Anda di halaman 1dari 11

Analisis Akuntansi Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Pada PT.

Panca Usaha Makmur

Rizki Fauziah
Dosen Pembimbing: Zulia Hanum, S.E., M.Si

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Jl. Kapten Mukhtar Basri No. 3 Telp. (061) 6624567 Medan 20238

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di PT. Panca Usaha Makmur yang bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis menganalisis dan mengetahui bagaimana perhitungan PPh
pasal 21 atas gaji karyawan serta untuk mengetahui dan menganalisis penyebab
overstataed/understated pehitungan PPh pasal 21 yang di lakukan oleh PT. Panca Usaha
Makmur..
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptif, berupa
hasil wawancara dan data pendukung dari PPh Pasal 23 di PT. Panca Usaha Makmur,
teknik analisis data yang digunakan dengan melakukan survey ketempat penelitian
untuk memperoleh data serta menganalisis data untuk menarik kesimpulan dan
membandingkan masalah dengan teori-teori untuk mendukung masalah.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perhitungan Pajak Penghasilan PPh
Pasal 21 atas gaji karyawan dapat dilihat selisih perhitungan yang dihitung menurut
perusahaan dan menurut Undang-Undang perpajakan

Kata Kunci: Pajak Penghasilan, PPh Pasal 21

PENDAHULUAN
Pajak berperan besar untuk menggerakan perekonomian suatu Negara dalam
mewujudkan peningkatan perkembangan nasional. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem
administrasi pajak memiliki pengaruh yang sangat besar bagi badan usaha karena pajak
dapat mempengaruhi nilai dalam laporan keuangan.(Brotodihardjo, 2008)
Secara umum pajak dikenakan kepada subjek pajak atas objek pajak jenis
pajaknya masing-masing, pemotongan atau pemungutan atas pajak penghasilan pada
umumnya dilakukan pada saat pihak lain melakukan transaksi dengan pemotongan atau
pemungut, salah satu jenis pajak adalah PPh pasal 21, PPh pasal 21 merupakan pajak
terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak yang orang pribadi
yang bekerja. Pajak penghasilan PPh pasal 21 atas karyawan diatur dalam Undang-
undang pajak penghasilan No. 36 tahun 2008.(Zulia Hanum dan Januri, 2018)
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan tidak terlepas dari kewajiban-
kewajiban pajak termasuk diantaranya kewajiban untuk menghitung, dan mencatat
pajak penghasilan pasal 21 yang terutang. Sebagai pihak pemotong pajak telah
melakukan pemotongan, penyetoran, dan pencatatan pajak penghasilan pasal 21.
Komponen gaji karyawan pada PT. Panca Usaha Makmur terdiri dari gaji pokok dan
tunjangan.
(Mardiasmo, 2012) yaitu ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam PPh Pasal 21 yang mempunyai NPWP maupun tidak mempunyai NPWP, yang
ini dibayar atau terutang oleh badan pemerintahan atau subjek pajak dalam negeri,
penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan tersebut.

Untuk mencapai tujuan, pemungut pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan
dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak
dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan pemahaman atas perlakuan pajak tertentu dan
setiap perusahaan pasti akan selalu memungut dan melaporkan pajak perusahaannya maupun
karyawannya.
PT. Panca Usaha Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa bongkar
muat yang beralamat di jalan selebes XIV Nomor 361 belawan kecamatan medan belawan,
perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 23 (dua puluh tiga) karyawan yang mana golongan
kelas dan tingkat jabatnnya berbeda-beda, termasuk dalam penetapan perhitungan pajak
penghasilan berupa gaji dan upah karyawan.
Tahun 2017
Karyawan A B
Gaji setahun 42.000.000 42.000.000
Insentif 48.000.000 36.000.000
BPJS 4.573.800 4.573.800
Penghasilan bruto 94.573.800 82.573.800
Pengurang
Biaya jabatan 4.728.690 4.128.690
(5% x penghasilan bruto)
Iuran pensiun - -
Jumlah pengurang 4.728.690 4.128.690
Penghasilan neto setahun 89.845.110 78.445.110
PTKP
Wp sendiri 54.000.000 54.000.000
Wp kawin 4.500.000 4.500.000
Tanggungan 9.000.000 13.500.000
Jumlah PTKP 67.500.000 72.000.000
PKP 22.345.110 10.573.800
Beban pajak 1.117.256 528.690
Pajak sebulan 93.105 44.058
Pajak menurut PUM 126.513 45.742
Overstated 33.408 1.685
Understated - -
Dari data diatas dapat dilihat bahwa perhitungan pajak penghasilan pasal 21 atas
gaji karyawan PT. Panca Usaha Makmur belum sesuai dengan Undang – Undang No. 36
Tahun 2008 karena terdapat perbedaan dalam perhitungan besarnya PPh Pasal 21 yang
diperoleh perusahaan atas gaji karyawan lebih besar dari pajak penghasilan pasal 21 yang
seharusnya menurut Undang – Undang pajak penghasilan No. 36 Tahun 2008. Akibat
perbedaan perhitungan tersebut, maka pajak penghasilan pasal 21 yang dipotong oleh
perusahaan sesuai dengan tabel diatas mengakibatkan overstated/understated dalam beban
pajak akibat salah perhitungan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti
sebagai berikut:
1) Mengapa terjadi kesalahan dalam perhitungan pph pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Panca
Usaha Makmur ?
2) Apa yang menyebabkan terjadinya Overstated/Understated perhitungan PPh pasal 21 pada
PT. Panca Usaha Makmur ?

KAJIAN PUSTAKA
Pajak Penghasilan
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
adalah : “Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak”
Menurut (Hani, 2007), Pembayaran PPh ini dilakukan dalam tahun berjalan
melalui pemotong oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 21/26 adalah pemberi kerja, bendaharawan
pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggara kegiatan.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan membantu wajib pajak dalam hal
memenuhi kewajiban perpajakannya, pemerintah meluncurkan sebuah terobosan baru yang
disebut dengan pengampunan pajak (tax amnesty) melalui undang undang no.11 tahun 2016
tentang pengampunan pajak. Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh
Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang
perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan
dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang
tebusan (Indonesia, 2015a).
menurut (Resmi, 2011) mendefinisikan pajak penghasilan pasal 21: adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dlakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Menurut (Bastari & Dalimunthe, 2015) pemotongan pajak atas PPh pasal 21
adalah:
1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
2) Bendaharawan atau pemegang kas pemerintah baik pusat maupun daerah.
3) Dana pensiun, badan penyelenggara jamsostek, dan badan lain yang membayar uang
pensiun dan tht/tunjangan hari tua.
4) Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi
internal, perkumpulan OP serta lembaga lainnya yang melakukan kegiatan) yang
membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk appaun kepada wajib
pajak orang pribadi berkenan suatu kegiatan.

Menurut (Bastari & Dalimunthe, 2015) yang menjadi subyek pajak PPh pasal 21 adalah :
1) Pegawai.
2) Penerima uang pesangon.
3) Buka pegawai.

Pejabat perwakilan diplomatic dan konsultan atau pejabat lain dari Negara asing dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka dan bertempat tinggal sama dengan mereka
dengan syarat WNI serta tidak menerima/memperoleh penghasilan lain dari luar jabatannya.
Perjabatan perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan WNIdan tidak menjalankan
usaha/kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

