
 Misalnya saja Hak Guna Bangunan yang dimiliki oleh Tuan Ahmad Murba diperoleh tahun 1971 untuk
jangka waktu 30 tahun. Pada tahun 2001 HGB atas tanah tersebut berakhir. Agar Tuan Ahmad Murba tidak
kehilangan haknya atas tanah tersebut maka HGB yang dimilikinya harus diperpanjang oleh Tuan Ahmad
Murba sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Permohonan Tuan Ahmad Murba untuk memperpanjang
HGB dimaksud ke Kantor Pertanahan setempat sepanjang masih atas nama Tuan Ahmad Murba bukan
merupakan obyek BPHTB sehingga pada saat permohonan diajukan tidak ada BPHTB terutang yang harus
dibayar oleh Tuan Ahmad Murba.

72
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena wakaf

 Wakaf merupakan perbuatan hukum orang pribadi atau badan yang


memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa hak milik tanah
dan atau bangunan dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan
apapun.
 Pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan karena wakaf pada
dasarnya adalah orang atau badan yang melakukan kegiatan peribadatan,
sehingga perolehan hak ini dikecualikan dari pengenaan BPHTB.

73
5%

Misalnya : Untuk Kota Yogyakarta adalah 5%


“ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN”

DIKENAKAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

WAJIB PAJAK
Subjek Pajak
No. Jenis Perolehan Hak Subjek Pajak
1 Jual Beli Pembeli
2 Tukar menukar Pihak yang menerima tanah/bangunan yg ditukar
3 Hibah Penerima Hibah
4 Hibah Wasiat Penerima Hibah Wasiat
5 Waris Ahli Waris (Penerima Waris)
6 pemasukan dalam perseroan perseroan/badan hukum lain yang memperoleh hak atas
atau badan hukum tanah dan bangunan.
7 pemisahan hak yang orang atau badan yang ditetapkan sebagai
mengakibatkan peralihan hak penerima hak atas tanah dan bangunan
8 penunjukan pembeli dalam lelang orang/badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang
9 pelaksanaan dari putusan hakim pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan
yg mempunyai kekuatan hukum tetap dlm putusan hakim yg telah memiliki kekuatan hukum tetap.
10 penggabungan usaha badan usaha yang menjadi tempat bergabung satu atau
lebih badan usaha lain
11 peleburan usaha badan usaha yang didirikan sebagai hasil peleburan usaha
12 pemekaran usaha badan usaha yg baru didirikan sbg hasil pemekaran usaha
13 hadiah orang atau badan memperoleh hadiah
14 perolehan hak baru sebagai orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
kelanjutan pelepasan hak tanah negara yang berasal dari pelepasan hak.
15 perolehan hak baru di luar orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
pelepasan hak tanah negara yang tidak dibebani dengan hak apa pun.
76
DASAR PENGENAAN
PASAL 87
NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK
( NPOP )

HARGA TRANSAKSI NILAI PASAR NPOP TDK DIKETAHUI/


LEBIH RENDAH
NJOP

- JUAL BELI
- TUKAR MENUKAR
- PENUNJUKAN PEMBELI
- HIBAH - WARIS NJOP PBB
DLM LELANG
- PEMBERIAN HAK BARU
- dsb-nya
NPOPTKP

 NPOPTKP = Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak

 NPOPTKP  besaran tertentu dari Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) y


ang tidak dikenakan pajak

 Sejak tahun 2011 besaran NPOPTKP ditetapkan (untuk setiap kabupaten/


kota) oleh Kepala pemerintah daerah kabupaten/kota.

78
Penetapan NPOPTKP Regional per Kab/Kota

Ditetapkan oleh Bupati/Walikota


dengan Perda

paling rendah Rp300.000.000,00 paling rendah Rp60.000.000,00


untuk waris atau hibah wasiat selain perolehan hak karena
bagi orang pribadi yang masih waris & hibah wasiat
dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus
satu derajat ke atas atau ke bawah,
termasuk suami/isteri .

Pasal 87 (9) Pasal 87 (8)


UU No 28 Tahun 2009 UU No 28 Tahun 2009
79
NPOPTKP Kab/Kota di DIY Tahun 2014

No Kabupaten/Kota NPOPTKP atas perolehan hak atas (Rp)

    Waris dan Hibah Wasiat * Lainnya

    Tahun 2014 Tahun 2014

1 Kota Yogyakarta 300.000.000 60.000.000


2 Kab. Sleman 300.000.000 60.000.000
3 Kab. Bantul 300.000.000 60.000.000
4 Kab. Kulonprogo 300.000.000 60.000.000
5 Kab. Gunung Kidul 300.000.000 60.000.000
* Hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri).

80
BPHTB = (NPOP – NPOPTKP) X TARIF

ATAU
Bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :

BPHTB = (NJOP – NPOPTKP) X TARIF


Contoh Perhitungan

Pada tanggal 8 Juni 2014, “Tuan Budi” membeli tanah yang terletak di Kelurahan Maguwoharjo dari “Nona
Ani” dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP) Rp 160.000.000,00 sedangkan Nilai Jual Objek Pajak
yang digunakan sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp 150.000.000,00. Nilai Perolehan Obyek Pajak
Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak karena jual beli untuk Kota Yogyakarta adalah Rp
60.000.000,00, maka besarnya BPHTB yang terutang adalah :

 NPOP Rp 160.000.000,00
 NPOPTKP Rp 60.000.000,00 ( - )
 NPOP kena pajak Rp 100.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 100.000.000,00 Rp 5.000.000,00

82
Contoh Perhitungan BPHTB Waris

Pada Tahun 2014,Tuan C mewariskan sebidang tanah dan bangunan kepada ahli warisnya yaitu Tuan CC.
NJOP yang digunakan sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp. 400.000.000,00. NPOPTKP untuk perolehan
objek pajak karena waris yang ditetapkan untuk kabupaten di mana objek pajak berada ditetapkan sebesar Rp
300.000.000,00. Besarnya BPHTB yang terutang adalah :
 NPOP Rp. 400.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 300.000.000,00 (-)
 NPOP kena pajak Rp. 100.000.000,00
 BPHTB terutang 2,5% x Rp. 100.000.000,00 Rp. 2.500.000,00

83
SAAT PAJAK TERUTANG
 PASAL 90
•Jual beli
•Tukar menukar
•Hibah Sejak tanggal dibuat dan
•Pemasukan dalam perseroan/ ditandatanganinya akta
Badan hukum
•Pemisahan hak
•hadiah Sejak tanggal penunjukan
Pemenang lelang
Lelang
Sejak tanggal putusan
Putusan Hakim Pengadilan yang tetap
•Hibah wasiat Sejak tanggal pendaftaran
•warisan hak
Pemberian hak abru sbg Sejak tanggal diterbitkan
Kelanjutan pelepasan hak / Nya surat keputusan
Di luar pelepasan hak Pemberian hak 84
PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG

Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya
surat ketetapan

Dibayar ke Kas Daerah melalui Kantor Pos dan atau Bank BUMN atau Bank BUMD atau
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah

Tata cara pembayaran pajak diatur lebih lanjut dengan Keputusan


Menteri/Bupati/Walikota
Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas
Tanah atau/Bangunan

Wajib Pajak
Setor
ke
Bank Persepsi / Kantor Pos
Operasional V
Sebelum:
a. Akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT)/Notaris;
b. Risalah lelang untuk pembeli ditandatangani oleh Kepala Kantor Lelang / Pejabat Lelang;
c. dilakukan pendaftaran hak oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam hal:
1) pemberian hak baru;
2) pemindahan hak karena pelaksanaan Putusan Hakim, warisan
atau Hibah Wasiat
Dengan
menggunakan

Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD)
PENETAPAN PAJAK
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
Pasal 97 Ayat 1 Huruf a

Dalam jk. Waktu 5 thn Dasar Penagihan

Berdasarkan hasil (pasal 102)


pemeriksaan/keterangan lain

Fiskus SKPDKB Wajib Pajak

Pajak + bunga 2%/bln


Tidak/ Maks 24 bulan sejak saat
Kurang terhutang s/d diterbitkan
dibayar SKPDKB
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKP
DKBT) Pasal 97 Ayat 1 huruf b

Dalam jk. Waktu 5 thn


Berdasarkan hasil pemeriksaan Dasar Penagihan
(pasal 12)

SKPDKB Fiskus SKPDKBT Wajib Pajak

+ kenaikan 100%, kecuali WP


melapor sebelum pemeriksaan
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Pasal 100
Menagih pajak yang tidak/
kurang dibayar
+ bunga 2%/
Bulan, maks
24 bln sejak
Saat terhu-
Menagih pajak yang kurang
tang pajak
STPD dibayar karena salah tulis/
Hitung pada SSPD

Menagih sanksi adminis-


trasi berupa bunga dan/
Atau denda
DASAR PENAGIHAN PAJAK
Pasal 101

SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar
penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.

Harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterima oleh Wajib Pajak

Tata Cara Penagihan Pajak diatur dengan PERDA


SURAT PAKSA
Pasal 102

JUMLAH PAJAK TERUTANG

BERDASARKAN

Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding

TIDAK ATAU KURANG DIBAYAR PADA WAKTUNYA

DAPAT DITAGIH DENGAN SURAT PAKSA


KEBERATAN DAN BANDING
KEBERATAN
Pasal 103

SKBKB

SKBKBT KEPUTUSAN:
KEPALA DAERAH Menerima
SKBLB Menolak
Menambah
SKBN Maks 3 bln sejak Maks. 12 [Pasal 104 (2)]
diterima SKPD bln
BANDING
Pasal 105

WP Menerima Bayar Pajak (BHPTB)

Surat Kep Keberatan

Mengajukan Banding ke
WP Menolak
Badan Peradilan Pajak

95
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN (Pasal 165)

Karena permohonan WP
Karena pengajuan Antara lain dalam hal :
Pengurangan yang •Kelebihan
Kelebihan pembayaran
pembayaran
diterima •Terlanjur bayar ttp
Perolehan
Perolehan haknya
haknya batal
batal
Karena keberatan/
Banding
Banding yang
yang dikabul
dikabul
Kan sebagian atau
seluruhnya
seluruhnya Dilakukan pemeriksaan

SKPDLB SKPDLB + bunga 2%/bln,


SKPDLB + bunga
Maks 24 bulan SKPDN
2%/bln apabila
Pengembalian lewat 2 bulan
KETENTUAN BAGI PEJABAT PS. 91

WP SERAHKAN SSB
(1) PPAT PENANDA TGN AKTE

(2) PEJABAT LELANG PENAND RISALAH LELANG

(2a) PJBT YG WENANG TERBITKAN PENAND PEMBERIAN HAK


KEP PEMB HAK
PENAND PENDAFT WARIS, HIBAH, HIBAH
(3) PEJABAT PERTANAHAN WASIAT

PELAPORAN (pasal 92)

PPAT / KPPLN MELAPORKAN PEMBUATAN AKTA / RISALAH LELANG  TGL 10


BULAN BERIKUTNYA
SANKSI
PS. 93
PPAT/Notaris, PEJABAT KP2LN MELANGGAR PS 91AYAT (1) DAN (2) -

SANKSI ADM DAN DENDA Rp 7.500.000,-

PPAT/Notaris dan KP2LN MELANGGAR PS 92AYAT (1)

SANKSI ADM DAN DENDA Rp 250.000,-

KEPALA KANTOR BIDANG PERTANAHAN BERWENANG TERBITKAN PEMBERIAN HAK MELANGGAR PS 91 AYAT (3)

SANKSI MENURUT KETENTUAN PER-UU YG BERLAKU

98
Sekian, Terima Kasih

99

Anda mungkin juga menyukai