Anda di halaman 1dari 14

CORPORATE

TAX
Taxable Deductible

VIDIYANNA RIZAL PUTRI., SE., M.Si


Prinsip Taxable Deductible

Prinsip Taxable Deductible adalah prinsip dalam perpajakan yang mengatur bahwa pengeluaran atau biaya yang
dibayar oleh suatu entitas atau individu dapat dikurangkan atau dikurangkan dari penghasilan bruto mereka untuk
tujuan perhitungan pajak jika biaya atau pengeluaran tersebut terkait dengan aktivitas yang menghasilkan
pendapatan.

Dalam arti lain, biaya atau pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang wajar dan
diperlukan dalam menghasilkan pendapatan yang terutama terkait dengan operasi bisnis atau pekerjaan seseorang.
Namun, tidak semua biaya atau pengeluaran dapat dikurangkan, dan ada batasan yang berbeda tergantung pada
undang-undang pajak di negara tertentu.
Taxable Deductible
CONTOH :
Misalnya, di Amerika Serikat, beberapa jenis biaya bisnis yang umumnya dapat dikurangkan termasuk
biaya gaji karyawan, sewa kantor, asuransi kesehatan, dan biaya iklan. Namun, biaya pribadi seperti
biaya liburan atau hiburan biasanya tidak dapat dikurangkan.

Penghasilan bruto: $500.000


Biaya yang dapat dikurangkan: $100.000 + $50.000 + $20.000 + $10.000 = $180.000
Penghasilan kena pajak: $500.000 - $180.000 = $320.000

Tarif pajak: 21% (tarif di negara setempat)


Pajak yang harus dibayar: $320.000 x 21% = $67.200

Jadi, setelah dikurangkan biaya yang dapat dikurangkan, penghasilan kena pajak perusahaan menjadi
$320.000 dan pajak yang harus dibayar adalah $67.200.
Non deductible expense

 Non deductible expense adalah Biaya yang tidak berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan,

menagih dan memelihara penghasilan seperti pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun

seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis,

dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan

pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota

 Biaya yang tidak diperbolehkan untuk mengurangi penghasilan bruto karena pengeluaran yang

dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, seperti pembayaran

imbalan dalam bentuk natura, sumbangan, pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemilik

.
Non deductible expense

Beberapa contoh non-deductible expense pada taxation antara lain:

1. Pengeluaran untuk tujuan pribadi atau non-bisnis, seperti biaya perjalanan liburan atau makan di restoran.
2. Biaya hukum yang terkait dengan kejahatan atau tindakan yang melanggar hukum, seperti biaya pengacara untuk
membela diri dalam kasus penipuan atau penggelapan.
3. Denda atau sanksi yang dijatuhkan oleh otoritas pemerintah, seperti denda pajak atau denda lalu lintas.
4. Biaya politik atau kegiatan yang bersifat politis, seperti sumbangan ke partai politik atau kampanye politik.
5. Biaya hiburan yang berlebihan, seperti biaya makan siang atau minum-minum dengan klien atau rekan bisnis yang
berlebihan.
Matching of Cost With Revenue

Matching of Cost With Revenue" atau "Penyatuan Biaya Dengan Pendapatan" adalah
prinsip akuntansi yang mengharuskan perusahaan untuk mencocokkan biaya dengan
pendapatan yang dihasilkan dari biaya tersebut. Artinya, biaya harus dicatat dan
dilaporkan pada periode yang sama dengan pendapatan yang dihasilkan dari biaya
tersebut.
Prinsip ini merupakan dasar akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan yang
akurat dan dapat diandalkan.
Contoh Matching of Cost With Revenue
Contoh dari prinsip "Matching of Cost With Revenue" pada sewa dibayar di muka adalah ketika sebuah perusahaan menyewa
gedung untuk keperluan bisnis selama 3 Tahun bulan dan membayar sewa sebesar Rp 120 juta di awal kontrak.

Menurut prinsip tersebut, biaya sewa tersebut harus dicatat sebagai biaya ditangguhkan dan dikurangi secara bertahap selama 3
tahun sewa berlangsung, karena biaya tersebut tidak dapat dicocokkan dengan pendapatan pada periode pembayaran.

Dalam hal ini, setiap bulan selama 3 tahun sewa berlangsung, biaya ditangguhkan sebesar Rp 40 juta harus dicatat sebagai biaya
sewa pada laporan keuangan (tahun 2022). Pada saat yang sama, pendapatan dari penggunaan gedung tersebut harus dicocokkan
dengan biaya sewa pada periode yang sama.
Beban Sewa 3 tahun Rp 120.000.000. Untuk periode: 2022, 2023, 2024.
Dibayar ditahun 2022 Rp 120.000.000.
LAPORAN KEUANGAN THN 2022.
Biaya Sewa Rp 40.000.000. ( L/R)
Biaya SEWA dibayar dimuka Rp 80.000.000. ( Neraca).
Contoh Matching of Cost With Revenue

Contoh lain dari prinsip "Matching of Cost With Revenue":

Misalkan sebuah perusahaan membeli mesin seharga Rp 100 juta dan mengharapkan mesin tersebut dapat
digunakan selama 5 tahun. Dalam hal ini, biaya pembelian mesin tersebut tidak dapat dicocokkan dengan
pendapatan pada periode pembelian, karena mesin tersebut diharapkan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lebih lama.

