DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah iuran wajib yang harus diserahkan kepada kas negara dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan bersifat memaksa yang diatur dalam undang
undang (Asri & Suardana, 2016; Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, 2013). Pajak juga
merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang mempunyai kontribusi yang
besar, hal ini dibuktikan dari data APBN yang menunjukkan bahwa pendapatan pajak
mencapai 1.786,4 triliun dimana hasil tersebut merupakan penerimaan terbesar
dibandingkan dengan penerimaan negara yang bersumber dari PNBP maupun hibah
(Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2018) yang mana penerimaan negara
tersebut akan digunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat di berbagai sektor (Darmawan & Sukartha, 2014). Melihat
besarnya kontribusi pajak tersebut, tentunya membuat pemerintah semakin tegas dalam
hal perpajakan dan pemungutannya meskipun tidak selalu mendapat respon yang baik
dari perusahaan.
Bagi perusahaan, pajak merupakan beban karena dengan membayar pajak laba
yang diterima perusahaan berkurang. Perbedaan kepentingan baik dari sisi pemerintah
maupun perusahaan sangat bertolak belakang (Darmawan & Sukartha, 2014; Kurniasih
& Sari, 2013). Karena hal tersebut maka menimbulkan banyak respon dari perusahaan,
perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba setinggi-tingginya tentunya akan memilih
membayar pajak dengan nominal yang lebih kecil agar memperoleh laba yang lebih
tinggi (Prakosa, 2014; Swingly & Sukartha, 2015). Dalam rangka penghematan
pajaknya, salah satu cara yang digunakan perusahaan adalah pemilihan metode
depresiasi penyusutan.
1. Metode garis lurus atau Straight-line Method yaitu metode penyusutan aktiva
tetap dimana beban penyusutan aktiva tetap setiap tahunnya sama hingga akhir
umur ekonomis aktiva tetap tersebut.
2. Metode Saldo menurun atau Declining Balance Method yaitu metode penyusutan
aktiva tetap yang ditentukannya berdasarkan persentase tertentu dihitung dari
harga buku pada tahun yang bersangkutan dimana tarif persentasenya dua kali
tarif persentase penyusutan metode garis lurus (Binus University, 2015)
Penggunaan setiap metode depresiasi harus dilakukan secara konsisten jika suatu
perusahaan ingin menerapkannya (Ortax, 2015). Perencanaan pajak dalam rangka
penghematan pajak dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya menghitung
penyusutan aktiva tetap perusahaan dengan metode tertentu, karena hal penerapan
metode penyusutan bisa berdampak pada beban pajak yang terutang dan besarnya
penyusutan yang dapat dikurangkan dari penghasilan berdampak pada penghasilan kena
pajak yang akan menjadi dasar pengenaan pajak terutang wajib pajak (Arifin, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas, kami akan mengulas tentang penerapan dua
metode penyusutan yaitu garis lurus dan saldo menurun serta implikasinya terhadap
beban pajak dan keputusan pajak yang harus diambil dalam bentuk contoh kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN
TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
BERWUJUD MANFAAT
GARIS SALDO
LURUS MENURUN
I. Bukan Bangunan
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Hitung besar dari beban penyusutan PT. Aku Padamu dengan menggunakan metode
garis lurus dan saldo menurun dan kaitkan dengan Present Value!
Berikut perhitungan beban penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo menurun:
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus (25%) Saldo Menurun (50%)
Nilai Buku Penyusutan Nilai Buku Penyusutan
1 800.000.000 200.000.000 800.000.000 400.000.000
2 600.000.000 200.000.000 400.000.000 200.000.000
3 400.000.000 200.000.000 200.000.000 100.000.000
4 200.000.000 200.000.000 100.000.000 100.000.000
Akum.
Penyusutan 800.000.000
800.000.000
Jika dilihat dari tabel penyusutan mesin PT. Aku Padamu diatas, besarnya beban
penyusutan untuk setiap tahunnya berbeda-beda, namun jika dilihat dari jumlah akhir
akumulasi penyusutan, hasil dari kedua metode tersebut sama sebesar Rp 800.000.000.
Dalam perpajakan besar perbedaan beban penyusutan di setiap tahunnya dinamakan
dengan beda waktu.
Dengan adanya perbedaan waktu dalam kedua metode penyusutan, wajib pajak
dapat melakukan perencanaan pajak yang nantinya bisa digunakan untuk penghematan
pajak. Apabila dilihat dengan metode garis lurus besarnya penyusutan dari tahun
pertama sampai tahun keempat itu selalu sama yaitu Rp 200.000.000 per tahun. Apabila
PT. Aku Padamu dalam operasi perusahaannya mengalami keuntungan, penggunaan
metode saldo menurun akan lebih baik karena pada tahun pertama beban penyusutan
sebesar Rp 400.000.000 dan mengecil pada tahun berikutnya. Apabila dalam operasi
perusahaan timbul kerugian, sebaiknya PT. Aku Padamu menggunakan metode garis
lurus. Dalam penggunaan kedua metode tersebut, besarnya akumulasi beban penyusutan
sebenarnya sama, namun hal ini akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang present
value.
Saldo Menurun
Present Value sangat berkaitan dengan Time Value of Money. Konsep ini sangat
penting karena perusahaan dapat mempertimbangkan besarnya risiko pendapatan di
masa mendatang yang lebih tinggi, dan yang keda karena ada biaya kesempatan pada
masa mendatang.
r = 20%
1 0,833333333
2 0,694444444
3 0,578703704
4 0,482253086
1 Rp 52.000.000.000
2 Rp 64.000.000.000
3 Rp 70.000.000.000
4 Rp 80.000.000.000
Saldo Menurun
Dengan adanya aktiva tetap yang harus mengalami depresiasi, perusahaan harus
memilih dari ketujuh metode yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yaitu: Metode Garis Lurus, Metode Saldo Menurun, Metode Jumlah Angka Tahun,
Metode Jumlah Satuan Kerja, dan Metode Hasil Produksi. Namun metode berdasarkan
SAK hanya digunakan untuk laporan keuangan komersial. Sedangkan, menurut
ketentuan perpajakan yaitu UU no.17 Tahun 2000 mewajibkan perusahaan hanya
diperbolehkan untuk memilih metode garis lurus dan metode saldo menurun dan
penggunaan metode ini wajib dilaporkan kepada DJP dan diminta untuk konsisten dalam
penggunaanya. Melalui pembahasan di atas, metode yang kelompok kami gunakan
adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun untuk aktiva tetap baik
penggunaannya dalam akuntansi komersial maupun akuntansi pajak dan terdapat
perbedaan antara segi penghematan pajak maupun segi efisiensi akuntansi komersial,
oleh sebab itu perusahaan harus menyesuaikan penggunaan depresiasi aktiva tetap
dengan melihat situasi perusahaan dan mempertimbangkan efisiensi akuntansi komersial
untuk pembukuan perusahaan dan penghematan pajak. Berdasarkan analisis kelompok
kami, metode depresiasi yang lebih tepat digunakan adalah metode saldo menurun
karena setelah perhitungan present value, beban pajak dengan metode ini menghasilkan
nominal yang lebih kecil dibandingkan metode garis lurus. Akan tetapi dalam
penggunaan metode beban penyusutan, setiap perusahaan mempunyai kebijakan masing-
masing tergantung dengan situasi dan kondisi perusahaan karena beban dan target
pendapatan yang digunakan berbeda-beda.
Daftar Pustaka :