Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

PERTEMUAN KE-3
PERENCANAAN PAJAK MELALUI LAPORAN
KEUANGAN KOMERSIAL DAN FISKAL

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari BAB 3 Perencanaan Pajak Melalui Laporan Keuangan
Komersial Dan Fiskal, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, menganalisis dan
memecahkan kasus tentang Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisis dan memecahkan kasus tentang
Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal
Mahasiswa mampu menyimpulkan Laporan Keuangan Komresial dan Fiskal

PETUNJUK PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan sudah membaca modul ini sebelum mengikuti pembelajaran
tatap muka. Mulailah dengan membaca capaian belajar lalu pelajari setiap isi modul
dengan seksama dan kerjakan latihan soal yang terdapat pada akhir pembelajaran
guna mengukur tingkat penguasaan mahasiswa.
URAIAN MATERI
Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal
Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku dan dimaksudkan untuk memberikan informasi
keuangan yang membantu pengguna dalam mengambil keputusan.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan Laporan


Keuangan Paragraf 12, bahwa: “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi.” Selain itu, Laporan keuangan menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.

Dalam PSAK Laporan Keuangan yang lengkap meliputi:

Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode,


Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
Laporan perubahan ekuitas,
Laporan arus kas,
Catatan atas laporan keuangan,
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif.

Laporan Fiskal adalah laporan keuangan yang memuat informasi akuntansi untuk
keperluan perpajakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku yang barang cetakannya berlaku.

Laporan keuangan fiskal sebenarnya bukan istilah akuntansi standar Indonesia.


Istilah ini digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan
kena pajak suatu perusahaan sesuai dengan undang-undang perpajakan untuk
menghitung penghasilan kena pajak sebagai dasar untuk menghitung pajak
penghasilan yang masih harus dibayar. Penghasilan kena pajak ini biasanya dihitung
dari laporan keuangan komersial setelah penyesuaian atau prosedur penyesuaian
telah disesuaikan dengan undang-undang perpajakan. Di bawah sistem penilaian
sendiri, wajib pajak wajib menghitung, menghitung dan membayar kewajiban pajak
berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan, mengajukan Surat Pemberitahuan
(SPT) dan mengajukan Surat Pemberitahuan ke Kantor Pelayanan Pajak. Oleh karena
itu, merupakan kewajiban wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang harus
dibayar.

Dalam UU KUP disebutkan bahwa “Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak


Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri
dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain
yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.” Tapi dalam
undang-undang ttidak dijelaskan mengenai jenis laporan yang harus disampaikan,
apakah Laporan Keuangan fiskal atau komersial. Namun dapat ditafsirkan bahwa
Laporan Keuangan yang dimaksud adalah laporan yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Laporan Keuangan yang disampaikan harus dapat menunjukkan
keterangan yang cukup untuk penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

Laporan Keuangan fiskal yang disarankan, terdiri dari:

Neraca fiskal;
Perhitungan rugi laba dan laba yang ditahan fiskal;
Penjelasan Laporan Keuangan fiskal;
Rekonsiliasi Laporan Keuangan komersial dan Laporan Keuangan fiskal;
Ikhtisar kewajiban pajak.

Perbedaan Laporan Fiskal dan Laporan Komersial

Penghasilan atau pendapatan

Secara definisi menurut IFRS IAS 18 bahwa pendapatan maupun revenue merupakan
penghasilan arus masuk bruto atas manfaat ekonominya selama periode tertentu. Di
mana hal ini diakibatkan timbul dari aktivitas suatu perusahaan, sehingga
menghasilkan peningkatan ekuitas dari para pemilik modal.

Sedangkan menurut IAI (2007:13), penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi


selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan, atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan ekuitas tidak berasal dari kontribusi
penanam modal meningkat.

Dalam konsep penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan berbeda. Hal ini
merupakan hal yang wajar, kembali lagi pada tujuan dan pembuatan kebijakan pada
laporan fiskal dan laporan komersial tersebut juga berbeda. Pada akuntansi
(komersial), penghasilan (income) dan pendapatan (revenue) merupakan hal yang
berbeda, tetapi keduanya termasuk pada laporan keuangan, sedangkan di dalam
akuntansi pajak (fiskal) pendapatan merupakan penghasilan.

pajak (fiskal) membagi penghasilan ke dalam tiga kategori, yaitu :

Penghasilan yang merupakan sebuah objek pajak

Pengahasilan yang dikenakan pajak final

Penghasilan yang bukan termasuk dalam objek pajak penghasilan

Perbedaan laba dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dimana pada fiskal
terdapat penghasilan yang bukan merupakan objek pajak yang berarti penghasilan
tersebut tidak menyebabkan kenaikan laba fiskal.

