31 Desember 2015
Investasi pada PT samara 352.000.000
Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham
Pada contoh 1.3 jurnal yang dicatat oleh PT Permata sangat sederhana karena tidak
mencatat aset dan liabilitas secara individual. Hal ini disebabkan PT Samara tidak
dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas tersebut dalam operasinya. Pada
tiap khir periode pelaporan, laporan keuangan PT Permata dan PT Samara akan
dikonsolidasikan.
Prosedur konsolidasi akan dibahas pada bab-bab selanjutnya yang hanya membahas
kombinasi bisnis melalui akuisisi saham.
Jika akuisisi pada contoh 1.3 dilakukan dengan imbalan non kas maka akun pada jurnal
akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.
Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurang liabilitas atas kedua
entitas (Rp 1.380.000.000 + Rp 280.000.000). Tidak ada kepentingan yang dimiliki
sebelumnya karena PT. Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap. Demikian juga
degan nilai kepentingan nonpengendali karen akuisisi dilakukan atas seluruh aset bersih
PT. Permata dan PT. Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap aset bersih
sehingga pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT.
Mandiri:
31 Desember 2015
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat akuisisi saham
31 Desember 2015
Kas 520.000.000
Piutang usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.000
Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang wesel 550.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 1.800.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Atas akuisisi ini, PT. Permata dan PT. Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan
menghapusbukukan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan
operasinya.
Pembelian Diskon
Tidak semua akuisisi menghasilkan Goodwill. Terkadang pihak pengakuisisi melakukan
pembelian pada nilai imbalan yang lebih rendah daripada nilai wajar aset teridentifikasi
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Kondisi ini disebut pembelian dengan
diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah nilai wajar aset teridentifikasi
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih melebihi nilai agregat (imbalan yang
dialihkan + kepentingan ekuits yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi +
kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi). Selisih tersebut diakui oleh
pihak pengakuisisi sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi.
Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Contoh Merger Akuisisi Aset Bersih – Pembelian Diskon
Merujuk pada contoh 1.1 PT Permata mengalhkan imbalan senilai Rp 250.000.000
untuk mengakuisisi aset neto PT. Samara. PT Permata mengeluarkan Rp 20.000.000
untuk biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai
berikut:
31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan mesin 300.000.000
Utang usaha 110.000.000
Utang wesel 240.000.000
Kas (imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan pembelan diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam laoran laba
rugi pada eriode akuisisi.
Akuisisi Bertahap
Akuisisi bertahap terjadi ketika proses akuisisi entitas tidak dilakukan sekaligus tetapi
sebelumnya entitas pengakuisisi memiliki kepemilikan pada entits yang diakuisisi.
Misalnya entitas A saat ini memiliki 30% kepemilikan di entitas B, kemudian entitas A
menambah kepemilikannya sebesar 25%, sehingga entitas A total meiliki 55%
kepemilikan entitas B. Jika dengan 55% entitas A memperoleh pengendalian maka
proses pembelian 25% saham tersebut merupakan bentuk akuisisi bertahap. Transaksi
kombinasi bisnis akan diterapkan saat pembelian tambahan 25% saham entitas B.
Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka. Bank Mandiri melakukan akuisisi
secara bertahap dari 60% kemudian ditambah 20% menjadi 80%. Pada akuisisi bertahap
ini, pengendalian sudah diperoleh oleh bank Mandiri sejak akuisisi pertama, sehingga
akuisisi tambahan tidak mengubah substansi pengendalian yang dimiliki Bank Mandiri.
Pembahasan lebih rinci atas akuisisi bertahap dapat dilihat pada bab 8.