Anda di halaman 1dari 22

PAJAK

PENGHASILAN
‘’Kelompok 4’’
Anisa Dwi Nuraini Kaida
(1941045)
Darwati Muhammad (1941060)
Ikriah N. Didak (1941056)
Lilis Suryani Mokodompit (1941062)
Nurhafni Aprilia (1941040)
Putri Ramadhanti Hadji (1941048)
Rendra M. Amaturi (1941074)
Muh. Ardi Goltom (1941078)
PENDAHULUAN
Undang – Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam Tahun Pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam UU PPh disebut Wajib Pajak.

Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama
satu Tahun Pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian
Tahun Pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam
Tahun Pajak.
PEMBAHASAN
I. PAJAK PENGHASILAN UMUM
A. Dasar Pengenaan Pajak
● Besarnya penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar
penghasilan neto. Sementara itu, untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan neto dikurangi dengan penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dapat
dirumuskan sebagai berikut :
● Penghasilan kena pajak (WP badan)=penghasilan neto
● Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi)= penghasilan neto – PTKP
● Menghitung Penghasilan Kena Pajak Dengan Menggunakan Pembukuan
● Penghasilan Kena Pajak WP orang pribadi
● = Penghasilan neto – PTKP
● = (Penghasilan bruto – Biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP

● Penghasilan Kena Pajak WP Badan


● = Penghasilan neto
● = Penghasilan bruto – Biaya yang diperkenankan UU PPh
B. Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan
Norma Perhitungan Penghasilan Neto.

Berikut ini adalah contoh perhitungan pajak yang terutang dengan


menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto :

Wajib Pajak Anto sudah kawin (istri tidak bekerja) dan mempunyai 2 orang anak. Ia seorang
dokter bertempat tinggal di Jakarta. Besarnya persentase dokter sebesar 50%
Penerimaan bruto praktik dokter di rumah di Jakarta setahun Rp 500.000.000
Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :
Sebagai seorang dokter : 50% x Rp 500.000.000 =Rp 250.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) =Rp 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp 182.500.000
C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku mulai 1 Januari 2016 adalah :
1. Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
2. Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
3. Rp 54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, dengan syarat :
• Penghasilan istri tidak semata – mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi
kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang – Undang
PPh Pasal 21.
• Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
atau anggota keluarga yang lain
4. Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
dalam garis keturunan (maksimal 3 orang)
Contoh perhitungan PTKP

Joko sudah menikah dan mempunyai seorang anak. PTKP Joko adalah :
PTKP Setahun :
Untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
Tambahan WP kawin Rp 4.500.000
Tambahan 1 anak Rp 4.500.000
Jumlah Rp 63.000.000

John (warga negara asing) bekerja di Indonesia pada tanggal 1 Maret 2018 dengan kontrak
kerja selama 2 tahun. John sudah menikah dan mempunyai 3 anak. PTKP John adalah :
PTKP Setahun :
Untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
Tambahan WP kawin Rp 4.500.000
Tambahan 3 anak Rp 13.500.000
Jumlah Rp 72.000.000
D.Tarif Pajak
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri 2.Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap
Lapisan Penghasilan Tarif Pajak Sementara itu, tariff pajak atas PenghasilanKena
Kena Pajak Pajak bagi WP badan dalam negeri dan bentuk usaha
Sampai dengan Rp 5% tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi WP badan
50.000.000 dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak
15% Tahun Pajak 2010, diturunkan menjadi 25%.
Di atas Rp 50.000.000
dengan Rp
250.000.000
Di atas Rp 250.000.000 25%
dengan Rp
500.000.000
Di atas Rp 500.000.000 30%
Tarif tertinggi Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
E. Cara Menghitung Pajak
Untuk menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
Pajak Penghasilan (Wajib Pajak Badan) Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)

= Penghasilan Kena Pajak x tariff Pasal 17 = Penghasilan kena pajak x tarif Pasal 17

= Penghasilan neto x tariff Pasal 17


= (Penghasilan – neto – PTKP) x tarif Pasal 17

= (Penghasilan bruto – biaya yang


diperkenankan UU PPh) = [(Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan
x tarif Pasal 17 UU PPh) – PTKP] x tarif Pasal 17
Contoh :

1. Peredaran bruto PT Makmur dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp 4.500.000.000 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 500.000.000. Perhitungan pajak yang terutang :
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran
bruto PT Makmur tidak melebihi Rp 4.800.000.000
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp 500.000.000 = Rp 62.500.000
II. BENTUK USAHA TETAP
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 bulan.

A. BUT dapat berupa :


B. OBJEK PAJAK PENGHASILAN BUT
•Tempat kedudukan manajemen.
•Cabang perusahaan. •Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari
•Kantor Perwakilan.
harta yang dimiliki atau dikuasai.
•Gedung kantor.
•Pabrik. •Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
•Bengkel.
barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
•Gudang.
•Ruang untuk promosi dan penjualan. yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.
•Pertambangan dan penggalian sumber alam.
•Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.
C. PERLAKUAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
SUATU BUT
Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia, akan dikenakan PPH Pasal 26 sebesar
20% (bersifat final).
III.PENYUSUTAN, AMORTISASI, DAN REVALUASI

A. Penyusutan
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan
b. Harta berwujud yang berupa bangunan

B. Metode Dan Tarif Penyusutan


Metode yang digunakan adalah metode garis lucu (straight line method) dan metode
saldo menurun (declining balance method)
C. Contoh Perhitungan Penyusutan

CONTOH PERHITUNGAN
PT. Agri Jaya pada bulan Jili 2014 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa
manfaat 4 tahun seharga Rp1.000.000. Perhitungan penyusutan atas harta tersebut adalah
sebagai berikut :
Alternatif 1 Metode garis lurus

Penyusutan thn 6/12 x 25% x Rp1.000.000 = Rp125.000


2014

Alternatif II Metode saldo menurun

Penyusutan thn 6/12 x 25% x Rp1.000.000 = Rp125.000


2014
D. Amortisasi

Harta tak berwujud dikelompokkan menjadi:


Kelompok 1 : masa manfaat 4 tahun
Kelompok 2 : masa manfaat 8 tahun
Kelompok 3 : masa manfaat 16 tahun
Kelompok 4 : masa manfaat 20 tahun
E. METODE DAN TARIF AMORTISASI

KELOMPOK MASA TARIF TARIF


HARTA TAK MANF AMORTIS AMORTIS
BERWUJUD AAT ASI ASI
    GARIS SALDO
LURUS MENURU
N
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 6,25% 12,5%
Kelompok 4 tahun 5% 10%
20
tahun
F. CONTOH PERHITUNGAN AMORTISASI
PT. Asti Jaya pada tanggal 4 Januari 2014 mengeluarkan uang sebanyak Rp100.000.000 untuk memperoleh hak
lisensi dari Phoenixcycle Ltd. Selama 4 tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Perhitungan amortisasi
atas hak lisensi tersebut adalah sebagai berikut.
Alternatif I : Metode Garis Lurus
Amortisasi tahun 2014 :
25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000
Amortisasi tahun 2015 :
25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000
Amortisasi tahun 2016 :
25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000
Amortisasi tahun 2017 :
25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000
Alternatif II : Metode Saldo Menurun
Amortisasi tahun 2014 :
50% x Rp100.000.000 = Rp50.000.000
Lanjutan..
Amortisasi tahun 2015 :
50% x (Rp100.000.000 – Rp50.000.000)
50% x Rp50.000.000 = Rp25.000.000
Amortisasi tahun 2016 :
50% x (Rp50.000.000 – Rp25.000.000)
50% x Rp25.000.000 = Rp12.500.000
Amortisasi tahun 2017 :
Diamortisasi sekaligus = Rp12.500.000
G. REVALUASI (PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP)

Aktiva tetap yang dapat dilakukan penilaian kembali adalah :

1. Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak
guna bangunan.
2. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
Perlakuan Pajak Atas Selisih Lebih Penilain Kembali Aktiva
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
fiskal semula dikenakan Pajak Pengahasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh
persen).
Contoh 7 :
Pada tahun 2014, PT Sukses melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya. Nilai buku
fiskal aktifa yang dinilai kembali per 31 Desember 2014 adalah Rp. 100.000.000,00.
Nilai wajar aktiva tersebut adalah Rp. 150.000.000,00. Besar PPh atas selisih lebih
penilaian kembali aktiva adalah sebesar :
Nilai wajar aktiva Rp. 150.000.000,00
Nilai buku fiskal aktiva Rp. 100.000.000,00
Selisih lebih penilain kembali aktifa Rp. 50.000.000,00
PPh = Rp. 50.000.000,00 x 10%
= Rp. 5.000.000,00 (bersifat final)
KESIMPULAN
● Dalam mencari Pajak Penghasilan Umum dapat ditentukan
dengan melihat hasil dari Bentuk Usaha Tempat (BUT).
Besarnya penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan
dihitung sebesar penghasilan neto. Sementara itu, untuk Wajib
Pajak orang pribadi dihitung sebesar penghasilan neto dikurangi
dengan penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).Penghasilan Kena
Pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPH Pasal 26 sebesar
20%. Dalam pajak penghasilan juga kita bisa melihat/mengukur
penyusutan harta, amortisasi (harta tak berwujud), dan
REVALUASI (penilaian kembali aktiva tetap).
TERIMA KASIH
KELOMPOK 4

Anda mungkin juga menyukai