Beban

Beban menurut akuntansi dan perpajakan juga berbeda. Menurut IAI (2007:13)
diartikan bahwa beban pada akuntansi komersial merupakan sebagai penurunan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau adanya sehingga menyebabkan turunnya ekuitas yang
bukan menyangkut pada pembagian penanam modal. dari sudut pandang fiskal yaitu
sebagai biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara penghasilan atau biaya
yang berhubungan langsung dengan peroleh penghasilan.

Komponen metode penyusutan

Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan,


atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

Menurut IAI PSAK 16:2011 bahwa penyusutan terletak pada umur aktiva, sehingga
dalam akuntansi umur aktiva tidak terlepas dari tafsiran penyesuaian yang digunakan
untuk menentukan hasil umur aktiva.

Sedangkan dalam UU No 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan, metode


penyusutan hanya ada dua, yaitu garis lurus (straight line method) dan saldo
menurun (double declining balanced method).

Penghitungan penyusutan harta berwujud harus mengacu pada masa manfaat dan
tarif penyusutan yang diatur dalam pasal 11 ayat (6) UU PPh sebagai berikut:

Kelompok Harta Masa Penyusutan Penyusutan


Berwujud Manfaat Berdasarkan Ayat 1 Berdasarkan Ayat 2
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II
Bangunan
.
Permanen 20 tahun 5% –
Tidak Permanen 10 tahun 10% –

Berikut contoh penyusutan fiskal dengan metode garis lurus:

Nilai
Tgl. Masa Nilai Buku
No Harta Nilai Penyusutan Buku Per
Peroleha Manfaa Per Januari
. Berwujud Perolehan Tahun 2020 Desember
n t 2020
2020
4
Lemari Rp120.000 Rp28.000.000 Rp24.000.00 Rp4.000.0
1 Februari 5 tahun
dokumen .000 .000 0.000 00
2016
2 April Rp240.000 Rp96.000.000 Rp48.000.00 Rp48.000.
2 Komputer 5 tahun
2017 .000 .000 0.000 000
Kendaraan 2 Juni Rp640.000 Rp224.000.00 Rp64.000.00 Rp160.00
3 10 tahun
operasional 2013 .000 0.000 0 0.000

Lemari dokumen merupakan harta berwujud bukan bangunan (Kelompok I).


Mempunyai masa manfaat selama 4 tahun, dengan tarif penyusutan 25%.

Penyusutan tahun pajak 2020 diketahui masa manfaatnya habis di tahun pajak
2020.

= 2/12 x 25% x Rp120.000.000 = Rp5.000.000

Komputer masuk kategori harta berwujud bukan bangunan (Kelompok I). Masa
manfaatnya 4 tahun, dengan tarif penyusutan 25%.

Penyusutan tahun pajak 2020 adalah:

= 25% x Rp240.000.000 = Rp60.000.000

Kendaraan operasional merupakan harta berwujud bukan bangunan (Kelompok II)


Mempunyai masa manfaat selama 8 tahun, dengan tarif penyusutan 12,5%.

Penyusutan tahun pajak 2020 adalah:

= 12,5% x Rp640.000.000 = Rp80.000.000

Berdasarkan data diatas, maka rekonsiliasi fiskal atas biaya penyusutan harta
berwujud seperti berikut:

N
Keterangan Komersial Koreksi (+) Koreksi (-) Fiskal
o
Penyusutan lemari
1 Rp24.000.000 Rp16.500.000 Rp7.500.000
dokumen
Penyusutan
2 Rp48.000.000 Rp12.000.000 Rp60.000.000
komputer
Penyusutan mobil
3 Rp64.000.000 Rp16.000.000 Rp80.000.000
operasional kantor

Persamaan Akuntansi Pajak dan Akuntansi Umum


Berdasarkan prinsip akuntansi, maka akuntansi umum atau komersial dan akuntansi
pajak memiliki persamaan, sebagai berikut :