Jika sebelumnya perhitungan, pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 23


dilakukan secara terpisah-pisah, kini ketiga hal tersebut bisa dilakukan dengan satu
aplikasi online pajak yang terintegrasi, mudah, otomatis dan lebih cepat. Membuat
laporan PPh Pasal 23 di online pajak atau menggunakan file CSV PPh Pasal 23 dari
aplikasi e-SPT, lalu mengimpornya untuk e-filling pajak gratis di online pajak.
Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1 ayat 1, pengertian
pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undnag-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.(Indonesia, 2007a)
Pajak meurpakan sebuah kewajiban dalam memberikan sebagian harta kekayaan
seseorang kepada Negara karena suatu keadaan, kejadian, perbuatan yang memberikan
suatu kedudukan tertentu dimana iuran tersebut bukanlah suatu hukuman, namun sebuah
kewajiban dengan berdasarkan berbagai peraturan yang ditetapkan pemerintah dan
bersifat memaksa. Mempunyai tujuan untuk memelihara kesejahteraan masyarakat.
(Ilyas & Suhartono, 2013)
Menurut (Muljono, 2010) menyatakan akuntansi pajak adalah bidang akuntansi
yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan, yang mengacu pada peraturan,
perundang-undang, dan aturan pelaksanaan perpajakan.
Menurut (Diana & Setiawati, 2004), Kata Pajak Penghasilan (PPh) memiliki dua
pengertian yang disatukan satu dengan yang lainnya. Pengertian pertama tentang arti
pajak secara bebas yaitu sebagai suatu kewajiban negara dan anggota masyarakat untuk
membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur dalam undang undang, sedangkan penghasilan adalah jumlah
uang yang telah diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dalam
bentuk usaha lainnya yang dapat dipergunakan untuk aktivitas ekonomi seperti
mengkonsumsi dan atau menimbun serta menambah kekayaan. Pajak adalah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Menurut
pasal 4 ayat 1 undang-undang PPh No. 10 Tahun 1994 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000 (Hani, 2007) Yang dimaksud dengan
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Menurut (Djuanda, Ardiansyah,
& Lubis, 2003), “PPh Pasal 25 adalah besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar
Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: a. Pajak Penghasilan yang
dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan
yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; b. Pajak Penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24; dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Dalam peraturan perpajakan bisnis outsourcing masuk dalam beberapa aturan
yakni Surat Edaran Dirjen Pajak nomor SE-05/PJ.53/2003 tentang perlakuan pajak
pertambahan nilai atas penyerahan jasa di bidang tenaga kerja. Aturan itu menyebutkan,
outsourcing adalah kegiatan memberikan jasa dalam suatu bidang usaha, kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemberi jasa dengan disertai keterlibatan
langsung tenaga kerja tersebut dalam pelaksanaanya.

Kerangka Berfikir
PT. Panca Usaha Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
bongkar muat yang beralamat di jalan selebes XIV Nomor 361 belawan kecamatan
medan belawan, perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 23 (dua puluh tiga) karyawan
yang mana golongan kelas dan tingkat jabatnnya berbeda-beda, termasuk dalam
penetapan perhitungan pajak penghasilan berupa gaji dan upah karyawan.
Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak
penghasilan pribadi perhitungan dengan menggunakan tarif progresif dimana tarif
tersebut adalah 5 % penghasilan sampai dengan 50.000.000, 15 %penghasilan sampai
dengan 250.000.000, 25%penghasilan sampai dengan 500.000.000, 30%penghasilan di
atas 500.000.000.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus yang bersifat
deskriptif untuk tujuan analisis. Deskriptif maksudnya memberikan gambaran yang
mendetail tentang latar berlakang, sifat-sifat serta karakteristik yang khas dari subjek
yang diteliti yang kemudian akan dijadikan bahan penelitian untuk dianalisis. Penelitian
deskriptif ini menunjukkan penelitian non hipotesis. (Sugiyono, 2013) Penelitian
mengevaluasi perhitungan pencatatan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada
PT. Panca Usaha Makmur dengan analisis kompratif terhadap objek penelitian dengan
konsep pembanding dalam hal ketentuan UU perpajakan maupun standart akuntansi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan pajak penghasilan (PPh) 21 merupakan hal yang sangat
penting dan rutin dilakukan dalam suatu perusahaan ataupun instansi untuk
melaporkan pajak, baik pajak pribadi maupun pajak Badan yang terutang.
Perhitungan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 harus dilakukan secara benar dan
sesuai dengan Undang – undang yang berlaku, dengan kata lain apabila suatau
Wajib Pajak perusahaan atau instansi tidak emnerapkan perhitungan dan pelaporan
pajak sesuai dengan Undang – undang perpajakan yang berlaku maka akan
dikenakannya sanksi berupa sanksi administrasi hingga sanksi pidana berupa
kerungan, itu semua berganting pada jenis pelanggaran yang dilakukan. Berikut ini
adalah perhitungan PPh Pasal 21berdasarkan datayang diperoleh penulis dari bukti
pemotongan PPh pasal 21 karyawan tetap PT. Panca Usaha Makmur:
a. Perhitungan PPh Pasal 21 menurut PT. Panca Usaha Makmur
Tahun 2017
1. Tuan A adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 48.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 4.728.690 dengan status K/2.
2. Tuan B adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 36.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 4.128.690 dengan status K/3.

