Anda di halaman 1dari 8

STANDAR AKUNTANSI BISNIS KOMBINASI

Perkembangan PSAK 22 Kombinasi Bisnis

Standar akuntansi kombinasi bisnis ini diatur dalam PAK 22 (Revisi 2010)
Kombinasi Bisnis yang telah mengalami penyesuaian pada tahun 2014.
Sebelumnya ketentuan kombinasi bisnis menggunakan PSAK 22 (1994)
Penggabungan Usaha. Terdapat perbedaan istilah dalam standar baru
dibandingkan dengan standar lama yaitu penggabungan usaha berubah menjadi
kombinasi bisnis PSAK 22 (Penyesuaian 2014) merupakan adopsi IFRS 3
Bussiness Combination.

PSAK 22 (1994) diterbitkan pada 7 September 1994. Pada PSAK 22 (1994)


penggabungan usaha menjelaskan dua meode penggabungan usaha yaitu metode
pembelian (purchase) dan metode penyatuan kepentingan (poolinng of interest) .
penggabungan usaha melalui akuisisi dipertanggungjawabkan dengan metode
pembelian. Metode penyatuan kepentingan (pooling of interest) digunakan untuk
penggabungan usaha yang sulit mengidentifikasi pihak pengakuisis, pemegang
saham perusahaan yang bergabung bersama-sama mengendaliakan opersi
perusahaan dan manajemen perusahaan yang bergabung menjsdi bagian
perusahaan gabungan. Metode penyatuan kepentingan, aset dan liabilitas
perusahaan yang bergabung dicatat sebesar nilai buku (tercatat).

Pada PSAK 22 (Penyesuaian 2014), penggabungan usaha hanya digunakan


metode pembelian, atau yang sekarang disebut metode akuisis. Metodepenyatuan
kepentingan tidak diperkenankan. Goodwill yang terjadi tidak lagi diamortisasi
tetapi akan diturunkan nilainya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 48 (Revisi
2013) Penurunan Nilai. Jika terjadi goodwill negatid akan diakui sebagai
pendapatan pada tanggal akuisisi.

Restrukturasi Entitas Sependali

Restrukturasi entitas sepengandali (RES) diatur khusus dalam PSAK 28 ( Revisi


2012) Kombinasi Bisnis Entitas Sepengandali. RES adalah kombinasi yang semua
entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang
sama (baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya
tidak bersifat sementara. RES tidak diatur secara khusus dalam IFRS sehingga
PSAK 38 (Revisi 2012) merupakan PSAK yang disusun oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) tanpa mengacu pada IFRS. Saat ini belum ada
ketentuan IFRS terkait transaksi entitas sepengendali.

Contoh transaksi RES misalnya, entita tidak memindahkan sebagian aset neto dari
entitas anak yang dimilikinya menjadi aset entitas induk. Entitas induk
mengalihkan sebagian hak kepemilikan anak ke entitas anak lainnya. Entitas
induk menukar kepemilikannya atas neto dalam entitas annnak dengan saham
tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain. Perubahan tersebut akan
menyebabkan perubahan bentuk hukum kepemilikan di entitas anak atau entitas
induk, tetapi bukan perubahan substansi ekonomi. Substansi ekonomi atas
transaksi tersebut tidak berubah karena dilakukan pada entitas yang dikendalikan
oleh pihak yang sama, sehingga walaupun menjadi pengalihan namun tetap akan
masuk dalam laporan keuangan konsolidsian.

Restrukturasi entitas sepengandali merupakan penagalihan bisnis yang dilakukan


dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam satu pengendalian
atau dalam satu kelompok usaha yang sama. RES bukan merupakan perubahan
kepemilikan dalam arti substansi ekonomi sehigga dalam transaksi tersebut tidak
boleh menimbulkan laba atau rugi. Metode penyusutan kepemilikan dianggap
sebagai metode paling tepat untuk mencerminkan sifat transaksi kombinasi bisnis
entitas sepengendali yang pada dasarnya tidak mengakibatkan perubahan
substansi ekonomi yang signifikan.

Metode ini juga masih digunakan dalam FASB ASC Topic 805 – Bussiness
Combination dan praktik di negara lain seperti Inggris, Hongkong, dan Singapura.
Metode penyatuan kepemilikan dianggap tidak bertentangan dengan IFRS yang
berlaku saat ini karena tidak diatur secara spesifik dalam IFRS. Saat ini IASB
sedang dalam proses memformulasikan metode akuntansi untuk tansaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali, sehingga IFRS 3 Bussiness Combination
mengeluarkan hal ini dari ruang lingkupnya.

Aspek Perpajakan dalam Kombinsi Bisnis

Pajak merupakan hal yang diperhatikan dalam proses merger dan akuisisi
perusahaan. Proses merger dan akuisis melibatkan transfer aset dan liabilitas.
Pajak penghasilan dikenakan atas selisih antara nilai buku aset dan liabilitas
dengan nilai wajar aset dan liabilitas yang dialihkan dalam proses merger dan
akuisisi.

Pajak harus dibayar oleh pihak yang melakuan pengalihan aset. Jika yang
dialihkan tanah dan bangunan akan dikenakan 5% pajal final atas nilai jual. Juka
bukan tanah dan bangunan akan dikenakan pajak penghasialn sebesr keuntungan
dari selisih nilai wajar dengan nilai bea perolehan hak tanah dan bangunan sebesar
5%.

Perusahaan yang ingin menggunakan nilai buku harus mengajukakn permohonan


kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan tujuan melakukan merger, melunasi
seluruh pajak dan memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).
Business pupose test dilakuan untuk memastikan bahwa tujuan merger untuk
menciptakan sinergi yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak
dilakukan untuk mengindarkan pajak. Direktorat Jendral Pajak melarang merger
yang menggunakan nilai buku apabila perusahaan yang menerima pengalihan
harta mengalami kerugian atau kerugiannya lebih besar dari perusahaan yang
mengalihkan hartanya.

KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN

Definisi

Pembelian entitas yang sudah ada untuk digabungkan dengan entitas yang sudah
ada diartikan sebagai proses mengombinasikan bisnis sehingga transaksi ini
dikenal dengan istilah business combination atau perna juga dikenal dengan istilah
penggabungan usaha. PSAK 22 (Penyesuaian 2014) Kombinasi Bisnis,
didefinisikan kombinasi bisnis sebagai transaksi atau peristiwa di mana sebuah
entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain. PSAK 22 (Revisi 2010)
mendefinisikan pengendalian sebagai kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh menfaat dari aktivita
entitas tersebut.

Pengendalian

Definisi pengendalian awalnya dijelaskan dalam PSAK 22 (Penyesuaian 2014)


sebagai kekukuasaan untuk mengatur keuangan dan operasi entitas yang
diakuisisi. Namun definisi pengandalian tersebut diganti dengan definisi
pengendalian seiring terbitnya PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasi dan
PSAK 22 (Penyesuaian 2014) Kombinasi Bisnis, Menurut PSAK 65, investor
mengendalikan investee ketika:

1. Investor memiliki kekuasaan (power) atas investee


2. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variabel (variable
return) dari keterlibatannya dengan invertee
3. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut
melalui kekuasaannya atas investee

Investor memiliki keuasaan atas investee ketika invertor saat ini memiliki hak
berupa kemampuan kini untuk mengarahkan aktivitas relawan. Aktivita relawan
adalah aktivitas yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil investee.
Investor dikatakan terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variabel dari
ketelibatannya dengan investee ketika inbal hasil yang akan diterima investor atas
keterlibatannya tersebut dapat bervariasi tergantung dari kenerja investee. Imbal
hasil investor dapat positif, degatif atau kombinasinya. Investor mengendalikan
investee jika investor tidak hanya memiliki kekuasaan atas investee dan eksprosur
atau hak atas imbal hasil variabel dari keterlibatannya dengan invetee, tetapi juga
memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuasaannya dalam mempengaruhi
imbal hasil investoe dari keterlibatannya dengan investee.
Contoh paling sederhana adalah investor A yang merupakan pemegang saham
mayoritas pada investee B. Sebagai pemegang saham mayoritas, investor A
memiliki kekuasaan atas investee B dari suara yang dimilikinya. Selain itu, yang
akan diterima investor A adalah dividen yang nilainnya bergantung dari kinerja
(laba) yang diperoleh investee B. Dengan kekuasaan yang dimiliki, investor A
dapat menentukan jumlah dividen yang akan diteriman dari investee B. Berbeda
halnya jika investor C yang memiliki obligasi investee B, obligasi tidak memiliki
hak suara dan imbal hasil (bunga) bersifat tetap. Oleh karena itu, investor C tidak
memiliki pengendalian atas investor B meskipun C memiliki seluruh obligasi
investee B.

Investor mengendalikan invester ketika investor terekspos atau memiliki hak atas
imbal hasil variabel dari keterlibatannya dengan invester dan memiliki
kemampuan untuk memengaruhi imbal hasil tersebut melalui kekuasaannya atas
investee. Hak imbal hasil variabel adalah dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pengendalian terjadi jika investor memiliki hak untuk
menentukan jumlah dividen yang dibagiakan. Jumlah dividen yang dibagikan
ditentukan dalam rapat umum pemegang saham. Jika pemegang saham memiliki
suara meyoritas dalam rapat umum saham makan pemegang saham tersebut dapat
menentukan kapan dan jumlah dividen yang akan dibagikan.

