Disusun oleh:
Ariski Jeremy Besrimas 12019004206
PT Intanwijaya Internasional Tbk. Telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arman, Eddy
Ferdinand dan Rekan dan mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecuialian.
Penghasilan Laba Bersih Sebelum Pajak Perusahaan PT Intanwijaya Internasional Tbk adalah Rp.
22,040,417,272
Pajak Penghasilan yang dibayarkan PT Intanwijaya Internasional Tbk pada Tahun 2018 adalah
sebesar Rp. 6,182,892,000. Jika kita lihat Pajak perusahaan adalah 25%, jika dibandingkan Rasio
Effective Tax Rate (ETR) 6,182,892,000 / 22,040,417,272 = 28,05%. Ini berarti jika diasumsikan
PT Intanwijaya Membayar Pajak Diatas rata-rata pada umumnya yaitu 25%
Terdiri dari
Jika kita lihat Pajak Tangguhan Perusahaan Memberikan Tax Benefit Deffered Tax Assets Rp
818,148,431 yaitu dapat mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar akibat perbedaan
perlakuan antara Laporan Perpajakan dan Akuntansi berdasarkan PSAK 49 yang berasal dari
Beban manfaat karyawan, Depresiasi, Penyisihan Piutang Tak Tertagih, dan Sewa Guna Usaha.
Terkait Tax Planning untuk karyawan saya memberikan beberapa rekomendasi antara lain:
Bangunan dan Prasarana asumsi melakukan penilain kembali bangunan yang sudah
habis masa manfaatnya dimana dibagi Permanen dan Non Permanen. Jika penilaian
ternyata menambah nilai sebesar Rp 100.000.000 maka jika Permanen dapat di
depresiasikan selama 20 tahun dan jika tidak permanen. Tarif yang dibayar sebesar 10%
yaitu Rp 10.000.000. Sedangkan manfaat yang didapatkan Rp. 100.000.000 –
10.000.000 = Rp 90.000.000
Begitu juga dengan Asset kategori 2 , Asset kategori 3, dan Asset kategori 4 lainnya.
B. Menggunakan Metode Depresiasi
Secara konsep, penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali
tanah) selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta. Penyusutan fiskal
diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan
amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat
tertentu. Ketentuan mengenai amortisasi diatur dalam Pasal 11A UU PPh.
Dalam UU PPh, metode penyusutan hanya ada dua, yaitu garis lurus (straight line
method) dan saldo menurun (double declining balanced method). Khusus untuk aktiva
bangunan, wajib pajak hanya boleh menggunakan metode garis lurus
Dalam PT Intanwijaya International Tbk. Depresiasi asset tetapnya menggunakan garis
lurus (straight line method). Asumsi saya lebih baik menggunakan saldo menurun
(double declining balanced method) karena lebih besar dalam memberikan depresiasi
di awal.