Analisa Penerapan Faktur Pajak Palsu Yang Dilakukan PT XX
Analisa Penerapan Faktur Pajak Palsu Yang Dilakukan PT XX
Disusun oleh:
LATAR BELAKANG
Dalam berjalannya sistem tersebut tidak lepas dari celah-celah yang dapat digunakan
untuk menggelapkan pajak seperti kita ketahui dengan mengkreditkan faktur pajak yang tidak
sah atau fiktif, oknum pelaku dapat mengurangi besarnya pajak yang harus disetorkan ke kas
negara.
Kurang ketatnya aturan perpajakan terkait penerbitan faktur pajak memberikan peluang
kepada oknum untuk membuat perusahaan fiktif yang digunakan sebagai penerbit faktur pajak
TBTS. Seperti kasus pada PT Mandira Sukses Utama yang akan kami dalam melanggar Pasal
39A huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
(UU KUP). Atas kejadian ini, wajib pajak pengguna faktur pajak TBTS atau fiktif diimbau untuk
secara sukarela segera melakukan pembetulan SPT atau melakukan pengungkapan
ketidakbenaran sesuai perundangan-undangan perpajakan, dan selanjutnya agar melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.
Saat ini juga proses pembayaran dan pelaporan PPN keluaran belum tersinkronisisasi
dengan e faktur. Perusahaan penerima faktur pajak dapat melakukan pengkreditan selama PPN
keluaran telah di approve walaupun Faktur tersebut belum dilaporkan. Hal ini tentu saja menjadi
celah dalam penerbitan faktur pajak TBTS.
PEMBAHASAN
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1), “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk negara bagis sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam negara Indonesia kita menganut sistem pemungutan pajak Self
Assessment System yaitu memberi wewang wajib pajak untuk menentukan dan menjalankan
kewajiban perpajakannya secara mandiri dengan peraturang perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak sangat bergantung pada
Wajib Pajak itu sendiri.
Sanksi Pajak di Indonesia terdapat dua jenis sanksi pajak, yaitu sanksi administrasi dan
sanksi pidana. Kedua sanksi ini diatur dalam peraturan Undang-undang nomor 28 Tahun 2007
mengenai Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP). Pemberian sanksi terkait perpajakan ini bisa
dalam bentuk surat teguran maupun tindakan tegas berupa penyanderaan atau gijzeling. Dengan
tujuan agar wajib pajak patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.,
Dalam kasus ini Klien mengkreditkan pajak masukan dengan bukti lembar faktur pajak
fiktif, bukan berdasarkan transaksi sebenarnya, dalam SPT Masa PPN. Faktur Pajak fiktif ini
pada umumnya diperoleh dari PT Mandala . Sehingga jika kita lihat dalam kasus ini terdapat dua
belah pihak pelaku utama kejahatan ini yaitu pihak penerbit Faktur Pajak fiktif yang menjual
kepada pihak lain, dan pihak pengguna yang membeli dari penerbit dan kemudian
mengkreditkannya dalam SPT Masa PPN. Pelaku utama dari kasus ini adalah penerbit Faktur
Pajak fiktif dan pihak yang mengreditkannya. Jadi tidak semata-mata pelaku nya hanya Penerbit
Faktur Pajak Tersebut.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 39 A huruf a jo
Pasal 43 ayat (1) Undang-UndangNomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1986 joUndang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2009 jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Jika kita lihat berdasarkan keputusan Hakim di Pengadilan atas dasar Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 39A yang berisi
“Setiap orang dengan sengaja: A. menerbitkan, menggunakan faktur pajak, bukti potong,
bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan yang sebenarnya. B. Menerbitkan faktur pajak
tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP” maka sanksi yang akan diterima antara lain “Pidana
penjara paling singkat 2 tahun dan paling 6 tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pungutan pajak, pemotongan pajak dan/atau bukti setoran
pajak dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak,bukti pemungutan pajak,
pemotongan pajak dan/atau bukti setoran pajak”
Pasal yang dikenakan sudah tepat karena berdasarkan kronologi dan faktor-faktor terkait
telah memenuhi unsur-unsur dalam pasal 39A yaitu Saudara Hendrik Abd Rohman selaku agen
perantara menerbitkan faktur pajak, bukti potong, bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
yang sebenarnya. Melalui Hendrik Rohman, PT Mandira Utama Sukses sangat jelas menerbitkan
faktur pajak palsu yang tidak ada dasarnya atau tidak berdasarkan transaksi sebenarnya dengan
melibatkan perusahaan-perusahaan lainnya.
Data informasi yang dapat tersaji dalam prepopulated e-Faktur 3.0 yakni:
Sebelumnya banyak negara telah menerapkan sistem prepopulated tax return (SPT) terutama
untuk jenis SPT PPh maupun untuk goods and services tax (GST). Menurut IBFD International
Tax Glossary, prepopulated tax return (SPT) merupakan salah satu sistem pelaporan pajak di
mana otoritas memasukan data WP menggunakan informasi yang diperoleh dari pihak ketiga
atau database otoritas. Penerapan prepoluted sangat baik untuk meminimalisasi pelanggaran
dalam sistem perpajakan karena langsung terecord dalam sistem database Dirjen Pajak. Dalam
Prepoluted lawan transaksi langsung tersingkronisasi sehingga sangat menghindari kesalahan
dalam menentukan lawan transaksi dan jumlah yang akan dibayarkan. Sehingga dapat
meminimilasiasi dan mencegah kesalahan-kesalahan.
KESIMPULAN
Pengukuhan perusahaan kena pajak juga perlu dievaluasi sesuai dengan PER-02/PJ/2018
untuk menghindari pendirian perusahaan fiktif sebagai wadah penerbitan faktur pajak TBTS.
Pemerintah melalui KPP wajib menjalankan survei terhadap perusahaan yang baru saja
mengajukan pengukuhan. Fungsi KPP memiliki peran penting untuk megevaluasi apakah
perusahaan yang akan dikukuhkan memang beroperasi atau hanya sebagai tempat untuk
melakukan manipulasi.