Tabel IV.1
Perhitungan Menurut Perusahaan Tahun 2017
Keterangan Tuan A Tuan B
Gaji Setahun Rp 42.000.000 Rp 42.000.000
Insentive x 12 Rp 48.000.000 Rp 36.000.000
BPJS x 12 Rp 4.573.800 Rp 4.573.800
Penghasilan Bruto Rp 94.573.800 Rp 82.573.800
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp 4.728.690 Rp 4.128.690
Penghasilan Netto
Rp 89.845.110 Rp 78.445.110
Setahun
PTKP Rp 67.500.000 Rp 72.000.000
PKP Rp 22.345.110 Rp 10.573.800
Beban Pajak Rp 1.117.256 Rp 528.690
Pajak Sebulan Rp 93.105 Rp 44.058
Pajak Menurut
Rp 126.513 Rp 45.742
PUM
Understated - -
Overstated (Rp 33.408) (Rp 1.685)
Tahun 2018
1. Tuan A adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 72.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 5.928.690 dengan status K/2.
2. Tuan B adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 48.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 4.728.690 dengan status K/3.
Tabel IV.2
Perhitungan Menurut Perusahaan Tahun 2018
Keterangan Tuan A Tuan B
Gaji Setahun Rp 42.000.000 Rp 42.000.000
Insentive x 12 Rp 72.000.000 Rp 48.000.000
BPJS x 12 Rp 4.573.800 Rp 4.573.800
Penghasilan Bruto Rp 118.573.800 Rp 82.573.800
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp 5.928.690 Rp 4.728.690
Penghasilan Netto
Rp 112.645.110 Rp 89.845.110
Setahun
PTKP Rp 67.500.000 Rp 72.000.000
PKP Rp 45.145.110 Rp 17.845.110
Beban Pajak Rp 2.257.256 Rp 892.256
Pajak Sebulan Rp 188.105 Rp 74.355
Pajak Menurut
Rp 186.513 Rp 66.742
PUM
Understated Rp 1.542 Rp 7.613
Overstated - -

b. Perhitungan PPh Pasal 21 menurut Undang – Undang Perpajakan


Tahun 2017
1. Tuan A adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 48.000.000, BPJS Rp
4.573.000 dan biaya jabatan Rp 4.728.690 dengan status K/2.
2. Tuan B adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 36.000.000, BPJS Rp
4.573.000 dan biaya jabatan Rp 4.128.690 dengan status K/3.
Tabel IV.3
Perhitungan Menurut Undang – Undang Tahun 2017
Keterangan Tuan A Tuan B
Gaji Setahun Rp 42.000.000 Rp 42.000.000
Insentive x 12 Rp 48.000.000 Rp 36.000.000
BPJS x 12 Rp 4.573.800 Rp 4.573.800
Penghasilan Bruto Rp 94.573.800 Rp 82.573.800
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp 4.728.690 Rp 4.128.690
Penghasilan Netto
Rp 89.845.110 Rp 78.445.110
Setahun
PTKP Rp 67.500.000 Rp 72.000.000
PKP Rp 22.345.110 Rp 10.573.800
Beban Pajak Rp 1.117.256 Rp 528.690
Pajak Sebulan Rp 93.105 Rp 44.058
Pajak Menurut
Rp 126.513 Rp 45.742
PUM
Understated - -
Overstated Rp 33.408 Rp 1.685

Tahun 2018
1. Tuan A adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 72.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 5.928.690 dengan status K/2.
2. Tuan B adalah salah satu karyawan PT. Panca Usaha Makmur dengan
gaji setahun Rp 42.000.000, Insentive Rp 48.000.000, BPJS Rp
4.573.800 dan biaya jabatan Rp 4.728.690 dengan status K/3.
Tabel IV.4
Perhitungan Menurut Undang – Undang Tahun 2018
Keterangan Tuan A Tuan B
Gaji Setahun Rp 42.000.000 Rp 42.000.000
Insentive x 12 Rp 72.000.000 Rp 48.000.000
BPJS x 12 Rp 4.573.800 Rp 4.573.800
Penghasilan Bruto Rp 118.573.800 Rp 94.573.800
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp 5.928.690 Rp 4.728.690
Penghasilan Netto
Rp 112.645.110 Rp 89.845.110
Setahun
PTKP Rp 67.500.000 Rp 72.000.000
PKP Rp 45.145.110 Rp 17.845.110
Beban Pajak Rp 2.257.256 Rp 892.256
Pajak Sebulan Rp 188.105 Rp 74.355
Pajak Menurut
Rp 186.513 Rp 66.742
PUM
Understated (Rp 1.542) (Rp 7.613)
Overstated - -

PEMBAHASAN
1. Perhitungan PPh Pasal 21 PT. Panca Usaha Makmur dengan Undang-Undang
yang berlaku
Perbedaan perhitungan PPh Pasal 21 karyawan di PT.Panca Usaha Makmur antara
perhitungan PPh Pasal 21 menurut perusahaan dengan perhitungan PPh Pasal 21 menurut
peraturan Undang-undang Perpajakan.
Berdasarkan hasil perhitungan PPh Pasal 21 yang telah dijelaskan sebelumnya
terjadi perbedaan perhitungan PPh pasal 21 menurut perusahaan dengan PPh pasal 21
menurut Undang-undang, yaitu :
a. Dimana karyawan tetap yang bernama Tuan A terdapat
perbedaanpenghitungan menurut perusahaan dan penghitungan menurut
Undang – undang sebesar Rp 126.513 dan Rp 93.105 sehingga mengakibatkan
overstated sebesar Rp 33.408 pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018
terjadi perbedaan sebesar Rp 186.563 dan Rp 188.105 sehingga
mengakibatkan understated sebesar Rp 1.542. Perbedaan perhitungan dikedua
tahun ini terjadi dikarenakan perusahaan tidakmemasukan uang lembur
sehingga PPh 21 yang dihitung belum termasuk uang lembur didalamnya dan
mengakibatkan kesalahan dalam perhitungannya.
b. Dimana karyawan tetap yang bernama Tuan B terdapat
perbedaanpenghitungan menurut perusahaan dan penghitungan menurut
Undang – undang sebesar Rp 45.742 dan Rp 44.058 sehingga mengakibatkan
overstated sebesar Rp 1.685 pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018
terjadi perbedaan sebesar Rp 66.742 dan Rp 74.355 sehingga mengakibatkan
understated sebesar Rp 7.613. Perbedaan perhitungan dikedua tahun ini juga
terjadi dikarenakan perusahaan tidakmemasukan uang lembur sehingga PPh
21 yang dihitung belum termasuk uang lembur didalamnya dan
mengakibatkan kesalahan dalam perhitungannya.
Berdasarkan teori yang ada menurut (Hanum, 2014) bahwa pegawai tetap,
penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai serta
distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-
undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP untuk pegawai tetap
dihitung berdasarkan penghasilan bruto didalamnya termasuk tunjangan kerja dan uang
lembur atau upah tambahan lainnya yang bersifat menambah penghasilan bruto dikurangi
biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp
500.000 (sebulan) ; dikurangi iuran pension. Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
Dilihat dari teori tersebut perusahaan tidak menghitung pajak PPh pasal 21 sesuai
dengan peraturan Undang-undang dan perhitungan yang dilakukan perusahaan tidak
sesuai dengan teori yang dijabarkan sehingga terjadi selisih overstated dan understated
dalam penghitungan PPh pasal 21.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan perhitungan PPh Pasal
21 pada PT. Panca Usaha Makmur
Menurut hasil penelitian terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan PT. Panca Usaha Makmur
Pemotongan atas gaji karyawan yang dilakukan oleh perusahaan
melakukan pemotongan pajak dimana karyawan yang menanggung pajak
penghasilan. Pajak penghasilan akan dipotong 5% dari penghasilan Netto
karyawan yang memiliki NPWP dan 6% kepada karyawan yang tidak memiliki
NPWP untuk pengkalian lapisan pajak pertama. Berdasarkan data yang diperoleh
terkait dengan pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan atas gaji karyawan tetap
yang dilakukan bendahara perusahaan belum sesuai dengan Undang-undang
Perpajakan sehingga menyebabkan overstated Pajak PPh pasal 21 pada tahun 2017
dan understated Pajak PPh 21 pada tahun 2018.
b. Pencatatan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan PT. Panca Usaha Makmur
Pencatatan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong dan
disetorkan oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja yang merupakan pajak
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Dari data yang diperoleh
pencatatan yang dilakukan oleh bendahara tidak sesuai. Dikarenakan adanya
kesalahan perhitungan dan pemotongan akan mempengaruhi nominal akun pajak
di dalam penjurnalan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Terjadinya selisih lebih catat dan kurang catat oleh PT. Panca Usaha Makmur,
perusahaan tidak mendata ulang hasil perhitungan PPh Pasal 21 yang digunakan
perusahaan tidak sesuai dengan hasil sebenarnya.
2. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi selisih perhitungan overstated dan
understated pada PT. Panca Usaha Makmur dikarenakan uang lembur yang
diberikan tiap bulan kepada karyawan tidak dimasukkan sebagai penambah
penghasilan bruto, karena menurut perusahaan yang dimasukkan sebagai
penambah penghasilan bruto hanyalah penghasilan yang teratur diterima
karyawan setiap bulannya. Namun seharusnya yang benar menurut Standart
Akuntansi Keuangan, uang lembur merupakansalah satu komponen penambah
penghasilan bruto.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil maka penulis memberikan saran yang
dapat dijadikan masukan oleh pihak perusahaan.
1. PT. Panca Usaha Makmur harus memasukkan uang lembursebagai penambah
penghasilan bruto dalam perhitungan pajak penghasilanpasal 21 agar sesuai
dengan Standart Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Perpajakan No. 36
Tahun 2008.
2. PT. Panca Usaha Makmur untuk lebih terus meningkatkankepatuhan terhadap
peraturan Perpajakan guna menghindari masalah terkenasanksi dan tetap
mengamati informasi mengenai perubahan peraturan UU Perpajakan terbaru.
3. PT. Panca Usaha Makmur harus lebih teliti dalam melakukan perhitunganPPh
