Anda di halaman 1dari 4

Nama : Silvana Harun

Nim : 2020017088

Kelas : 6A02

Ujian Tengah Semester Manajemen Perpajakan

1. Dalam hal ini pemilihan bentuk usaha yang tepat untuk melakukan tax planing
pemilihan bentuk usaha merupakan hal yang sangat penting di dalam meminimalkan
beban pajak, maka dari sebelum memilih bentuk usaha yang tepat kita harus
membandingkan jumlah pajak yang harus ditangani oleh setiap bentuk usaha.
Terdapat beberapa faktor pajak yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk
usaha antara lain yaitu :
 Bagaimana hubungan antara tarif PPh WPOP dan tarif PPh Wajib Pajak Badan.
 Pengenaan PPh secara berganda
 Kesempatan untuk dapat menunda pengenaan pajak pada tarif PPh lebih kecil
atau lebih besar jika dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif
PPh dan akumulasi penghasilan perusahaan.
 Adanya ketentuan-ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto dan kredit
investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.
 Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba,
pajak atas penghasilan personal holding company.
 Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan payment in kind.
Jadi untuk pemilihan bentuk badan usaha yang tepat saya memilih bentuk usaha CV
karena CV menunjukan bahwa bentuk usaha yang modalnya tidak terbagi atas saham,
ini merupakan pilihan yang paling tepat bagi saya, selain modalnya tidak terbagi atas
saham CV juga dapat meminimalkan beban pajak penghasilan serta terhindar dari
pengenaan pajak berganda.
Untuk contoh perhitungannya yaitu :
Pak Ari bekerja sama dengan temannya pak Akmal dalam membentuk usaha berupa
CV. Diasumsikan laba usaha yang dihasilkan selama tahun 2022 sebesar Rp
720.000.000, maka masing-masing memperoleh Rp 360.000.000 sebelum dipotong
pajak. Dengan demikian laba bersih yang diperoleh masing-masing pihak yaitu :
Laba Rp 720.000.000
PPh Terutang :
 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
 30% x Rp 620.000.000 = Rp 186.000.000 (+) Rp 198.500.000 (-)
Laba setelah pajak Rp 521.500.000
(*)
Laba (badan usaha) setelah dipotong pajak ini kemudian dibagi dua (asusmsi didirikan
oleh dua orang) sehingga masing-masing pihak akan memperoleh 260.750.000
(521.500.000 : 2).
Penghasilan pak Ari / pak Akmal Rp 260.750.000
(-) koreksi penghasilan tidak objek pajak
(pasal 4 ayat (3) UU PPh tahun 2000) (Rp 260.750.000)
Penghasilan Kena Pajak nihil
PPh Terutang nihil
Penghasilan bersih yang diperoleh masing-masing pihak yaitu pak Ari dan pak Akmal
melalui bentuk usaha persekutuan (CV) adalah sebesar Rp 260.750.000.
2. Solusi jika terjadi permasalahan dalam merencanakan pajak yakni :
Dalam meminimalkan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terutang badan, yaitu dengan
memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, memaksimalkan biaya fiskal
meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan pengurang serta pemilihan metode
akuntansi yang sesuai dengan perencanaan pajak.
Diperlukan manajemen pajak yang tujuannya untuk menekan pajak serendah mungkin
dan menunda selambat mungkin pembayaran pajak untuk memperoleh laba likuiditas
yang diharapkan.
3. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri
(Permenkeu, 2008).
Dalam hal ini perusahaan bisa menggunakan metode Gross Up karena lebih
menguntungkan dan bisa meminimalisasi beban pajak perusahaan. Dengan metode ini
PT. Graha Pura dapat memberikan tunjangan kepada setiap karyawan sebesar pajak
penghasilan yang mereka tanggung.
 Jika perusahaan menggunakan Net Method, maka gaji karyawan tidak akan
mengalami perubahan, sama dengan menggunakan Gross Method.
 Menggunakan Gross Method maka karyawan tidak menanggung PPh yang
terutang dan perusahaan yang menanggung PPh terutang tersebut.
 Jika perusahaan menggunakan Gross Up Method PPh 21 terutang diperusahaan,
maka gaji karyawan akan naik dibandingkan dengan menggunakan Gross
Method atau Net Method.
Metode ini memberikan dampak yang baik untuk karyawan karena penghasilan
karyawan meningkat dengan adanya tunjangan pajak yang diberikan perusahaan yang
diakui sebagai penghasilan karyawan, dan bagi perusahaan tunjangan pajak yang
diberikan pada karyawan dapat menjadi biaya pengurang penghasilan pada perhitungan
laporan keuangan fiskal PPh Badan.
4. PT Bank Danamon Indonesia Tbk melakukan transaksi peleburan usaha dengan PT
Bank Nusantara Parahyangan Tbk sebagai salah satu aksi korporasi yang dilakukan
pada tahun 2019.
 Penggabungan usaha Bank Danamon dan BNP tergolong dalam transaksi
penggabungan usaha entitas sepengendali. Hal ini dikarenakan karena Bank
Danamon dan BNP dikendalikan secara langsung dan tidak langsung oleh pihak
yang sama, yaitu Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) Bank. transaksi
tersebut diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan kepemilikan
(pooling of interest).
apabila terdapat selisih antara imbalan yang diterima/dialihkan dengan jumlah
yang tercatat, maka jumlah tersebut merupakan bagian dari tambahan modal
disetor.
 Penggunaan metode pooling of interest dengan menggunakan nilai buku dalam
penggabungan usaha Bank Danamon dengan BNP menjadikan tidak ada
implikasi pajak penghasilan langsung yang timbul dari pengalihan aset. Hal ini
dikarenakan tidak ada keuntungan yang didapatkan dari penggabungan usaha
sehingga tidak dikenakan pajak. Selain itu pertukaran saham oleh pemegang
saham juga tidak dianggap sebagai peristiwa kena pajak kecuali bagi pemegang
saham yang keluar dan menjual saham pada saat konversi saham. Oleh karena
itu dalam Neraca Pembukuan Konsolidasian 1 Mei 2019 hanya terdapat akun
utang pajak atas hasil penggabungan jumlah saja dan bukan merupakan akibat
dari penggabungan usaha.
penggabungan usaha juga berimplikasi pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Berdasarkan Pasal 1A ayat (2) huruf d UU PPN, pengalihan barang kena pajak
dalam penggabungan usaha tidak dianggap sebagai penyerahan apabila
perusahaan yang menggabungkan diri dan perusahaan yang menerima
penggabungan adalah entitas yang dapat dikenakan PPN. penggabungan
dibebaskan dari pengenaan PPN. Terdapat juga aspek perpajakan pengalihan
hak atas tanah dan bangunan. Berdasarkan Pasal 6 huruf e Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas
Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya, pengalihan hak atas tanah dan
bangunan dalam penggabungan usaha dengan metode pooling of interest
dikecualikan dari pengenaan pajak.

Anda mungkin juga menyukai