Biaya pembelian mesin tersebut harus dicatat sebagai aset pada laporan keuangan perusahaan. Pada akhir setiap
tahun, perusahaan harus mengurangi nilai aset mesin tersebut melalui penyusutan selama 5 tahun, sehingga biaya
tersebut dapat dicocokkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan mesin tersebut.
EFISIENSI PEMBAYARAN PAJAK PADA BENTUK BADAN USAHA

Efisiensi pembayaran pajak dapat dipengaruhi oleh bentuk badan usaha yang dipilih. Dalam hal ini, Perseroan Terbatas
(PT) dan Perseroan Komanditer (CV) menjadi pilihan yang sering dipertimbangkan karena memiliki perbedaan dalam
sistem pembayaran pajaknya.
Berikut contoh perhitungan efisiensi pembayaran pajak antara PT dan CV, dengan asumsi tarif pajak 22%:

PT memiliki keuntungan karena hanya dikenakan pajak atas laba bersih, sedangkan CV memiliki keuntungan karena hanya
komplementer yang dikenakan pajak atas laba bersih.
Oleh karena itu, dalam memilih bentuk badan usaha yang tepat, perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui mana yang
lebih efisien dalam pembayaran pajak.

Sejak adanya UU Ciptakerja (Omnibus Law) adalah adanya kemudahan dalam melakukan perizinan usaha, termasuk
perizinan pajak. UU Ciptakerja memberikan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat
proses perizinan usaha, termasuk perizinan pajak, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam pembayaran pajak.
CONTOH EFISIENSI PAJAK PADA BENTUK BADAN USAHA
Perhitungan efisiensi pembayaran pajak antara PT dan CV, dengan asumsi tarif pajak 22%:

Contoh 1: PT
Omzet perusahaan: Rp 10 miliar
Biaya operasional: Rp 8 miliar
Laba bersih: Rp 2 miliar
Pajak yang harus dibayar: 22% x Rp 2 miliar = Rp 440 juta

Contoh 2: CV
Omzet perusahaan: Rp 10 miliar
Biaya operasional: Rp 8 miliar
Laba bersih: Rp 2 miliar
Pajak yang harus dibayar: 25% x Rp 2 miliar = Rp 500 juta
CONTOH TINDAKAN EFISIENSI PAJAK

Contohnya, di Amerika Serikat, program insentif pajak yang dikenal sebagai Opportunity Zones memberikan
keuntungan pajak kepada investor yang menanamkan modalnya di daerah-daerah tertentu yang dianggap memiliki
kekurangan ekonomi. Pemerintah setempat memberikan pengurangan pajak atau pembebasan pajak bagi investor selama
jangka waktu tertentu untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Perusahaan yang berinvestasi di Opportunity Zones dapat memanfaatkan program ini untuk mengurangi beban pajak
mereka, meningkatkan cash flow, dan mendapatkan keuntungan dari investasi mereka.
Namun, perusahaan harus memastikan bahwa mereka mematuhi persyaratan dan aturan yang ditetapkan oleh program
insentif pajak. Jika mereka tidak memenuhi persyaratan tersebut, mereka bisa kehilangan manfaat insentif pajak dan
terkena sanksi pajak yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memahami persyaratan dan
regulasi yang berlaku dalam program insentif pajak sebelum memanfaatkannya.
CONTOH TINDAKAN EFISIENSI PAJAK DI INDONESIA

1. Pemanfaatan fasilitas fiskal yang diberikan oleh pemerintah, seperti Tax Holiday atau PPh Pasal
25/29.
2. Pengalihan aset dengan menggunakan skema perpajakan yang mengoptimalkan pengurangan beban
pajak, seperti penjualan aset dengan harga yang lebih tinggi dari nilai buku (book value) yang
diperbolehkan oleh undang-undang perpajakan.
3. Pemanfaatan insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah, seperti pengurangan tarif pajak impor
bagi barang-barang tertentu.
4. Memanfaatkan fasilitas perpajakan yang disediakan oleh negara, seperti penyusutan aktiva tetap dan
biaya-biaya yang dianggap sebagai beban pajak.
5. Mengoptimalkan struktur perusahaan dengan cara melakukan restrukturisasi perusahaan yang
memungkinkan perusahaan melakukan alokasi pajak yang lebih efektif.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai