Oleh : CEA
Menerima dengan tulus ikhlas pemberianNya , serta berupaya untuk
mengembangkannya lalu berjuang untuk membalasnya merupakan bagian dari
kesyukuran yang dijanjikan kelipatan pahala yang lebih baik bagi siapapun yang
menjalaninya. Tak melainkan gadis bodoh, hina berlumpur dosa sepertiku ini.
Pendeknya aku hanyalah hamba hina yang dambakan kemulian dari apa yang
dijanjikanNya . Dan salah satu cara yang ku tempuh adalah menysukurinya lagi
menjalaninya dengan hati yang sepenuh tekad dan setulus ikhlas.
Pagi pagi sekali usai shalat subuh pekerjaan rutinku adalah wirid dilanjutkan
dengan bacaan Al Quran lalu membantu ibu menyiapkan sarapan untuk kedua adikku
yang hendak berangkat sekolah dan ayah yang beranjak kesawah. Disela pekerjaan
yang ku jalani itu aku sempatkan untuk menyapu halaman depan dan dalam dengan
bantuan adik pertamaku Winda. Sebelum mentari mulai menampakkan diri aku
membantu ibu membuka toko yang bersandingan dengan rumah kami. Selain
membuka toko dirumah, ibu juga membuka usaha kecil kecilan dengan menjajakan
makanan hasil buatannya sendiri kepasar pasar. Setelah semua beres aku
mempersiapkan diri bergegas ke kampus karena jam delapan di hari yang terjadwal
aku ada kelas.
Rumah tampak sepi setelah keberangkatan ayah dan kedua adikku Winda
berikut Dani. Setelah kepergianku nanti, ibu akan sendirian di rumah. Sesekali
sebelum berangkat aku membantu ibu jika kiranya pekerjaannya belum sepenuhnya
rampung. Dan waktu yang tersedia untukku sekitar setengah jam. Waktu yang singkat
untuk membantu ibu menjaga toko.
Menjaga toko sendirian tidaklah mengapa bagiku . Kuharap yang sedikit ini
bisa membawa keberkahan bagi toko kami yang kecil namun sederhana ini. Sambil
menunggu pembeli aku memanfaatkan waktu dengan membaca buku pelajaran yang
akan diajarkan nanti. Tak lama kemudian pembelipun datang.
“ Pagi Bu, wah tambah segar saja dari hari kehari. Pak Ahmad, beliau
bagaimana Bu keadaannya.” Sapaku kepada Bu Diyan tetangga kami yang baik hati
“ Alhamdulillah Mbak, kami sekeluarga baik baik saja. Mbak Larrunni sendiri
bagaimana?”
“ Al Hamdulillah juga baik, Ayah , ibu, Winda dan Dani juga sehat dan baik
baik saja”. Bu Diyan tampak sumringah . Berseri wajahnya mendengarkan
penjelasanku yang antusias. Meski tentang ayah yang belakangan ini sering sakit
sakitan, sengaja tidak aku beritahukan. Biarlah kami sekeluarga saja yang tahu.
1
Ia mendoakan semoga aku menjadi wanita yang sholihah, mendapat
pendamping yang sholihah lalu hidupku penuh berkah. Aku mengamini tapi
tersenyum kecut dengan doa yang kedua itu. lelaki mana yang mau dengan diriku.
Batinku sesaat.
Dan Tepat ketika Bu Diyan meninggalkan toko tiba tiba sepeda motor dari
arah timur melaju dengan kencangnya melewati toko kami yang bersebelahan jalan.
Suaranya bising dan keras sampai mengagetkan aku yang ada didalam toko. Bu Diyan
terperanjat kaget sampai bungkusan telur yang dipegangnya sedari tadi lepas dan…..
TARRRRR !!!
Bahan yang akan didiskusikan belum difoto kopi .Mbak Rina menyerahkan
tugas memfotokopi itu ke Rudi. Tapi Rudi menolak dengan alasan capek dan
menyerahkan ke sindi yang tengah asik sms an. Ia tak menjawab mau apa tidak. Dari
mimic mukanya saja sudah ketahuan kalau ia tak mau diganggu.
2
Larunni, uangnya ?! ” Aku memberi isyarat dengan menunjuk tas yang berisi
dompet. Ia mengangguk mengerti.
Di depan kantor para ikhwan sedang berkumpul. Kami mengucap salam lirih
lalu menunduk kembali dan bergegas masuk kedalam .Aku tak mau sikap kami yan
lebih dari itu menimbulkan fitnah atau hal negative yang taidak kami iningkan.
Mas Ahmad dengan harap besar memintaku untuk menjadi salah satu nara
sumber yang akan berbicara masalah “ Tantangan Wanita Muslimah Di Era
Globalisasi” di acara kajian nanti sore. Ini sangat mendadak. Melihat jadwalku
dirumah yang harus membantu ibu mengantarkan makan siang kesawah nanti,
rasanya aku ingin menolak tawaran itu. Tapi hatiku tak tega melihat mas Rafid dan
kawan kawan di BEM kecewa .selain itu ini adalah tugasku untuk menyampaikan
amanat Allah yang tak seberapa dititipkan padaku ini.
Syukurlah mbak Rina sangat pengertian sekali padaku.Ia berjanji akan mengabari
ibuku soal acara dadakan ni. Kalau perlu akan mengantarkan sampai kesawah berikut
pulangnya. Senang sekali memiliki sahabat dan teman teman yang baik hati .
Barokallah lakum…
** **
Kami berdiskusi dengan seru ,lancar dan menginspirasi. Kami benar benar
puas dengan hasil diskusi yang meski Cuma lima orang tapi hasilnya memuaskan.
Tepat setalah diskusi selesai adzan dzuhur berkumandang. Kami tahu apa yang harus
kami lakukan jika mendengar adzan.
Selepas shalat hati ini terasa sejuk dan tenang. Ketika hendak keluar, tak
sengaja mataku menoleh ke kotak yang tertempel abadi di tiang masjid bagian depan.
Aku teringat tujuh receh sisa kembalian foto kopi tadi. Segera kutunaikan sunnah
Rasul selagi aku masih diberi kesempatan.
Siang hari dimana seharusnya aku mengantar makan siang dan sarung untuk
ayah disawah aku menggantinya dengan persiapan untuk acara yang diadakan selepas
shalat Ashar nanti.Dengan bantuan laptop Mas Rafid yang terhubung dengan Wifi
kampus aku mencari bahan yang kiranya perlu. Selebihya ku cari diperpustakaan .
Dengan waktu sesingkat itu aku berjuang dengan sekuat daya ampuku untuk
menyiapkan bahan yang akan aku presentasikan nanti. Karena tidak mau membuat
yang hadir nanti kecewa maka aku harus sungguh sungguh ketika membuatnya.
** **
“ Sebelum terakhir dari pembahasa kita pada sore hari ini. Ingin saya
mengajak diri saya sendiri dan para akhwat akhwat yang ada disini untuk mencontoh
tauladan kita.Istri istri Rasulullah dan para Umi Mukminin. Mari kita saling berlomba
Pelangi Di Hati Larunni ~ P D H L - CEA
3
lomba dalam kebaikan yang dalam hal ini adalah berupaya menjadi wanita yang
sholihah .
Dengan lantang dan tegas aku menyerukan seperti saudari saudari muslimah
disegala penjuru tempat dinegri ini maupun belahan bumi yang lain. Yang intinya
berlomba lomba dalam kebaikan.Serta merta para hadirin bertepuk tangan dengan
meriah. Sampai ada yang bersiul dan berteriak teriak memuji .Aku tak mau
meladeni.Cukup senyum sewajarnya saja semoga bisa membuat mereka mengerti.
** **
Menjelang Magrib aku tiba dirumah sebelum adzan berkumandang.Aku
bergegas berganti baju setelah membersihkan diri secukupnya.Masih ada waktu untuk
mengajak adikku yang saat itu tengah asik didepan TV dan anak anak tetangga untuk
berangkat ke Musholla.
Antara Magrib dan Isya adalah waktu rutin untuk mengaji dilanggar kami.
Dengan jumlah murid seadanya aku membimbing mereka belajar membaca
Al Quran. Sesekali jika masih ada waktu ku selingi dengan cerita kisah kisah yang
penuh hikmah dan mengisnspirasi atau mengajarkan mereka kebijaksanaan-
kebijaksanaan hidup.Mereka senang sekali mendengarkan ceritaku dan selalu minta
tambah waktu. Namun Adzan Isya menyuruh mereka bungkam dan membuat kami
harus mengakhiri kegiatan rutin ini.
Selepas shalat Isya ada waktu sebentar untuk makan malam dan istirahat
sebelum mengajar les untuk anak anak tetangga. Ibu pengertian sekali .Setibanya aku
dirumah aku bisa langsung makan malam dan menyeruputt teh hangat buatannya. Aku
makan dengan lahap namun tetap menjaga ketenangan .Ibu memperhatikanku
iba.Kutahu ibu mengerti betul kondisiku yang lelah ini namun sedikitpun tak mau
kutunjukkan kalau aku lelah.Aku tak mau buat ibu sedikitpun khawatir.
Tatkala rumah kambali sepi lantaran sedari jam delapan tadi ramai oleh anak
anak yang belajar ditempatku, aku bisa baru bisa bernafas lega. Waktu yang ada ku
gunakan untuk mengulang pemahaman materi yang disampaikan Pak dosen tadi
4
pagi.Lalu mengevaluasi pekerjaanku hari ini.Berharap hari ini lebih baik dari kemarin
dan esok lebih baik dari hari ini.
Setelah kurasa cukup, aku membantu ibu dibelakang membungkusi jajan yang
akan dijual kepasar besok pagi. Tak tega aku melihat ibu sendirian dibelakang.Tak
nyaman rasanya membiarkan orang yang amat kucintai itu berlelah lelah sampai
berlarut malam dibelakang sementara aku asik dan enak tidur. Tak adil rasanya
.Sedari aku kecil ibu sudah terlalu banyak berjuang untukku. Tapi apa yang sudah aku
perbuat untuknya.
Ya !aku harus membantunya meski badan ini sudah letih aku harus terlihat
tegar dan kuat meski mata mulai sayu, tenaga semakin berkurang dan butuh isitirahat.
“ Nduk Larunni , kau istirahat saja , biar ibu sendiri saja yang bungkusin”. Ibu
dengan nalurinya bisa membaca kondisiku.Namun sebisa mungkin ku sembunyikan
kondisi asliku.“ Nggak apa apa kok Bu, Larunni justru senang bisa membantu ibu.
Justru ibulah yang harus istirahat karena besok, pagi pagi harus kepasar.” Aku
menolak dengan halus .Ibu tak sanggup menahannya meski dalam lubuk hatinya ingin
sekali aku istirahat saja.
Teringat jelas dibenakku beliau sering bangun mengadu pada yang diatas di
sepertiga malam diiringi isakan dan sesengguk tangis yang membasahi pipi halus
yang kini mulai mengkriput. Aku teringat bagaimana ibu mengasuhku, mengajariku
suatu hal yang tidak ku tahu, beliau dengan sabar menerima keadaan kami yang serba
pas pasan dan senantiasa bersabar dalam mendidik kami putra putrinya yang
terrkadang bandel dan susah diatur.
Oh ibu.. I love you so. You are the number one for me
5
Pukul 03 : 00 dini hari aku terbangun. Bergegas menyiapkan diri untuk amalan
rutinku disepertiga malam ini.Setelah beberapa rakaat kutunaikan aku melanjutkannya
dengan wirid sembari bermunajt keharibaanNya.Menunggu subuh menjelang aku
sering manfaatkan untuk membaca Al Quran, menghafal atau belajar.Namun kali ini
aku ingin menghafal karena dua hari ini hafalanku tidak menambah nambah.Aku
malu ditanya Pak Sholih saat Taqdim hafalan nanti.“ Kenapa hanya sedikit Aisa
nambahnya ?” Aduh bisa kubayangkan betapa tidak enaknya hatiku jika sampai
beliau menanyakannya.
“ Bu… bangun… sudah subuh bu….” Dengan hati hati ku elus pundaknya
dengan harapan beliau segera terbangun sembari membisikkan ketelinganya yang
mengisyaratkan untuk bangun.Tak lama kemudian beliau bangun.
Hari ini aku tak ada jam kuliah jadi aku bisa menggunakan waktu yang ada
untuk membantu ibu, ayah dan melakukan hal bermanfaat yang lain. Usai mengantar
ibu kepasar aku membantu ayan disawah. Sampai sore nanti ibu baru akan pulang
sama seperti ayah waktu pulang nanti. Namun aku sudah meminta izin untuk kembali
kerumah menjelang zuhur.Sore ini ada acara pengajian rutin ibu ibu di Mushollah dan
malamnya ada acara semaan Al Quran.Karena itulah aku beralasan untuk membantu
ayah sampai sore.
Mentari pagi yang hangat perlahan menaik hingga cahanya meningkat.Panas
teriknya perlahan kami rasakan disekujur tubuh.Namun ayah kulihat tak sedikitpun
tampak lelah meskipun keringat seperti memandikannya.Dalam hati aku berbangga
dengan ayah dan bangga dengan diriku yang menjadi putrinya.
Aku memang lelah apalagi teriknya matahari tak tangung tanggung namun
apa aku tega melihat ayah bekerja sendirian sementara aku duduk istirahat.
Kusingkirkan egoku demi ayahku tercinta.Tentunya beliau senang melihatku senang
membantunya.Untuk itu aku harus semangat.
Tepat adzan berkumandang aku tiba dirumah.Usai sholat dan makan siang aku
membuka toko yang seharian ini tutup.Winda dan Dani belum pulang dari
sekolah.Aku sendirian dirumah.Sambil menjaga toko aku memanfaatkan waktu yang
ada dengan pengembangan bakatku.Banyak bakat yang kumiliki kata ibu, Hal ini juga
pernah diucapkan oleh Bu Cholief, guru sekaligus bibiku sendiri.Entahlah itu benar
atau tidak, ku bersyukur ada yang mengingatkan, lebih dari itu Bu Cholif sangat
antusias mendukung bakat bakatku.
Contohnya siang ini, aku dipercayai untuk membuat hiasan dari kerajinan
tangan. Selain memenuhi amanat beliau sebernanya aku juga belajar .yaitu belajar
dari pengalaman kemarin agar hari ini lebih baik .
6
Ditengah belajarku membuat kerajinan itu tiba tiba ada pembeli datang.
Setelah kulihat ternyata Mbak Intan anak Bu Aminah selaku ketua pengajian ibu ibu
yang sore ini akan dilaksanakan.
“ Wah.. sibuk sekali nih,lagi buat apa ni mbak..” Tanyanya mengawali
perbincangan.
” Oh… ini Cuma belajar buat mainannnya si winda dan Dani” Jawabku
sekenanya dengan senyum tipisku.
“ Mbak Intan ingin beli apa?” Tanyaku sekedar memastikan maksud
kehadirannya sebab sedari tadi tak terlihat ada tanda tanda mau beli.Ternyata benar.Ia
tidak ingin beli tapi kedatangannya tak lain adalah untuk menyampaikan pesan
bundanya bahwa sore ini aku dimintanya menggantikan Bu Sholihah yang udzur
hadir. Untuk menjadi pembicara atau penceramahnya.
Ini kali pertamanya aku dipercayai beliau untuk mengisi pengajian rutin yang
dipimpinnya.Entah kenapa setiap ada tawaran aku merasa tidak enak dan tak mau
mengecewakan.
“ insya allah mbak doanya … saya usahakan “
** **
Malam ini dirumah pak Slamet acara semaan Quran dilaksanakan. Banyak
warga yang berdatangan untuk mengikuti acara tersebut .Acara dimulai selepas sholat
isya.Aku meminta izin untuk datang terlambat ke Pak Sholih selaku orang yang
sangat mengharapkan ku hadir.Beliau dengan mudahnya mengizinkanku karena tahu
kegiatanku sehabis Maghrib dan Isya yang berat untuk ditinggalkan.
“ Begini Laruni , kami sudah terlalu sering memberikan dispensasi ini. Ujian
semester tinggal menunggu hari lagi.Jika dua hari ini anda tidak juga membayar maka
dengan sangat terpaksa ujian akhir semester ini tidak bisa anda ikuti.”
7
yang jelas aku yakin Allah akan selalu membantu hambaNya yang berusaha dan
berdoa.
Ketika mukaku masih tampak lesu, senyumku belum merekah Mbak Rina tiba
tiba datang mengagetkanku. Agaknya ia mendapatiku beda dari sebelumnya. Segera
ku paksakan diriku untuk bersikap seperti biasanya. Namun sekuat aku memaksa
diriku untuk bersikap normal, Mbak Rina yang bertahun tahun menjadi tempat
curhatku sekaligus sahabat dekatku terlalu mudah untuk membaca apa yang kualami
ini.
“ Tak ada apa apa kok Mbak, benar. Mungkin aku kecapean saja. “
Sergahku tiap kali ditanya . Aku meminta untuk membicarakan hal lain saja.”
Sudah belasan lebih lelaki baik itu orang dekat yang ku kenal maupun jauh .
Atau bahkan sama sekali tak ku kenal, baik dari temanku sendiri , teman ayah dan
teman guruku memintaku untuk bersedia menjadi kekasih atau pendamping
hidupnya . Bahkan sebagian mereka langsung menghadap ke orangtuaku yang
terkadang aku terkejut karena tak mengetahuinya.
Aku malu dengan diriku sendiri.Malu pada yang diatas.Kenapa banyak lelaki
yang menginginkanku demikian. Padahal aku ini jelek, bodoh, miskin kuper dan tak
gaul. Aku hanya ingin mereka adalah saudaraku seiman yang hubungan kami
terbangun karenaNya semata. Aku tak ingin keberadaanku menjdai fitnah bagi yang
lain. Dan soal jodoh sepenuhnya kupasrahkan padaNya.Kuyakin pilihanNya pasti
terbaik untukku.Aku tidak semudah yang orang bayangkan untuk membuka
hatiku.Hatiku hanya bisa dibeli oleh dia yang oleh Allah disiapkan untukku.Namun
sekarang ini aku tak mau berfikir kearah situ.Bagiku yang terpenting sekarang adalah
kesuksesanku.
Mbak Rina melanjutkan ucapannya yang sama sekali tak mendapat respon
dariku. “ Salamnya dari Akh Fadil.. Itu loh Ikhwan yang dulu kamu kagumi karena
sifat dan budi pekertinya.”
8
Aku kembali lesu.Tak bergairah lagi untuk ceria dihadapan orang yang suka
membantuku ini.Dulu aku memang kagum dengan Akh Fadhil.Namun kekagumanku
sebatas hal wajar.Tak ada rasa suka atau rasa apapun selain kewajaran itu. Toh semua
orang juga sama jika melihat orang seperti Akh Fadhil terkagum . Tapi untuk apa ia
katakan itu padaku. Tidakkah ia menghargai dirinya dengan sebutan Ikhwan untuk
tidak mengucapkannya padaku terlebih orang lain.
Apakah ia sudah tidak tahan menyimpannya didada. Apakah itu cinta yang tak
mengenal rasa malu dan gengsi.Duh Tuhan kuatkanlah hambaMu ini.Tiba tiba mataku
berkaca kaca.
Melihatku demikian Mbak Rina tak meneruskan gojlokannya meski kutahu ia
sangat ingin aku meresponnya.
“ Mbak… kenapa sih mereka begitu padaku. Apa yang menarik dalam diriku
sehingga mereka seprti itu. Bagiku ayah, ibu dan keluarga itu lebih kuutamakan dari
yang lain. Cukup bagi mereka adalah kebahagiaanku Mbak.Dan diatas semua itu
selalu Allah yang utama bagiku.”
Genangan dua mata yang sedari tadi kutahan akhirnya keluar. Aku usap
supaya tak memalukan .Mbak Rina minta maaf atas sikapnya yang mungkin tidak
disengaja itu.Mbak Rina memeluku sembari mengatakan sesuatu padaku.
“ Laruni, wajar kalau banyak lelaki baik seperti mereka yang menyukaimu dan
menginginkanmu menjadi milik mereka. Bagi Mbak sendiri kamu itu memang sangat
cantik secara lahir dan batin.Kau seperti mutiara mahal yang dikejar kejar oleh orang
orang kaya.Kau seperti bidadari yang menentramkan orang orang sekitarmu dan
selain itu kau sangat cerdas dan pintar. Baik dan berbudi luhur mbak bangga punya
kami . Tapi sabarlah ini cobaan buatmu..Laruni ” Siang itu Mbak Rina mentraktirku
makan siang.Selepas sholat dzuhur dimasjid kampus lalu kami berpamitan pulang.
** **
Beberapa hari ayah menyimpan dalam dalam rasa sakit ditubuhnya yang
semakin menua itu.Ia berusaha menutup tutupi rasa sakitnya agar kami tidak khawatir
dan resah. Namun sekuat apapun ayah menyembunyikan ayah tetaplah manusia
biasa .Seseorang yang ada kalanya lemas tak berdaya.Dan hari inilah klimaks dari
sandiwara ayah dimana beliau tak mampu menyembunyikannya lagi dihadapan kami.
Hal itu ditandai dengan tubuh lemas, perut mual , kepala pusing, sering
muntah dan sesekali yang sangat ku khawatirkan , beliau muntah darah. Meski air
mata ini terus ingin keluar namun aku tak mau ayah tahu.Jika memang terpaksa harus
keluar aku minta izin ayah kebelakang dengan alasan wudhu.Dari mukaku yang
terbasuh air wudlu bercampur air mata ayah bisa menebaknya.Mungkin bertahun
tahun bersama ibu ayah pasti tahu kebiasaan ibu yang mendapatinya seperti aku
sekarang ini.
9
Siang ini aku menemani ayah sendirian. Ibu belum pulang dari pasar. Winda
kuminta menggantikanku menjaga toko sementara dani kuizinkan untuk istirahat atau
bermain. Namun agaknya sedari tadi dia tak kunjung pergi .setelah ku pastikan,
ternyata ia tengah diruang depan duduk sendirian seperti memendam masalah yang ia
takut diketahui oleh orang lain khususnya olehku dan kami keluarganya.
Didalam kamar entah kenapa aku ingin sekali menangis. Namun terus kutahan
.aku tak mau lakukan itu. Aku ingin menjadi perempuan yang tegar .Sabar dalam
menghadapai cobaan. Aku memang belum membayar uang semester sehingga tidak
diperkenankan ikut ujian, ayah harus diobati sakitnya yang berarti itu membutuhkan
banyak biaya, dan Dani tidak diperkenankan ikut ujian karena beberapa bulan ini SPP
nya belum bisa kami bayar.
Namun aku yakin , dibalik semuai ini, dibelakang cobaan ini, Allah memiliki
sesuatu untuk kami apabila dalam menjalani cobaan ini kami mau bersabar. Dan Insya
Allah pasti ada jalan.
Pintu luar tiba tiba terketuk ketika aku tengah membuatkan teh buat ayah.
Dani menghampiriku dan memberitahukan ku kalau yang datang itu Pak Eko
.seseorang saudagar kaya yang kedatangannya kesini tak ada maksud lain selain
hanya mengingatkan tagihan hutang yang belum terlunasi. Memang setahun yang lalu
ayah pernah meminjam uang padanya untuk biaya pengobatan Dani yang saat itu
masuk rumah sakit menderita gejala tipes.Saat itu kami benar benar tak ada uang
sehingga harus menghutang.Karena tak mau merepotkan sanak kerabat ayah diam
diam menghutang ke Pak Eko dengan jaminan hasil sawahnya yang digarap setiap
hari namun hanya panen sekali setelah beberapa bulan.
Sebelum kedatangannya itu diketahui oleh ayah, ku cegah beliau dan kuminta
untuk membicarakannya diluar. Kujelaskan keadaan yang sebenarnya dengan harapan
ia bisa memaklumi . Namun ia tak mau dan ngotot terus untuk diberi ketika itu juga.
Setidaknya sepulangnya dari rumah kami ia tidak dengan tangan kosong . Akhirnya
terpaksa kukeluarkan uang tabunganku yang mana dimana uang itu pada awalnya
akan ku gunakan untuk berobat ayah. Sebelum pulang ia berpesan bahwa akan
menagih sisanya sewaktu waktu. Dalam hati ku berdoa semoga diberi jalan dan
kekuatan.
Esok harinya sepulang kuliah aku muter muter keliling kota. Tujuanku tak lain
hanya mencari kantor atau badan Administrative peminjaman dan penggadaian .
Dengan berbekal surat BPKB sepeda motor ku satu satunya aku bermaksud
Pelangi Di Hati Larunni ~ P D H L - CEA
10
meminjam uang dengan jaminan sepeda motorku untuk keperluan pengobatan ayah
dan uang sekolah kami. Namun sayang semuanya tak ada yang menawarkan dalam
jumlah yang aku inginkan.Hingga yang terakhir aku hampir berhasil itu pun karena
salah satu stafnya adalah kenalan baikku.
Sebenarnya aku bisa meminajm keluarga , teman teman yang baik, Mbak Rina
yang berkecukupan namun sunggguh dermawan. Tapi entah kenapa selalu muncul
dihati perasan tidak enak dan tak mau merepotkan.
Aku bergegas menuju kerumah . Dijalan aku tak bisa konsentrasi .fikiranku
mengembara di dean ayah pahlawan hidupku yang amat kucintai itu. Aku
beristighfar , berdoa agar selamat sampai tujuan dan dirumah baik baik saja.
Dijalan aku teringat ayah.Aku teringat saat masa kecilku dimana aku selalu
dimanjakannya. Aku teringat dengan saat saat bahagia .Suka duka bersama
beliau.Mengajariku naik sepeda, berdua jalan jalan dengan sepeda pancal. Dihiburnya
saat aku sedih , diceritain tentang kisah kisah hidup manusia pilihan, dinasihatin untuk
menjadi pribadi yang baik dan Sholihah.
