Anda di halaman 1dari 6

E.

Reklasifikasi antar-kategori

Klasifikasi aset keuangan

Pohon keputusan berikut merangkum klasifikasi aset keuangan menurut IFRS 9.

Kategori aset keuangan berdasarkan IFRS 9

Aset keuangan diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori pengukuran berikut:


 Biaya perolehan diamortisasi.
 Nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain dengan daur ulang ke P/L (“FVOCI dengan
daur ulang”).
 Nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain tanpa daur ulang ke P/L ('FVOCI tanpa daur
ulang').
 Nilai wajar melalui laba rugi ('FVTPL').

Kedua faktor ini penting untuk mengklasifikasikan aset keuangan (IFRS 9.4.1.1):

 Model bisnis entitas untuk mengelola aset keuangan, dan


 Karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan.

F. penyajian dan pengungkapan


Penyajian dalam akuntansi adalah sebuah proses penempatan suatu akun secara terstruktur
pada laporan keuangan. Akun aset, kewajiban, dan ekuitas (akun riil) disajikan dalam laporan
neraca, sedangkan akun pendapatan dan beban (akun nominal) disajikan dalam laporan laba rugi.
Penyajian laporan keuangan (Financial Statement Presentation) merupakan salah satu tahapan
yang penting dalam suatu siklus akuntansi setelah proses pengakuan (recognition) dan
pengukuran (measurement) transaksi, kejadian, dan saldo (balances). Warsadi, K.A. (2017)
menjelaskan, bahwa suatu entitas harus menyiapkan dan menyajikan laporan keuangan sebagai
alat akuntabilitas atau pertanggungjawaban untuk memenuhi tujuan dari pelaporan keuangan itu
sendiri yaitu untuk menjelaskan dan menampilkan hasil dari kinerja manajemen atas pengelolaan
sumber daya (resources) yang dipercayakan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah
laporan keuangan harus menyediakan setidaknya informasi atas kepemilikan entitas terhadap
Aktiva (Asset), Utang/Kewajiban (Liabilities), dan Ekuitas (Equity), Pendapatan dan Beban.

Apa saja Pengungkapan laporan keuangan?


Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan
wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela :
1. Pengungkapan wajib
merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku yai- tu
peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),
2. sedan- gkan pengungkapan sukarela adalah pen- gungkapan yang melebihi dari yang diwajib-
kan (Gunawan 2000).

Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:

 Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya dalam
mengambil keputusan secara rasional.
 Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya menilai
jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.
 Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan.
 Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performance keuangan) suatu perusahaan selama
1 periode.
 Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan
pemilik.
 Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. Untuk menyediakan informasi
mengenai aliran kas masuk dan kas keluar dimasa mendatang.
 Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika
mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-
perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan
berbagai pihak.

G. Analisis laporan keuangan

Laporan ini merupakan catatan berisi informasi keuangan di suatu masa akuntansi, yang
nantinya dipakai dalam menggambarkan hasil kinerja perusahaan.

Laporan keuangan sendiri menjadi bagian dari proses pelaporan keuangan. Kegiatan ini biasa
dikerjakan oleh pihak audit di lembaga pemerintah, firma, akuntan, dan lembaga lain.
Tujuannya adalah memastikan akurasi serta tujuan terkait pembiayaan, pajak, atau investasi.

Pada dasarnya, laporan keuangan terbagi menjadi laporan neraca, laporan laba rugi, arus kas,
dan perubahan modal. Jenis-jenis ini berguna menjadi sumber informasi. Laporan tersebut juga
akan dipakai oleh perusahaan atau stakeholder (misalnya investor).

Informasi di dalam laporan juga tidak dapat diterima begitu saja. Inilah mengapa analisis
terhadap laporan keuangan diperlukan. Tujuannya adalah memberikan informasi akurat,
mendalam, serta bisa dipertanggungjawabkan. Analisis ini dilakukan untuk memeriksa laporan
secara menyeluruh.