Pasal 21 agar tidak terjadi kesalahan perhitungan selisih kurang atau lebih catat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I., & Nainggolan, E. P. (2018). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Motivasi Membayar Pajak Dengan Penerapan UU Tax Amnesty Sebagai Variabel
Moderating Pada KANWIL DJP SUMUT I MEDAN. Pendidikan Akuntansi, 1(2), 181–191.
https://doi.org/.org
Bastari, M., & Dalimunthe, J. (2015). Perpajakan Teori dan Kasus. Perdana Publishing. Medan: Perdana
Publishing.
Brotodihardjo, R. S. (2008). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Refika Aditama.
Christy, Y. (2003). Hubungan Keakuratan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Antara fiskus dan
Wajib Pajak pada RS Immanuel. Ilmiah Akuntansi, 2(2), 36–43.
Diana, A., & Setiawati, L. (2004). Perpajakan Indonesia, Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis.
Yogyakarta: Andi.
Djuanda, G., Ardiansyah, & Lubis, I. (2003). Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Jakarta: Salemba Empat.
Elim, I., & Runtuwarow, R. (2016). Analisis Penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji
Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(1), 283–294.
Fitriandi, P. (2010). Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat.
Gunadi. (2009). Akuntansi Pajak. Jakarta: Grasindo.
Hani, S. (2007). Pengaruh Pajak Tangguhan Terhadap Beban Pajak Terutang Pph Badan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). 7(1), 21–52.
Hanum, Z. (2014). Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat (BPR)
Syariah Gebu Prima Medan. Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 14(1), 18–25.
Hanum, Z., & Januri. (2018). Analisis Penyampaian SPT Masa dan Jumlah Wajib Pajak Badan Dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Pratama Medan Belawan. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 18(2), 123–133.
Hanum, Z., & Rukmini. (2012). Perpajakan Indonesia. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Ilyas, W. B., & Suhartono, R. (2013). Perpajakan, Pembahasan Lengkap BerdasarkanPerundang-undangan
dan Aturan Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Indonesia, K. K. R. (2003a). Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2003.
https://doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004
Indonesia, K. K. R. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2003. , Pub. L. No. 43 (2003).
Indonesia, K. K. R. (2007a). UU No 28 Tahun 2007. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang KUP Dan Peraturan Pelaksanaannya.
Indonesia, K. K. R. UU No 28 Tahun 2007. , Pub. L. No. 28, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya (2007).
Indonesia, K. K. R. (2015a). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015.
Indonesia, K. K. R. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. , Pub. L. No. 122 (2015).
Juliandi, A., Irfan, & Manurung, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media
Perintis.
Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2012). Perpajakan. Yiogyakarta: Andi.
Muljono, D. (2010). Panduan Brevet Pajak. Yogyakarta: Andi.
Nainggolan, E. (2014). Hubungan antara Kinerja Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di
Puskesmas Kartasura (Fakultas Ekonomi Universitas Dharmawangsa). Retrieved from
digilib.stikeskusumahusada.ac.id/.../01-gdl-nettinimst-1202-1-artikel-i.pdf
Nugroho, S. D. A. (2010). Cara Mudah Menghitung Pajak Pribadi. Bandung: Raih Asa Sukses.
Perhitungan, A., Penghasilan, P., Pada, P., Megasurya, P. T., Manado, N., Susan, J., … Akuntansi, J. (2013).
Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Pt. Megasurya Nusalestari Manado. Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 1599–1607.
Ramli, F. N. (2017a). Analisis Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap di PT
Perkebunan Nusantara III. Medan.
Ramli, F. N. (2017b). ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI
PEGAWAI TETAP DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III. Medan.
Resmi, S. (2011). Perpajakan; Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rialdy, N. (2017). Pengaruh Arus Kas Operasi Tterhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Pada PT Pegadaian
(PERSERO) KANWIL I Medan. Akuntansi Dan Bisnis, 3(1), 84–92.
Siringoringo, M. J., & Simanjuntak, O. (2012). Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut
UU No. 36 Tahun 2008 Sebuah Kajian Interpretive pada Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Toba Samosir. Medan.
Suandy, E. (2006). Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarsan, T. (2017). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks.
Susan, J. (2013). Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Pt. Megasurya Nusalestari Manado.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 1599–1607.
Wahyudi, H., & Surya Sanjaya. (2017). Pengaruh Penerapan Elektronik Nomor Faktur (E-Nofa) dan Faktur
Pajak Fiktip Terhadap Penerimaan Pajak. Riset Finansial Bisnis, 1, 79–92.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1049135
Waluyo. (2017). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Zulia Hanum dan Januri. (2018). Analisis Penyampaian SPT Masa dan Jumlah Wajib Pajak Badan Dalam
Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Pratama Medan Belawan. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 18(2), 123–133.

Anda mungkin juga menyukai