Aku teringat perjuangan ayah yang tak kenal lelah itu demi memberikan yang
terbaik buat kami sekeluarga.Dan aku teringat saat dengan banggannya ayah
memelukku dengan deraian tangis haru saat menerima hasil nilai raportku yang
semuanya membanggakan.Mengingat semua itu pipiku basah disepanjang jalan.
11
tahu akan ada jalan dari mana atas permasalahan ini . Namun aku tetap yakin Allah
pasti menolong .
Diruang pasien saat menunggui ayah aku terbangun oleh belaian tangan ayah
yang meski kasar namun amat berjasa bagiku. Mungkin aku terlalu lama tertunduk
disamping ranjang ayah hingga tertidur. Saat itu malam sunyi. Ayah mengigatkanku
untuk menunaikan kebiasaan tiap sepertiga malam. Oh ayah..dalam keadaan sehat dan
sakitpun cintamu selalu untukku.
Dalam sujud kuluapkan segala uneg uneg yang ada didada. Dalam panjatan
doa kumohon dengan deraian tangis yang mengiba iba. Ku mohonkan atas solusi
permasalahan ini .ku mintakan kekuatan dan kesabaran atas cobaan ini. Dan semoga
karena hal ini aku termasuk hamba hamba yang di ridhoiNya untuk mendapatkan
cintaNya.
** **
Menunggu masa masa kesembuhan ayah dirumah sakit, aku tetap melakukan
kegiatan kegiatan rutinku.Kuliah. Menyelsaikan kegiatan rumah, menggantikan
pekerjaan ibu dirumah , mengajar ngaji, bimbingan les, mengisi kajian, menghadiri
undangan , setor hafalan dan kegiatan kegiatan yang lainnya. Ibu kuminta menemani
ayah dirumah sakit. Sesekali aku menjenguk saat waktu luang .Kini tugasku semakin
bertambah semenjak ibu merawat ayah dirumah sakit.Namun aku senang
menjalaninya demi ayah dan keluarga yang amat kucinta.Dan demi pula upayaku
untuk menjadi hamba yangdi ridihoNya.
Aku sadar bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan ayah tidak sedikit.
Aku mengerti betul hari H ujian sebentar lagi. Sementara penghasilan yang kuperoleh
tak ada apa apanya dibandingkan semua kebutuhan itu. Untuk itu aku harus
meningkatkan etos kerjaku dan itu artinya aku harus bekerja lebih keras lagi.
Harta berharga yang bisa kugunakan untuk memenuhi kebutuhan itu adalah
sawah ayah warisan kakek satu satunya.Tak mau dan tak tega aku melakukannya.
Sawah adalah hidup dan mati ayah sekaligus kenangan pahit manis keluarga kami.
Meski ayah merelakannya aku tak samapai hati melakukannya.
Sebisa mungkin , sekuat daya upaya, kukerahkan fikiran dan tenagaku untuk
keberhasilan mereka. Hingga tiba hari menjelang hari H aku melepaskannya.
Sebenarnya ingin mendampingi mereka sampai lomba tapi mengingat kondisi ayah
yang tak stabil aku lebih memilih dirumah sakit menemani ayah selepas mengerjakan
pekerjaan yang lain.
Pelangi Di Hati Larunni ~ P D H L - CEA
12
** **
Pagi ini terasa menentramkan hati.Mentari dari ufuk timur menyelusupkan
kehangatannya ke relung dada.Embun dan kabut terasa sejuknya
menyegarkanku.Rumah sakit mulai didatangi para pengunjung.Hari ini ayah diizinkan
pulang. Aku senang sekali .namun apa semudah itu? Tidak ayah baru diizinkan
Pulang jika biaya rumah sakit sudah dilunasi.
“ Siapa dulu gurunya..” Celetuk Hamdi. Bocah SD yang pintar tapi kadang
susah diatur. Tiba tiba pak Rahmat ayah dari siti berbicara pada kami sekeluarga.
“ Sebelumnya saya mohon maaf atas kelancangan kami melakukan sesuatu hal
yang belum mendapat restu dari keluarga ini. Kami merasa senang dan berbagngga
terhadap saudari Laruni yang telah membawa anak anak kami keprestasi yang baik.
