Anda di halaman 1dari 6

AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

A. Pengakuan dan Pengukuran Aset dan Liabilitas


Dalam suatu kombinasi bisnis, akuisisi dilakukan terhadap asset dan liabilitas yang
dapat juga dihasilkan goodwill. Jika akuisisi tidak dilakukan secara penuh, maka bagian
yang tidak diakuisisi disebut kepentingan non-pengendali. Pihak pengakuisisi mengakui
secara terpisah berupa goodwill, asset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang
diambil alih dan kepentingan non pengendali dari pihak yang diakuisisi.
Pihak pengakuisisi mengukur asset teridentifikasi yang diperoleh dari liabilitas
yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Pengukuran nilai wajar asset
dan liabilitas mengacu pada PSAK 68 (2018).
B. Biaya Transaksi

Transaksi kombinasi bisnis membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya tersebut
dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan pihak yang
diakuisisi juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup biaya makelar
(finder’s fees), advis, hukum, akuntansi, penilaian dan biaya professional atau konsultan
lainnya, biaya administrasi umum dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek hutang dan
efek ekuitas.

Biaya-biaya terkait akuisisi, diakui sebagai beban pada periode saat biaya tersebut
terjadi dan jasa diterima, kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas.
Jika pihak pengakuisisi menerbitkan efek sebagi imbalan yang dialihkan dalam suatu
kombinasi bisnis, maka biaya tersebut diakui sebagai pengurang premium atau tambahan
modal disetor yang timbul atas penerbitan efek tersebut. Ketentuan ini mengacu pada
PSAK 55 (revisi 2013).

C. Imbalan yang Dialihkan


Dalam suatu kombinasi bisnis pihak pengakuisisi membayar imbalan kepada pihak
yang diakuisisi atas akuisisi yang dilakukan. Akuisisi pada prinsipnya adalah pembelian
sebuah bisnis seperti halnya pembelian suatu asset secara tunai, maka imbalan yang
dialihkan atas pembelian tersebut adalah kas.
Imbalan dalam kombinasi bisnis dapat berupa kas, asset non kas lainnya, efek
utang atau efek ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi. Imbalan yang dialihkan
dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai sebagai alat
penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas seluruh asset yang dialihkan oleh pihak
pengakuisis, liabilitas yang diambil alih oleh pihak pengakuisisi kepada pemilik pihak
yang diakuisisi sebelumnya. Jika imbalan yang dialihkan berupa kas, maka nilai wajarnya
sama dengan nilai nominalnya. Namun jika imbalan yangu dialihkan selain kas, maka
timbul konsekuensi harus diukur pada nilai wajar. Pengukuran nilai wajar ini mengacu
pada PSAK 68 (2013).

D. Goodwill
Goodwill adalah asset yang diklarifikasikan sebagai asset tak berwujud. Goodwill
muncul pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain. Goodwill akan mencerminkan
manfaat ekonomi yang timbul dari asset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang
tidak dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih tinggi
dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada saat terjadi goodwill pihak
pengakuisisi membeli dengan harga yang lebih tinggi dari nilai wajar entitas yang
diakuisisi. Pada transaksi tersebut nilai asset pihak pengakuisisi telah menunjukkan nilai
wajar pada tanggal tersebut, maka kelebihan harga beli tersebut tidak dapat
diidentifikasikan ke asset tang ada, sehingga harus diakui bentuk asset baru yaitu
goodwill. Lebih spesikfik, goodwill dihitung sebagai berikut :

Goodwill = (imbalan yg dialihkan + Kepentingan ekuitas yg sebelumnya


dimiliki oleh pihak pengakuisisi + Kepentingan non pengendali pada
pihak yg diakuisisi) – asset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas
yang diambil alih

Untuk akuisisi asset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan
pihak pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada akuisisi,
diakui dalam saldo investasi dalam laporam posisi keuangan pihak pengakuisisi dan akan
diakui secara terpisah pada laporan posisi keuangan konsolidasi. Goodwill diuji atas
penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan, terlepas ada atau tidaknya indikasi
penurunan nilai.

E. Pencatatan Transaksi Kombinasi Bisnis


Transaksi kombinasi bisnis akan dicatat oleh pihak yang diakuisisi atau pihak yang
melakukan akuisisi. Transaksi kombinasi bisnis secara umum dikategorikan transaksi
berikut :

 Entitas yang diakuisisi menjual asset bersih dan kemudian entitas tersebut dibubarkan
 Entitas yang mengakuisisi menerima asset dari entitas yang dibubarkan
 Entitas yang diakuisisi menjual asset namun entitas tidak dibubarkan
 Entitas yang mengakuisisi menerima asset dari entitas yang tidak dibubarkan
 Entitas mengakuisisi kepemilikan entitas lain dan entitas tersebut tidak dibubarkan
Jika pengakuisisi menerima asset atau sering disebut legal merger, pihak pengakuisisi
akan mengakui asset dan liabilitas pihak yang diakuisisi berdsarkan nilai wajar serta
mencatat imbalan yang diserahkan dalam rangka akuisisi tersbeut. Jika terdapat
perbedaan antara nilai perolehan dan nilai wajar asset akan diakui sebagai goodwill.
Pihak yang diakuisisi akan menerima kas dari pihak pengakuisisi, kemudian melakukan
proses likuidsi perusahaan dnegan mebagikan kas tersisa kepada pemilik perusahaan.
Akuisisi perusahaan dapat juga terjadi tanpa pembubaran pihak yang diakuisisi. Ada 2
kemungkinan transaksi yang dilakukan oleh pihak pengakuisisi yaitu dengan melakukan
transaksi langsung dengan pemegang saham atau transaksi dengan perusahaan. Jika
transaksi dilakukan dengan pemegang saham, maka transaksi ini tidak mengubah ekuitas
dan nilai asset entitas yang diakuisisi. Sehingga transaksi ini tidak dicatat oleh pihak yang
diakuisisi. Transaksi pengubahan pengendalian biasanya tidak melalui pembelian
langsung dipasar spot sehingga harus mengikuti mekanisme yang diatur di pasar modal.
Jika transaksi ini dilakukan dengan perusahaan, maka perusahaan yang diakuisisi akan
menerima uang sehingga terjadi tambahan modal.
Jika perusahaan yang diakuisisi tidak dibubarkan, maka pihak pengakuisisi akan
mencatat akuisisi tersebut sebagai investasi pada entitas anak sebesar harga perolehan dan
akan dicatat dengan mendebet investasi pada entitas anak dan mengkredit sebesar
imbalan yang diserahkan. Dalam transaksi imbalan yang diserahkan dapat berupa kas,
asset selain kas dan saham perusahaan yang mengakuisisi atau saham perusahaan lain.
Pada saat pihak pengakuisisi menyusun laporan keuangan, harus dibuat laporan keuangan
konsolidasian. Investasi pada entitas anak tersebut akan dieliminasi dengan ekuitas entitas
anak, sehingga aset dan utang entitas yang diakuisisi akan digabungkan

Contoh 1.1 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa kas


Pada 31 Desember 2015, PT Permata mengakuisisi seluruh aset bersih PT Permata dan
PT Samara pada saat itu adalah :

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2015
(dalam 000 Rupiah, kecuali per saham)

PT
  Permata PT Samara
Nilai Nilai Nilai
  Tercatat Tercatat Wajar
Kas 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 80.000 120.000
Bangunan dan
Mesin 760.000 620.000 300.000
Akumulasi
Penyusutan (380.000) (400.000)  
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa  
Nominal Rp
20.000  
  400.000  
Nominal Rp
12.000 36.000  
Tambahan
Modal disetor 320.000 20.000  
Saldo Laba 450.000 64.000  
Total Liabilitas
& Ekuitas 1.640.000 470.000  
         

PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp.352.000.000 untuk mengakuisisi aset neto


PT Samara, PT Permata mengeluarkan Rp.20.000.000 untuk biaya legal.
Atas Akuisisi tersebut, maka Goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
Imbalan yang dialihkan Rp352.000.000
Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya
Kepentingan Nonpengendali  
Jumlah Rp352.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi Rp 280.000.000
Goodwill Rp72.000.000

Aset Bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas. Tidak ada
kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT Permata tidak mengakuisisi secara
bertahap, demikian juga dengan nilai kepentingan nonpengendali karena akuisisi
dilakukakan atas seluruh aset bersih PT Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan
terhadap aset bersih sehingga pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang
dicatat oleh PT Permata :

Be
ba 20.00
n 0.000
K
a 20.00
s 0.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember
2015
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan
Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang
dialihkan) 352.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, PT Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan menghapusbukukan
seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.

Contoh 1.2 Merger : Akusisi Aset Bersih – Imalan berupa Non Kas

Berdasarkan Contoh 1.1, Seaindainya PT Permata mnerbitkan 11.000 lembar saham


biasa sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar saham PT
Permata adalah 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT Permata juga
membayar biaya penerbitan saham senilai Rp30.000.000. PT Permata akan mencatat
jurnal sebagai berikut :

31 Desember
2015
20.000.
Beban 000
BebanTangg 30.000.
uhan 000
K 50.000.
as 000
Mencatat biaya akuisisi

Anda mungkin juga menyukai