Karakteristik Kualitatif
Kesamaan pertama antara kedua jenis akuntansi ini berkaitan dengan karakteristik
kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitatif transaksi pajak dan komersial
adalah sebagai berikut:
Relevan meliputi umpan balik (feedback values), nilai perkiraan, dan tepat waktu
dan lengkap.
Dapat diandalkan ketika informasi disajikan: jujur, dapat diverifikasi, dan netral.
Informasi kepadatan tinggi yang sebanding dibandingkan antara periode waktu
atau unit.
Dapat dimengerti, informasi dapat dimengerti oleh semua pengguna.

Sistem Akrual
Dalam akuntansi umum atau komersial, standar akuntansi yang berlaku adalah
akrual. Seperti akuntasi umum, akuntansi pajak menggunakan akuntansi akrual.
Akuntansi pajak memungkinkan penggunaan sistem campuran (tunai dan
cadangan), tetapi sepenuhnya menghormati ketentuan yang berlaku seperti Pasal
28 UU SRC.
Neraca
Laporan keuangan neraca pada akuntansi umum dan akuntansi pajak sama yaitu
terdiri dari aset, utang dan modal.
Konsep Kesatuan Usaha
Kesamaan lainnya menyangkut prinsip-prinsip badan usaha. Baik akuntansi pajak
dan akuntansi komersial mengikuti prinsip kesatuan operasional. Artinya, pemilik
dan kekayaan atau kekayaan perusahaan dipisahkan.
Prinsip Realisasi
Selain menerapkan prinsip kesatuan perusahaan, ada kesamaan lain dalam prinsip
realisasi. Kedua jenis akuntansi tersebut menerapkan prinsip realisasi dan
seterusnya.
Metode Pembuatan Laporan Fiskal
Ada dua cara untuk membuat laporan keuangan fiskal yaitu :
Pendekatan Terpisah
Untuk menentukan jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar, wajib pajak harus
mengumpulkan semua informasi keuangan sesuai dengan undang-undang
perpajakan dan untuk tujuan komersial.
Extra Compatible Approach
Selama periode laporan keuangan tahunan, Wajib Pajak mengubah laporan
keuangan tahunan yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan Kitab
Undang-undang Hukum Dagang sehingga sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan dan dapat digunakan untuk menghitung pajak yang dibayarkan. Karena
neraca perdagangan adalah dasar penyesuaian pajak oleh pembayar pajak, neraca
perdagangan dan neraca pajak saling terkait.
Penyesuain Laporan Keuangan Fiskal
Anda perlu melakukan beberapa penyesuaian sebelum menyiapkan pengembalian
pajak. Ada dua jenis penyesuaian fiskal, positif dan negatif.
Penyesuaian Fiskal Positif sebagai berikut :
Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan investor atau anggota lain
Pembentukan dana cadangan
Imbalan kerja atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan ke investor atau pihak istimewa
sehubungan dengan urusan pekerjaan
Harta yang dihibahkan atau disumbangkan
Pajak penghasilan
Gaji yang dibayarkan ke anggota persekutuan, Firma atau CV yang modalnya tidak
terbagi atas saham
Sanksi administrasi
Selisih penyusutan komersial
Selisih amortisasi fiskal di atas penyusutan fiskal
Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
Penyesuaian fiskal positif lainnya
Penyesuaian Fiskal Negatif sebagai berikut :
Selisih penyusutan komersial di bawah penyusutan fiskal
Selisih amortisasi komersial di bawah amortisasi fiskal
Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
Penyesuaian fiskal negatif lain

LATIHAN SOAL
Jelaskan perbedaan paling mendasar antara penyusunan laporan keuangan
secara komersial dengan laporan keuangan fiskal?
Sebutkan laporan keuangan komersial dan fiskal ?
Menurut pendapat saudara, mengapa dalam pajak dibutuhkan Laporan
Keuangan Fiskal?

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Melakukan pengecekan terhadap jawaban mahasiswa untuk mengetahui tingkat
penguasaan mahasiswa dalam memahami Laporan Keuangan Komersial dan
Fiska lalu mendiskusikannya didalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1


Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta, 2013.
Undang-Undang No 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16
Aset Tetap, Jakarta, 2011.

Anda mungkin juga menyukai