Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN PAJAK ATAS ELEMEN

BEBAN DARI PENJUALAN BARANG DAN


PENGURANGAN DARI PENGHASILAN
BRUTO

VITRIANI AYU SETYAWATI


51621220040
CAPITAL EXPENDITURE VS REVENUE
EXPENDITURE
 Capital expenditure merupakan pengeluaran yang
bertujuan untuk memperoleh suatu aset atau untuk
menambah nilai ekonomis aset tersebut di masa yang akan
datang. Perlakuan akuntansinya adalah dengan
mengapitalisasikan besar biaya yang dikeluarkan sebagai
aset.

 Revenue expenditure merupakan pengeluaran yang


dikeluarkan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan
pada periode di mana pengeluaran dan beban tersebut
terjadi, masa manfaatnya hanya satu periode saja.
Perlakuan akuntansinya adalah dengan mencatat biaya
yang dikeluarkan sebagai beban
CAPITAL EXPENDITURE VS REVENUE
EXPENDITURE

N Keterangan Capital Expenditure Revenue


o Expenditure
1. Definisi Pengeluaran yang dikeluarkan untuk Biaya yang
mendapatkan aset tetap, serta dikeluarkan untuk
meningkatkan kapasitas aset tersebut aktivitas bisnis
sehari-hari

2. Jangka Waktu Jangka panjang Jangka pendek


3. Nilai Tambah Meningkatkan nilai aset tetap yang Tidak
ada meningkatkan
nilai aset yang ada
4. Posisi di Laporan Muncul sebagai aset di neraca Muncul di laporan
Keuangan keuangan dan beberapa bagian dalam laba rugi
laporan laba rugi
FOREIGN EXCHANGE LOSS
Kerugian selisih kurs mata uang asing merupakan salah satu beban
yang boleh dibebankan menurut pasal 6 ayat (1e) UU Pajak
Penghasilan. Hal ini juga diatur dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE – 03/PJ.31/1997. Waktu pembebanan
kerugian atas selisih kurs akibat adanya fluktuasi kurs dilakukan
sesuai dengan pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dan
dilakukan secara taat asas:
 Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan
kurs tetap (kurs historis), maka pembebanan dilakukan pada saat
terjadinya realisasi atas perkiraan mata uang asing tersebut;
 Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan
kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tersebut.
PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN

Menurut UU Pajak Penghasilan pasal 10 ayat (6), ada


dua metode yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak
dalam menilai persediaan barang dan pemakaian
persediaan untuk menghitung harga pokok penjualannya
yaitu first in first out (mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama) dan weighted average (merata-
ratakan nilai persediaan).
PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN
PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN
PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN
(WEIGHT AVERAGE)
PERHITUNGAN LABA BERSIH UNTUK
MASING-MASING METODE
SUMMARY PERBANDINGAN METODE
AVERAGE DAN FIFO
PERBANDINGAN METODE AVERAGE
DAN FIFO
 Penggunaan metode FIFO akan menghasilkan Harga
Pokok Penjualan yang lebih kecil dibandingkan metode
Average sehingga laba bersih perusahaan akan menjadi
lebih besar dan beban pajak yang harus ditanggung
Wajib Pajak juga lebih besar.
 Penggunaan metode Average menyebabkan jumlah kas
yang dimiliki oleh perusahaan lebih banyak
dibandingkan dengan metode FIFO karena adanya
penghematan dalam pembayaran pajak.
PEMILIHAN METODE PENYUSUTAN

 Metode Penyusutan Saldo Menurun  Metode Penyusutan Garis Lurus

Saldo menurun adalah sistem Metode garis lurus adalah suatu


penyusutan dipercepat yang mencatat metode penyusutan aktiva tetap di
biaya penyusutan lebih besar selama mana beban penyusutan tetap per
tahun-tahun awal masa manfaat asset tahunnya sama hingga akhir umum
dan mencatat biaya penyusutan lebih ekonomis aktiva tetap tersebut.
kecil untuk tahun-tahun masa Metode ini termasuk yang paling luas
manfaat aset berikutnya. penyusutan dipakai. Untuk penerapan “Matching
dengan metode saldo menurun Cost Principle”, metode garis lurus
dihitung dengan mengalikan nilai dipergunakan untuk menyusutkan
buku aset ini dengan tarif penyusutan aktiva-aktiva yang fungsionalnya
aset. Menurutnya, metode saldo tidak terpengaruh oleh besar kecilnya
menurun merupakan kebalikan dari volume produk atau jasa yang
metode garis lurus dan cocok untuk dihasilkan seperti bangunan dan
aset yang cepat usang. peralatan kantor.
TARIF PENYUSUTAN METODE GARIS
LURUS DAN SALDO MENURUN

Kelompok Harta Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun


Berwujud
Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
PERBANDINGAN PERHITUNGAN METODE GARIS
LURUS DAN SALDO MENURUN

Data Aset Perusahaan ABC adalah sebagai berikut:


 Jenis Harta : Mesin

 Tanggal Pembelian : 1 Januari 2008

 Harga Perolehan : Rp250,000,000

 Masa Manfaat Fiskal : 8 tahun (Kelompok 2)


PERBANDINGAN PERHITUNGAN METODE GARIS LURUS
DAN SALDO MENURUN

Tahun Penyusutan Fiskal Efisiensi PPh (25%)


MGL MSM MGL MSM Perbedaan
2008 31,250,000 62,500,000 7,812,500 15,625,000 7,812,500

2009 31,250,000 46,875,000 7,812,500 11,718,750 3,906,250

2010 31,250,000 35,156,250 7,812,500 8,789,063 976,563

2011 31,250,000 26,367,188 7,812,500 6,591,797 (1,220,703)

2012 31,250,000 19,775,391 7,812,500 4,943,848 (2,868,652)

2013 31,250,000 14,831,543 7,812,500 3,707,886 (4,104,614)

2014 31,250,000 11,123,657 7,812,500 2,780,914 (5,031,586)

2015 31,250,000 33,370,972 7,812,500 8,342,743 530,243

250,000,000 250,000,000 62,500,000 62,500,000 -


PERBANDINGAN PERHITUNGAN
METODE GARIS LURUS DAN SALDO
MENURUN
Apabila ditinjau berdasarkan tabel di atas, maka dapat
terlihat bahwa untuk tiga tahun pertama, Metode Saldo
Menurun menyebabkan beban penyusutan yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan Metode Garis Lurus
yang berdampak pada lebih kecilnya jumlah laba bersih
yang dihasilkan dan lebih kecilnya beban pajak yang
ditanggung oleh Wajib Pajak dibandingkan dengan
metode garis lurus. Penggunaan metode saldo menurun
dapat membantu Wajib Pajak dalam menghemat pajak di
tahun-tahun awal.
BEBAN BUNGA (SE-46/PJ.4/1995)
SE-46/PJ.4/1995 merupakan peraturan yang mengatur tentang perlakuan
biaya bunga yang dibayar atau terutang dalam hal Wajib Pajak memperoleh
penghasilan berupa bunga deposito atau tabungan lainnya. Menurut
peraturan ini, besarnya bunga pinjaman yang boleh dibebankan oleh Wajib
Pajak adalah:

 Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil
dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau
tabungan lainnya, maka bunga yang dibayar atau terutang atas pinjaman
tersebut seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
 Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana
yang ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka bunga
atas pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang
dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya.
BEBAN BUNGA (SE-46/PJ.4/1995)
Terlepas dari poin sebelumnya, Peraturan ini juga memberikan
pengecualian di mana bunga pinjaman dapat dibebankan sesuai
dengan pasal 6 ayat (1) UU Pajak Penghasilan dalam hal:

 Dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk


rekening giro yang atas jasanya dikenakan pajak bersifat final.
 Adanya keharusan untuk menempatkan dana dalam jumlah
tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito sepanjangan
jumlahnya semata-mata untuk memenuhi keharusan tersebut,
misalnya cadangan biaya reklamasi yang harus ditempatkan
dalam bentuk deposito atau tabungan di Bank Pemerintah.
 Adanya bukti bahwa penempatan deposito atau tabungan dananya
berasal dari tambahan modal dari sisa laba setelah pajak.
CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH
 .

Pasal 9 ayat (1c) UU Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa pembentukan


atau pemupukan dana cadangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto, kecuali:

 Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
 Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang meliputi cadangan
premi tanggungan sendiri dan klaim tanggungan sendiri untuk perusahaan
asuransi serta cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa.
 Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan yaitu cadangan
penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan
sesuai dengan kewenangannya.
CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH

 .
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yaitu cadangan biaya
untuk kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai peruntukannya.
 Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan yaitu cadangan
biaya penanaman kembali bagi perusahaan yang diwajibkan melakukan
penanaman kembali atas hutan yang telah dieksploitasi untuk usaha terkait
dengan sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
 Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri yaitu cadangan biaya penutupan
dan pemeliharaan bagi perusahaan yang mengolah limbah industri yang
mencakup kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan limbah industri dan penimbunan hasil pengolahan limbah industri.

Besarnya cadangan piutang tak tertagih yang boleh dibebankan tersebut diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 jo. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.011/2012
BIAYA ENTERTAINMENT

Biaya entertainment merupakan salah satu jenis biaya


yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sepanjang biaya tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Untuk dapat
membebankannya, Wajib Pajak harus membuat daftar
nominatif seperti yang dilampirkan oleh Surat Edaran
Dirjen Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya
entertainment dan sejenisnya. Dalam hal manajemen
pajak, Wajib Pajak harus membuat daftar ini agar seluruh
biaya entertainment yang berhubungan dengan usaha
dapat dibebankan.
BIAYA PROMOSI

Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
02/PMK.03/2010. Besarnya biaya promosi yang boleh dibebankan
merupakan akumulasi dari jumlah:
 Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media
lainnya,
 Biaya pameran produk,

 Biaya pengenalan produk baru, dan/atau

 Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Wajib Pajak harus membuat daftar nominatif atas biaya promosi


sesuai dengan format yang dilampirkan dalam PMK Nomor
02/PMK.03/2010 dan melampirkannya dalam SPT Tahunan Badan.
PENGUJIAN UNTUK MENGUJI KEBENARAN BEBAN
POKOK PENJUALAN
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-04/PJ/2012 menyebutkan bahwa
terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan pemeriksa untuk
mendapatkan temuan dalam pemeriksaannya seperti pemanfaatan
informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak,
pengujian keabsahan dokumen, evaluasi, analisis angka-angka,
penelusuran angka-angka (tracing), penelusuran bukti, pengujian
keterkaitan, ekualisasi atau rekonsiliasi, permintaan keterangan atau
bukti, konfirmasi, inspeksi, pengujian kebenaran fisik, pengujian
kebenaran perhitungan matematika, wawancara, uji petik, teknik
audit berbantuan Komputer, dan teknik-teknik pemeriksaan lainnya.

Adapun pos yang berkaitan dalam rangka pengujian keterkaitan untuk


menguji kebenaran beban pokok penjualan antara lain:
 Pembelian – Pelunasan Utang Usaha

 Barang Masuk/Keluar – Mutasi Persediaan


PENGUJIAN UNTUK MENGUJI
KEBENARAN BEBAN POKOK
PENJUALAN
 Pengujian arus barang yaitu untuk memastikan kebenaran semua unit
barang yang keluar ataupun masuk ke gudang dengan
mempertimbangkan aspek-aspek seperti pemakaian sendiri, barang
rusak, sampel, pemberian cuma-cuma, retur pembelian, barang dalam
pengiriman, dan lainnya.
 Formula:

HPP = Saldo Awal Persediaan + Pembelian – saldo Akhir Persediaan

 Pengujian arus utang yaitu untuk memastikan pembelian barang secara


kredit.
 Formula:

Pembelian =
Saldo Akhir Utang Usaha + Pembelian Tunai + Pelunasan Utang
Usaha – Saldo Awal Utang Usaha +/- Penyesuaian
EKUALISASI BEBAN POKOK PENJUALAN DAN
BEBAN OPERASIONAL DENGAN DPP PPN
MASUKAN
Secara teori, seharusnya besarnya nilai Pajak Masukan yang dimiliki oleh Wajib Pajak adalah
11% dari total pembelian yang dilakukannya. Namun, pada kenyataannya sering terjadi
perbedaan antara Pajak Masukan dan pembelian yang disebabkan karena beberapa hal:
 Wajib Pajak tidak sepenuhnya melakukan pembelian dari Pengusaha Kena Pajak (PKP)
sehingga tidak ada Faktur Pajak yang diterima.
 Wajib Pajak telah melakukan pembayaran uang muka kepada pemasok, namun barang belum
dikirim dan belum diterima. Wajib Pajak telah menerima faktur pajak masukan dari pemasok
sesuai dengan peraturan PPN.
 Wajib Pajak menerima Faktur Pajak Masukan selain dari pemasok barang dagang akibat
adanya transaksi lain seperti pembelian aset tetap, pengangkutan barang, dan transaksi lain
dengan pemasok lainnya yang menunjang kegiatan operasional.
 Wajib Pajak menerima Faktur Pajak cacat sehingga tidak dapat dikreditkan.

Dengan melakukan ekualisasi (Rekonsiliasi), Wajib Pajak dapat mengetahui perbedaan yang
ada serta mencari tahu penyebab atas perbedaan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai persiapan
dalam memberikan tanggapan kepada Account Representative apabila Wajib Pajak diperiksa
oleh otoritas pajak.
KESIMPULAN
 Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Menetapkan
penghasilan bruto yang menjadi objek pajak yakni dengan mengurangi
Penghasilan Bruto dengan biaya Deductible lalu didapatkan laba kena pajak.
Penyusunan laporan keuangan fiskal didasarkan pada penerapan mekanisme
atau prinsip taxable dan deductible. Implementasi dari taxability deductibility
berarti bahwa biaya-biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pihak
pembayar apabila pihak penerima uang tersebut melaporkannya sebagai
penghasilan dan penghasilan tersebut dikenai pajak. Upaya yang bisa dilakukan
wajib pajak dalam perencanaan pajak atas elemen beban dari penjualan barang
dan pengurangan dari penghasilan bruto harus memperhatikan hal-hal yang telah
disebutkan di atas. Elemen-elemen biaya tersebut harus diperhatikan dalam
penghitungan laba fiskal dan beban pokok penjualan agar perusahaan tidak akan
ada koreksi yang material atas beban yang sudah dicatat dan diperhitungkan
dalam SPT sehingga tidak timbul koreksi yang menyebabkan perusahaan harus
membayar sanksi administrasi perpajakan di kemudian hari karena adanya
kesalahan catat atau kurang tepatnya manajemen pajak atas pemilihan metode-
metode tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai