Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI INDUSTRI

KOLUSI

AMELIA CHOYA TIA ROSALIA


Definisi

Kolusi (collusion) adalah kerja sama atau kesepakatan diam-diam untuk


menipu orang lain dan mencapai keuntungan bersama bagi pihak yang
terlibat. Kesepakatan semacam itu adalah untuk menghindari
persaingan langsung, mengurangi ketidakpastian pasar dan mencapai
keuntungan yang lebih tinggi.

Kolusi adalah perilaku anti persaingan, dan oleh karena itu, biasanya
akan berada di bawah pengawasan ketat pemerintah.
 Ketentuan Umum, pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19992,
Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum
antar Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
 Kolusi dan nepotisme termasuk dalam kategori korupsi. Dimana
Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang tindak pidana
korupsi.
 Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal
sebagai kolusi tersembunyi.
Kolusi sering terjadi di pasar oligopoli. Pasar hanya terdiri
dari sedikit pemain dan masing-masing memiliki
ketergantungan strategis. Perusahaan saling mengamati dan
mempertimbangkan strategi pesaing untuk merancang
strateginya.

Faktor yang
mempengaruhi
kolusi Ketergantungan strategis itu semakin besar jika pasar terdiri
dari dua pemain (duopoli). Kesuksesan di satu perusahaan
menciptakan posisi yang tidak menguntungkan bagi pesaing.
Untuk menghindari efek yang merugikan, perusahaan
mungkin akan menjalankan kolusi diam-diam. Misalnya,
mereka saling mengungkapkan tentang harga atau strategi
komersial, untuk tujuan mengurangi persaingan di pasar.
Peluang kolusi semakin tinggi ketika:

a. Ada lebih sedikit perusahaan di pasar.


b. Perusahaan memproduksi produk serupa.
c. Perusahaan memiliki struktur biaya yang mirip
d. Permintaan ke masing-masing perusahaan relatif setara.
e. Output dan harga setiap perusahaan dapat dengan mudah
dipantau.
f. Permintaan cukup inelastis.
g. Hambatan masuk tinggi.
h. Penegakan hukum lemah.
Jenis Kolusi

Kolusi dapat mengambil berbagai bentuk yang berbeda. Berikut ini


adalah bentuk-bentuk kolusi yang umum terjadi:
• Penetapan harga seragam
• Kesepakatan untuk mengurangi tingkat produksi
• Penalti untuk potongan harga, seperti dalam pengaturan harga
vertikal
• Pertukaran informasi internal perusahaan sebelum tersedia ke
publik
• Kolusi untuk meningkatkan hambatan masuk dan mencegah pemain
baru masuk ke pasar
 Kolusi formal (formal collusion) disebut juga
dengan kartel. Para pemain membuat perjanjian
formal untuk memaksimalkan keuntungan
bersama. Mereka mungkin mengkoordinasikan
output, standar produk, pembagian wilayah Kolusi Formal
distribusi, ataupun standar produk. Tujuan
utamanya adalah untuk mempertahankan harga
tinggi. Contoh: OPEC.
 Pada kolusi diam-diam (tacit collusion),
perusahaan membuat perjanjian informal atau
berkolusi tanpa benar-benar berkomunikasi
secara langsung dengan saingan mereka.
Perjanjian diam-diam ini untuk menghindari
deteksi regulator pemerintah.
 Price leadership (penetapan harga) adalah
contoh kolusi diam-diam. Kolusi penetapan
harga sering dilakukan ketika hanya ada
beberapa pemasok di pasar (pasar oligopoli). Kolusi Diam-
Ketika tidak ada kolusi, para pemain saling
berkompetisi dan terkadang mengarah ke perang Diam
harga. Perang harga, tidak hanya merugikan
perusahaan yang terlibat tetapi juga keuntungan
seluruh perusahaan di pasar. Para pemain
kemudian berkolusi secara diam-diam. Mereka
menetapkan harga mengikuti harga pemimpin
pasar. Dengan begitu, harga tetap tinggi, meski
mereka tidak bertemu dan menyepakati harga
jual bersama.
Pada studi kasus kolusi yang terjadi di Indonesia, modus operandi/ tekni cara
yang umum dilakukan meliputi 2 (dua) macam, yaitu:
 Gratifikasi, yakni pemberian ‘hadiah’ baik berupa uang tunai maupun barang
dari pengusaha kepada oknum pejabat, baik di tingkat daerah maupun
nasional (anggota parlemen atau eksekutif) dengan tujuan oknum pejabat
tersebut ‘memuluskan’ jalan perusahaan yang dipimpin oleh pengusaha
tersebut berhasil memenangkan tender suatu proyek Pemerintah.
 Perantara (Broker), kolusi jenis ini umumnya berkaitan dengan pengadaan
barang atau jasa, di mana proses tersebut yang selayaknya dapat dilakukan
dengan mekanisme Government to Government atau Government to
Producer, harus terlebih dahulu ‘melewati’ seorang perantara yang hendak
mengambil keuntungan. Perantara atau broker ini pun biasanya terdiri dari
oknum-oknum yang memiliki jabatan atau wewenang tertentu di lembaga
Pemerintahan atau perusahaan yang terlibat
Pro dan Kontra Kolusi

Kolusi adalah bentuk praktek anti persaingan dan oleh karena itu, ilegal di
beberapa negara. Tapi, itu lebih sulit untuk dibuktikan secara hukum daripada
kartel. Kolusi merugikan kepentingan konsumen karena produsen akan
mengejar keuntungan yang maksimal bagi mereka. Dengan menghambat
persaingan, harga kemungkinan akan lebih tinggi daripada jika persaingan hadir
di pasar. Sebagai hasilnya, itu menyebabkan penurunan surplus konsumen.
Jika berlangsung lama, kolusi memberi disinsentif untuk menjadi lebih
kompetitif. Karena tekanan persaingan berkurang, mereka cenderung tidak
berusaha untuk lebih inovatif dan produktif.Beberapa negara, seperti Uni
Eropa, masih mengijinkan beberapa praktik kolutif, terutama yang
berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi seperti dalam pengembangan
standar industri, beberapa pengungkapan informasi publik dan riset dan
pengembangan bersama.

Anda mungkin juga menyukai