Mempengaruhi imbal hasil dapat juga diartikan kemampuan mempengaruhi


aktivitas relevan pada perusahaan investee. Aktivitas relevan adalah aktivitas
utama dan signifikan mempengaruhi kinerja investee. Kemampuan investor
terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variabel dari keterlibatannya dengan
investee dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut
melalui kekuasaannya atas investee.

Bisnis

Dalam transaksi kombinasi bisnis harus harus dipastikan bahwa transaksi tersebut
merupakan pembelian sebuah bisnis bukan pembelian aset perusahaan secara
terpisah. Menurut PSAK 22 (Penyesuaian 2014), bisnis adalah suatu rangkaian
terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu dikelola dengan tujuan memberikan
hasil dalam bentuk dividen, efisiensi biaya atau menfaat ekonomi lainnya secara
langsung kepada pemilik entitas. Suatu rangkaian terpadu dari kegiatan tersebut
paling tidak meliputi input, proses, dan output.

Industri perkapalan misalnya, setiap kapal berbentuk satu perusahaan. Pada


akuisisi kapal harus dipastikan bahwa akuisis tersebut terjadi atas bisnis kapal
bukan kapal sebagai aset tetap. Jika akuisisi atas kapal beserta izin usaha dan
infrasrtuktur lainnya maka akuisisi tersebut merupakan kombinasi bisnis. Namun
jika akuisisi tersebut atas kapal tanpa disertai izin usaha dan lainnya, maka
walaupun terjadi pembelian perusahaan, namun transaksi tersebut merupakan
transaksi pembelian aset tetap.

Identifikasi Kombinasi Bisnis

Entitas pertama-tama harus menentukan apakah suatu transaksi merupakan


kombinasi bisnis atau bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa
aset dan liabilitas yang diambil alih merupakan suatu bisnis. Penduan aplikasi
pada psak 22 (Penyesuaian 2014) menjelaskan lebih rinci untuk membedakan
transaksi adalah bisnis kombinasi atau penjualan aset tetap.

Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22 (Penyesuaian


2014), mengaharuskan menggunakan metode akuisisi. Pada kombinasi bisnis
dengan metode akuisisi, disyaratkan dilakukan hal-hal berikut:

1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu entitas dalam kombinsi bisnis


diidentifikasi sebagai pihak mengakuisis yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi.
2. Menentukan tanggan akuisisi. Pihak mengakuisisi mengidentifiksasi tangga
akuisisi, yaitu tanggal pihak mengakuisisi memperoleh pengendalian atas
pihak yang diakuisisi.
3. Mengakui dan mngukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih, dan kepentingan secara terpisah berupa goodwill, aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan
nonpengendali dari pihak yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi mengukur aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai
wajar pada tanggal akuisisi.
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan
diskon.

Akuntansi kombinasi bisnis terkait dengan pencatatan akuntansi untuk pihak yang
melakuan akuisisi atau pengakuisis. Dalam setiap kombinasi bisnis harus
dilakukan diidentifikasi pihak pengakuisisi. Biasanya pihak pengakuisi sisi adalah
pihak yang membeli atau mengakuisisi entitas lain. Namun dalam situasi tertentu
tidak mudah untuk menentukan pihak mana pengkuisisinya. Jika pihak
pengakuisisi sulit diidentifikasi ada beberapa kriteria yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan pihak pengakuisisi antara lain:

a. Pihak pengakuisisi biasanya dari ukuran lebih besar


b. Pihak pengakuisisi yang mengalihkan aset, saham, atau sumber daya untuk
memperoleh kepemilikan bisnis tersebut.

Namun dapat terjadi kondisi sebaliknya, pihak yang mengeluarkan aset, saham
atau sumber daya justru menjadi pihak yang diakuisisi. Kondisi ini disebut
terbalik atau reverse acquizitio.

Pada tanggal tertentu akuisis, pihak pengakuisis mengakui secara terpisah dari
goodwill, aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan
kepentingan non pengendali pihak yang diakuisisi. Untuk memenuhi kualifikasi
pengakuan dalam metode akuisisi, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas
yang diambil alih memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Memenuhi definisi aset dan liabilitas sesuai dengan Kerangkas Dasar


Penyusunan dan Penyajian Lapora Keuangan (KDPPLK) pada tanggal
akuisisi.
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak
yang diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis, bukan hasil transaksi
terpisah di luar kombinasi bisnis.
Dalam menentukakn aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil
alih memungkinkan munculnya aset dan liablitaas yang sebelumnya tidak diakui
oleh pihak yang diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset
takberwujud yang dapat diidentifikasi yang diperoleh, seperti merek, paten atau
hubungan palanggan, yang tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebagai aset
dalam laporan keuangan karena pihak yang diakuisisi mengembangkannya secara
intenal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukannya biaya terkait sebagai
beban.

Anda mungkin juga menyukai