Untuk itu sebagi rasa terimakasih, kami bermaksud untuk membayar seluruh biaya
pengobatan ayah Laruni tanpa sepengatahuan kalian semua. “
“ Laruni.. bukalah tanganmu “ Aku membuka tangan kananku. Lalu dari tasnya Mbak
Rina mengeluarkan sebuah kartu biru sebagai syarat dibolehkannya ujian.
“ Ini…! Besok kamu masuk ujian ya..jangan fikirkan biayanya “ Aku
memeluknya dan tangisku semakin menjadi jadi. Semua yang hadir terharu dengan
eufora suasana itu.
Belum selesai tangis haru itu Bu Cholief juga menghampiriku lalu memanggil
Winda dan Dani.
“ Winda , Dani , besok kalian juga ikut ujuan, jadi belajar yang rajin ya… Bu
de sudah lunasi kekurangan biaya SPP kalian.
“ Subhanlallah… Ya Allah.. ..
13
“ Iya bude …. Makasih ..” Tangisku tak mampu lagi ku tahan. Hatiku terlanjur
bahagia yang tak terkira. Tak ada bahasa dan sikap yang mampu aku tunjukkan atas
bahagia yang tak terperi ini selain tangis haru yang tersengguk sengguk.
Melihatku seperti itu ayah di pembaringan sana menangis. Lalu ibu , Winda
dan Andi menyusul. Sauna haru tercipta seketika. Membuat seluruh yang hadir ikut
terbawa suasana. Tak beberapa lama ku lihat sekilas bu Cholif, mbak Rina, murid
murid yang ku latih berikut orang tuanya, para suster dan seluruhnya , mereka tengah
berjuang menahan genangan air mata yang mau tumpah.
Aku merasakan kebahagian yang tak terperi lantaran usaha jerih juangku yang
teramat. Saat aku berada di situasi terjepit sedangkan tuntutan keadaan tak lagi bisa di
kompromi , saat itu aku memasrahkan sepenuhnya kepada Allah. Lantaran doa yang
siang malam terpanjat dan usaha jerih juang yang seakan tak mengenal rasa lelah ,
Allah memberikan jalanNya untuk aku tempuh.
Belum lagi aku dibimbingNya ke ranah bahagia yang kini tengah ku alami.
Aku merasakan cinta dan kasih sayangNya yang indahnya tak terperikan. Semua itu
kurasakan dihati. Seperti pelangi indah yang menampakkan wajah keagungannya
kepada penduduk bumi. Kini pelangi keindahan sebagai wujud cinta kasih Allah
kurasakan benar di lubuk hati. Pancaran keindahannya menerangi seiisi ruang dada
sehingga bahagia dan indahnya yang kurasa tak terkira. Semakin ku syukuri atas hadir
indah pancarannya , semakin indah dan agungnya pelangi yang bersemayam dilubuk
hatiku itu. Ya ..Allah.. terima kasih…
Ya Allah ..terimakasih atas segala nikmat dan karuniamu yang agung ini.
Maafkanlah semua kesalahan kesalahan kami.jadikanlah hambamu ini wanita yang
Sabar dan selalu bersyukur.
Jadikanlah hambamu ini wantia yang kuat dan tegas dalam menghadapi segala
rintangan dan cobaan hidup.
Dan jadikan lah hambamu ini termasuk hamba hamba yang engkau cintai , kasihani
dan ridhoi untuk mendapatkan kebahagian didunia dan diakhirat nanti.
Ya alllah …
Semoga hambamu ini bisa melaksanakan amanah dan titah rasulMu yang
terpillih.”Dunia adalah perhiasan,.dan sebaik baik perhiasan adalah wanita
sholihah” amin..
** **
14
kemuliaannya mengalahkan tumpukan emas, intan dan permata.
Ia memiliki hati seperti embun yang merunduk tawadhu’ di pucuk-pucuk daun.
Seperti karang yang berdiri tegar di antara derasnya arus kehidupan.
Ia Memiliki iman seperti bintang, terang benderang menerangi kehidupan.
Ia seperti sekuntum mawar yang datang dari surga; anggun di balik perisai
ketegasan, cantik dalam balutan malu, berbinar dalam tunduknya pandangan mata.
Ia lembut sekaligus tangguh,
ia mempesona meski tak tersentuh,
ia serahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada Sang Maha Pemilik Segala.”
Ia teramat cantik inner beautinya.
Dan ia yang menjadi harapan dan dambaan para sesholih dari kalangan pemuda.
CEA
PM Al Barokah , Nganjuk
Kamis 14,juni, 2012 07:15
15