PBB
Sektor P2
• Pedesaan
• Perkotaan
Sektor P3
• Pertambangan
• Perhutanan
• Perkebunan
Dasar Hukum
• UU No. 28 Tahun 2009
• Tentang Pajak dan Retribusi Daerah
P2
• UU No 12 Tahun 1985
• Diubah menjadi UU No. 12 Tahun 1994
P3 • Tentang Perubahan Pajak Bumi dan
Bangunan
Objek Pajak P2 Ps. 77 Ayat 1
Bumi : permukaan bumi yang
meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah
kabupaten/kota.
Kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, pertambangan, dan
perhutanan.
Objek Pajak P3 Ps. 2 Ayat 1
Bumi : permukaan bumi yang
meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada
di dalamnya.
Bumi/Tanah Bangunan
Letak Bahan
Peruntukan Rekayasa
Pemanfaatan
Letak
Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan
dll
dll
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Sektor P2 Ps
77 Ayat 4
Ditetapkan paling rendah Rp 10.000.000,00 untuk setiap
Wajib Pajak PMK Terbaru: PMK No. 23 tahun 2014 sebesar
Rp12.000.000.
Per Wajib Pajak;
Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang
diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya
terbesar.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sektor P3 Ps 3 Ayat 3
14
Klasifikasi Nilai Jual Tanah
(Kelompok B)
15
Klasifikasi Nilai Jual Bangunan
(Kelompok A)
Klas Penggolongan Nilai Jual BGN Nilai Jual BGN
(Rp/M2) (Rp/M2)
1 >1.034.000 s/d 1.366.000 1,200,000
2 >902.000 s/d 1.034.000 968,000
3 >744.000 s/d 902.000 823,000
4 >656.000 s/d 744.000 700,000
5 >534.000 s/d 656.000 595,000
6 >476.000 s/d 534.000 505,000
7 >382.000 s/d 476.000 429,000
8 >348.000 s/d 382.000 365,000
9 >272.000 s/d 348.000 310,000
10 >256.000 s/d 272.000 264,000
11 >194.000 s/d 256.000 225,000
12 >188.000 s/d 194.000 191,000
13 >136.000 s/d 188.000 162,000
14 >128.000 s/d 136.000 132,000
15 >104.000 s/d 128.000 116,000
16 >92.000 s/d 104.000 98,000
17 > 74.000 s/d 92.000 83,000
18 >68.000 s/d 74.000 71,000
19 >52.000 s/d 68.000 60,000
20 <=52.000 50,000 16
Klasifikasi Nilai Jual Bangunan
(Kelompok B)
Klas Penggolongan Nilai Jual BGN Nilai Jual BGN
(Rp/M2) (Rp/M2)
1 > 14.700.000 s/d 15.800.000 15.250.000
2 > 13.600.000 s/d 14.700.000 14.150.000
3 > 12.550.000 s/d 13.600.000 13.075.000
4 > 11.550.000 s/d 12.550.000 12.050.000
5 > 10.600.000 s/d 11.550.000 11.075.000
6 > 9.700.000 s/d 10.600.000 10.150.000
7 > 8.850.000 s/d 9.700.000 9.275.000
8 > 8.050.000 s/d 8.850.000 8.450.000
9 > 7.300.000 s/d 8.050.000 7.675.000
10 > 6.600.000 s/d 7.300.000 6.950.000
11 > 5.850.000 s/d 6.600.000 6.225.000
12 > 5.150.000 s/d 5.850.000 5.500.000
13 > 4.500.000 s/d 5.150.000 4.825.000
14 > 3.900.000 s/d 4.500.000 4.200.000
15 > 3.350.000 s/d 3.900.000 3.625.000
16 > 2.850.000 s/d 3.350.000 3.100.000
17 > 2.400.000 s/d 2.850.000 2.625.000
18 > 2.000.000 s/d 2.400.000 2.200.000
19 > 1.666.000 s/d 2.000.000 1.833.000
20 > 1.366.000 s/d 1.666.000 1.516.000 17
Contoh Perhitungan
WP B. NJOP > Rp. 500 jt s.d Rp1 M
Perhitungan :
NJOP Bumi = 500m2 X Rp 600.000 = Rp 300.000.000
NJOP Bangunan , terdiri dari :
18
Contoh Perhitungan
WP C. NJOP > Rp. 1M s.d Rp2 M
Perhitungan :
NJOP Bumi = 750m2 X Rp 1.000.000 = Rp 750.000.000
NJOP Bangunan , terdiri dari :
19
Contoh Perhitungan
WP D. NJOP > Rp. 2M s.d Rp. 5 M
Perhitungan :
NJOP Bumi = 1000m2 X Rp 1.250.000 = Rp 1.250.000.000
NJOP Bangunan , terdiri dari :
20
Contoh Perhitungan PBB
OP - 1 OP - 2
Jl. Melati Jl. Mawar
NJOP tanah = Rp300 juta NJOP tanah = Rp900 juta
NJOP bng = Rp200 juta NJOP bng = Rp500 juta
NJOP t+b = Rp500 juta NJOP t + b = Rp1,4 M
NJOPTKP = 0 NJOPTKP = Rp 12 juta
NJOP utk NJOP utk
perht.PBB = Rp500 juta perht. PBB = Rp1,388 M
PBB = 0,1% x Rp500 juta PBB = 0,16% x Rp1,388 M
= Rp500.000,- = Rp2.220.800,- 21
Rp500 rb / M2
19
Perhitungan PBB atas satu objek
2 yang NJOPnya beragam
1
Misal :
Luas tanah 1 : 900 M2 ; Nilai: 900 jt
Luas tanah 2 : 900 M2 ; Nilai: 450 jt
Rp1 juta / M2
Luas tanah 1 & 2 = 1.800 M2 ; Nilai :1.350 jt
Nilai tanah / M2 = 1.350 jt : 1.800 = Rp750 rb
Nilai tanah Rp750 rb/M2 masuk Klas A.17
Utk perhitungan PBB Klas A.17= Rp802.000 / M2
22
Perhitungan PBB atas Rumah Susun / Apartemen 20
Contoh :
Luas Tanah : 5.000 M2 ; NJOP = Rp3.100.000,-/ M2
Bangunan hunian : 100 unit , tipe 120 ; NJOP = Rp1.200.000 / M2
Bang. sarana : Jl. lingkungan : 300 M2 ; NJOP = Rp700.000,- / M2
Parkir : 2.000 M2 ; NJOP = Rp823.000,- / M2
K. renang : 600 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2
Lift : 1.500 M2 ; NJOP = Rp968.000,- / M2
Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun kalender,
yaitu dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember
SPOP
BERDASARKAN
SKP PEMERIKSAAN/DATA LAIN
SPOP TIDAK BENAR
25
S
P
P
T
26
S
P
P
T
27
PENDAFTARAN & PENDATAAN
(Ps. 9 & 10 )
PENDAFTARAN :
WP AKTIF mengambil,mengisi dan mengembalikan SPOP.
SPOP hrs diisi : Jelas, Benar, Lengkap
Tanda Tangan
SPOP dikirim ke KPP Pratama dlm waktu 30 hari, lewat 30 hr terbit Surat
Tegoran, SPOP kembali, terbit: SPPT,STTS,DHKP.
PENDATAAN : FISKUS AKTIF
28 28
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
SPOP
WAJIB PAJAK
MENGISI SPOP
• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
29
NOMOR OBJEK PAJAK (NOP)
STRUKTUR NOP
Misalnya NOP : 31.73.050.001.004-0056.0
Kode 31.73.050.001 adalah kode wilayah kelurahan Rawasari, kecamatan Cempaka Putih,
Jakarta Pusat
Kode 004 adalah kode blok 004 di kelurahan tersebut
Kode 0056 adalah nomor urut 0056 di blok tersebut
Tanda khusus : 0 adalah kode
30 30
PEMBAYARAN DAN PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN
PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
31
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN
Pasal 101
DASAR PENAGIHAN
SEJAK
SEJAK
SPPT 66bulan
bulan
DD TEMPAT
TEMPAT
II PEMBAYARAN
PEMBAYARAN
TT Bank
Bank
SKP D 11bulan
bulan Tempat
Tempatlain
lainyg
yg
EE
RR ditunjuk
ditunjuk
II
MM
SSTTPP DD 11bulan
bulan AA
DIKEM- SKPD
30 Hari BALIKA TIDAK +Denda 25%
SPOP
N Dari pokok
pajak
YA
SPPT SKPD
Ternyata SPOP tdk + denda 25 %
benar (ketetapan dari selisih pajak
kurang) terutang
6 bulan
JATUH
1 bulan
TEMPO
7h
r
STPD 1
bln TEGORAN 21 SURAT
+ bunga 2 % JATUH hr PAKSA
sebulan TEMPO
(maks 24 bln)
Paling 2X24 JAM
cepat
PERMINTAAN 10 hari
KLN SURAT PERINTAH
JADWAL & WAKTU
MELAKUKAN
PELELANGAN PENYITAAN
34
SKPDKB Pemotongan atau
SKPDSKPDKBTpemungutan oleh
SPPT pihak ketiga
SKPDN
SKPDLB
KEPUTUSAN:
Menerima
z..z..z Menolak
Maks 3 Maks. Menambah
bln sejak KEPALA 12 bln [Pasal 104 (2)]
diterima DAERAH
SKPD
SK
KEBERATAN
PASAL 105
Maks. 3 bln sejak SK
Keberatan diterima
BANDING
(Menolak)
Wajib Pajak
(Menerima) PEMBAYARAN
Dasar Hukum Pasal 107 UU No 28 Tahun 2009
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena
jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan
SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau
STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau
kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa
bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal
sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STPD;
41
SANKSI
PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
42
KETENTUAN PIDANA
Pasal 174 Ayat 1
KARENA ALPA
DENGAN SENGAJA
1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena
kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
4.000.000,00 (empat juta rupiah).
2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan
selaku Wajib Pajak atau Wajib Retribusi, karena itu dijadikan tindak pidana
pengaduan.
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN
BANGUNAN
(BPHTB)
DASAR HUKUM
UU RI NO 28 THN 2009
TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
49
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH & BANGUNAN
51
Tukar Menukar
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diterima oleh seseorang atau
suatu badan dari pihak lain dan sebagai gantinya orang atau badan tersebut
memberikan tanah dan bangunan miliknya kepada pihak lain tersebut sebagai
pengganti tanah dan bangunan yang diterimanya.
Biasanya pada tukar-menukar tanah dan bangunan yang dipertukarkan
ditentukan nilainya masing-masing dan dibandingkan terlebih dahulu agar
tidak ada pihak yang dirugikan atas tukar menukar tersebut.
52
Hibah
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang diperoleh oleh seorang
penerima hibah yang berasal dari pemberi hibah pada saat pemberi
hibah masih hidup. Penerima hibah memperoleh hak atas tanah dan
bangunan secara cuma-cuma tanpa perlu memberikan sejumlah uang
maupun suatu barang kepada pemberi hibah.
53
Hibah Wasiat
54
Waris
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh ahli waris dari pewaris
(pemilik tanah dan bangunan) yang berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.
55
Pemasukan Dalam Perseroan/
Badan Hukum Lainnya
56
Pemisahan Hak yang Mengakibatkan Peralihan
57
Penunjukan Pembeli Dalam Lelang
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh seseorang atau suatu
badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang
sebagaimana yang tercantum dalam risalah lelang.
58
Pelaksanaan Putusan Hakim yang Telah Mempunyai Kekuatan
Hukum Tetap
59
Penggabungan Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang tetap
berdiri dari badan usaha yang telah digabungkan ke dalam badan
usaha yang tetap berdiri tersebut.
60
Peleburan Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha baru
sebagai hasil dari peleburan usaha dari badan-badan usaha yang
bergabung dan telah dilikuidasi.
61
Pemekaran Usaha
Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh badan usaha yang baru
didirikan yang berasal dari aktiva badan usaha induk yang
dimekarkan.
62
Hadiah
63
Pemberian Hak Baru Sebagai Kelanjutan Pelepasan Hak
Pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari
negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak.
64
Pemberian Hak Baru di Luar Pelepasan Hak
Pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan
hukum dari negara menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
65
HAK MILIK
HAK GUNA USAHA DIATUR DALAM UUPA
HAK GUNA BANGUNAN (UU No. 5/1960)
HAK PAKAI
Hak Guna Usaha : hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan
yang berlaku.
67
Hak Atas Tanah (2)
Hak Pakai : hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak
bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun : milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan
terpisah. Hak milik atas satuan rumah susun meliputi pula hak atas bagian bersama,
benda bersama, dan tanah bersama yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
68
Hak Atas Tanah (3)
Hak Pengelolaan : hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa
perencanaan peruntukan dan panggunaan tanah, penggunaan tanah untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah
tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
69
OP YANG TIDAK DIKENAKAN BPHTB
70
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena konversi hak
tanpa perubahan nama
Konversi hak adalah perubahan hak dari hak lama mejadi hak baru menurut UUPA, termasuk
pengakuan hak oleh pemerintah.
Konversi hak ini pada dasarnya tidak merupakan peralihan hak atas tanah, karena subyek hukum
yang memiliki hak tersebut sebelum dilakukan konversi adalah sama dengan setelah dilakukannya
konversi hak.
Yang berubah adalah jenis hak atas tanah yang dimiliki oleh subyek hukum tersebut sebagai akibat
dari dilakukannya konversi hak.
Karena tidak ada peralihan hak maka tidak ada perolehan hak baru akibat konversi hak, sehingga
bukan merupakan obyek BPHTB.
Sebagai contoh adalah peningkatan hak dari Hak Guna Bangunan (HGB) menjadi Hak Milik,
sepanjang pemilik hak atas tanah tersebut masih tetap sama.
71
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena perbuatan hukum
lain tanpa perubahan nama
Undang-Undang BPHTB mengatur bahwa suatu perbuatan hukum yang mengakibatkan perolehan hak oleh
orang pribadi atau badan dengan tidak adanya perubahan nama bukan merupakan obyek BPHTB.
Salah satu bentuk perbuatan hukum dimaksud adalah perpanjangan hak atas tanah tanpa adanya perubahan
nama yang dilaksanakan baik sebelum maupun setelah berakhirnya hak atas tanah tersebut.
Misalnya saja Hak Guna Bangunan yang dimiliki oleh Tuan Ahmad Murba diperoleh tahun 1971 untuk
jangka waktu 30 tahun. Pada tahun 2001 HGB atas tanah tersebut berakhir. Agar Tuan Ahmad Murba tidak
kehilangan haknya atas tanah tersebut maka HGB yang dimilikinya harus diperpanjang oleh Tuan Ahmad
Murba sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Permohonan Tuan Ahmad Murba untuk memperpanjang
HGB dimaksud ke Kantor Pertanahan setempat sepanjang masih atas nama Tuan Ahmad Murba bukan
merupakan obyek BPHTB sehingga pada saat permohonan diajukan tidak ada BPHTB terutang yang harus
dibayar oleh Tuan Ahmad Murba.
72
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan karena wakaf
73
5%
WAJIB PAJAK
Subjek Pajak
No. Jenis Perolehan Hak Subjek Pajak
1 Jual Beli Pembeli
2 Tukar menukar Pihak yang menerima tanah/bangunan yg ditukar
3 Hibah Penerima Hibah
4 Hibah Wasiat Penerima Hibah Wasiat
5 Waris Ahli Waris (Penerima Waris)
6 pemasukan dalam perseroan perseroan/badan hukum lain yang memperoleh hak atas
atau badan hukum tanah dan bangunan.
7 pemisahan hak yang orang atau badan yang ditetapkan sebagai
mengakibatkan peralihan hak penerima hak atas tanah dan bangunan
8 penunjukan pembeli dalam lelang orang/badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang
9 pelaksanaan dari putusan hakim pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan
yg mempunyai kekuatan hukum tetap dlm putusan hakim yg telah memiliki kekuatan hukum tetap.
10 penggabungan usaha badan usaha yang menjadi tempat bergabung satu atau
lebih badan usaha lain
11 peleburan usaha badan usaha yang didirikan sebagai hasil peleburan usaha
12 pemekaran usaha badan usaha yg baru didirikan sbg hasil pemekaran usaha
13 hadiah orang atau badan memperoleh hadiah
14 perolehan hak baru sebagai orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
kelanjutan pelepasan hak tanah negara yang berasal dari pelepasan hak.
15 perolehan hak baru di luar orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
pelepasan hak tanah negara yang tidak dibebani dengan hak apa pun.
76
DASAR PENGENAAN
PASAL 87
NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK
( NPOP )
- JUAL BELI
- TUKAR MENUKAR
- PENUNJUKAN PEMBELI
- HIBAH - WARIS NJOP PBB
DLM LELANG
- PEMBERIAN HAK BARU
- dsb-nya
NPOPTKP
78
Penetapan NPOPTKP Regional per Kab/Kota
80
BPHTB = (NPOP – NPOPTKP) X TARIF
ATAU
Bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :
Pada tanggal 8 Juni 2014, “Tuan Budi” membeli tanah yang terletak di Kelurahan Maguwoharjo dari “Nona
Ani” dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP) Rp 160.000.000,00 sedangkan Nilai Jual Objek Pajak
yang digunakan sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp 150.000.000,00. Nilai Perolehan Obyek Pajak
Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak karena jual beli untuk Kota Yogyakarta adalah Rp
60.000.000,00, maka besarnya BPHTB yang terutang adalah :
NPOP Rp 160.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00 ( - )
NPOP kena pajak Rp 100.000.000,00
BPHTB terutang 5% x Rp. 100.000.000,00 Rp 5.000.000,00
82
Contoh Perhitungan BPHTB Waris
Pada Tahun 2014,Tuan C mewariskan sebidang tanah dan bangunan kepada ahli warisnya yaitu Tuan CC.
NJOP yang digunakan sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp. 400.000.000,00. NPOPTKP untuk perolehan
objek pajak karena waris yang ditetapkan untuk kabupaten di mana objek pajak berada ditetapkan sebesar Rp
300.000.000,00. Besarnya BPHTB yang terutang adalah :
NPOP Rp. 400.000.000,00
NPOPTKP Rp. 300.000.000,00 (-)
NPOP kena pajak Rp. 100.000.000,00
BPHTB terutang 2,5% x Rp. 100.000.000,00 Rp. 2.500.000,00
83
SAAT PAJAK TERUTANG
PASAL 90
•Jual beli
•Tukar menukar
•Hibah Sejak tanggal dibuat dan
•Pemasukan dalam perseroan/ ditandatanganinya akta
Badan hukum
•Pemisahan hak
•hadiah Sejak tanggal penunjukan
Pemenang lelang
Lelang
Sejak tanggal putusan
Putusan Hakim Pengadilan yang tetap
•Hibah wasiat Sejak tanggal pendaftaran
•warisan hak
Pemberian hak abru sbg Sejak tanggal diterbitkan
Kelanjutan pelepasan hak / Nya surat keputusan
Di luar pelepasan hak Pemberian hak 84
PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG
Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya
surat ketetapan
Dibayar ke Kas Daerah melalui Kantor Pos dan atau Bank BUMN atau Bank BUMD atau
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah
Wajib Pajak
Setor
ke
Bank Persepsi / Kantor Pos
Operasional V
Sebelum:
a. Akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT)/Notaris;
b. Risalah lelang untuk pembeli ditandatangani oleh Kepala Kantor Lelang / Pejabat Lelang;
c. dilakukan pendaftaran hak oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam hal:
1) pemberian hak baru;
2) pemindahan hak karena pelaksanaan Putusan Hakim, warisan
atau Hibah Wasiat
Dengan
menggunakan
Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD)
PENETAPAN PAJAK
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
Pasal 97 Ayat 1 Huruf a
SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar
penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
Harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterima oleh Wajib Pajak
BERDASARKAN
Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding
SKBKB
SKBKBT KEPUTUSAN:
KEPALA DAERAH Menerima
SKBLB Menolak
Menambah
SKBN Maks 3 bln sejak Maks. 12 [Pasal 104 (2)]
diterima SKPD bln
BANDING
Pasal 105
Mengajukan Banding ke
WP Menolak
Badan Peradilan Pajak
95
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN (Pasal 165)
Karena permohonan WP
Karena pengajuan Antara lain dalam hal :
Pengurangan yang •Kelebihan
Kelebihan pembayaran
pembayaran
diterima •Terlanjur bayar ttp
Perolehan
Perolehan haknya
haknya batal
batal
Karena keberatan/
Banding
Banding yang
yang dikabul
dikabul
Kan sebagian atau
seluruhnya
seluruhnya Dilakukan pemeriksaan
WP SERAHKAN SSB
(1) PPAT PENANDA TGN AKTE
KEPALA KANTOR BIDANG PERTANAHAN BERWENANG TERBITKAN PEMBERIAN HAK MELANGGAR PS 91 AYAT (3)
98
Sekian, Terima Kasih
99