Tujuan analisis laporan keuangan:

 Memahami potensi perusahaan untuk melunasi utang dan bunga, baik jangka panjang atau
jangka pendek.
 Memahami potensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan keuntungan.
 Mengetahui perubahan dalam posisi keuangan di suatu periode.
 Memproyeksikan seperti apa bisnis yang berjalan di periode selanjutnya.
 Menilai kinerja bisnis di periode yang sedang berjalan.
 Membandingkan nilai perusahaan sendiri dengan nilai kompetitor.
 Mengidentifikasi bagian keuangan yang mengalami kendala.
 Menjadi bahan pertimbangan untuk investor semisal ingin melakukan investasi di perusahaan
tertentu.
 Menjadi bahan acuan pemerintah dalam menetapkan nilai pajak yang harus dibayar
perusahaan.
 Menentukan perkembangan yang dialami perusahaan.
 Mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi

Ada 2 analisis laporan keuangan:

Analisis horizontal
Analisis horizontal merupakan perbandingan kinerja keuangan dari tahun sebelumnya ke tahun
berikutnya. Batas minimal perbandingannya adalah dua tahun. Perbandingan kinerja keuangan
dalam analisis horizontal juga dapat melebihi dari dua tahun.[16]
Analisis vertikal
Analisis vertikal membandingkan posisi keuangan dari tiap elemen yang ada di dalam laporan
keuangan. Elemen ini meliputi aset, liabilitas dan ekuitas keuangan. Dalam laporan posisi
keuangan, tiap bagian dari ketiganya dibandingkan melalui persentase. Perbandingan diadakan
terhadap jumlah keseluruhan dari masing-masing elemen. Pembandingan yang sama juga
berlaku pada laporan laba rugi dan laporan perubahan modal.[17] Pelaksanaan analisis vertikal
hanya dilakukan dalam satu periode laporan keuangan. Analisis vertikal hanya memberikan
gambaran mengenai hubungan antara tiap jenis laporan keuangan dalam satu periode. Kegunaan
lain dari analisis vertikal adalah membandingkan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan
perusahaan lain pada periode waktu tertentu. Perusahaan yang dibandingkan juga harus memiliki
unit usaha yang sejenis sehingga data kinerja keuangan dapat menjadi acuan dalam perbandingan
perusahaan

Contoh Analisis Laporan Keuangan

Sebelum melakukan analisis pada laporan keuangan, ada baiknya untuk memperhatikan
beberapa contoh dahulu. Di bawah ini akan dijelaskan contoh analisis dengan metode atau
teknik analisis horizontal dan teknik analisis vertikal.
1. Analisis Horizontal
Berikut ini adalah contoh analisis horizontal sederhana. Misalnya, pada tahun 2020, PT Sinar
Abadi memiliki pendapatan senilai Rp 800.000.000. Sementara di tahun 2021, pendapatan
perusahaan adalah senilai Rp 850.000.000.

Dalam analisis horizontal, yang harus dicari pertama adalah persentase perubahan pendapatan
di periode sebelumnya (2020) dan periode setelahnya (2021). Berikut ini adalah rincian
perhitungannya.

(Pendapatan tahun 2021 – Pendapatan tahun 2020) / Pendapatan tahun 2020 * 100%
= (Rp850.000.000 – Rp800.000.000) / Rp800.000.000 * 100%
= Rp50.000.000 / Rp800.000.000 * 100%
= 6,25%

Maka, pendapatan perusahaan PT Sinar Abadi mengalami peningkatan senilai 6,25% dari
tahun 2020 ke tahun 2021.

2. Analisis Vertikal
Untuk contoh analisis vertikal, akan digunakan rasio likuiditas lancar (current ratio). Misalnya,
PT Sinar Abadi mempunyai total aset lancar senilai Rp35.000.000. Perusahaan ini juga
mempunyai utang yang mesti lunas dalam setahun, senilai Rp7.000.000 di tahun 2021.

Dalam analisis ini, akan dibandingkan dua pos laporan. Pos itu ialah total aset lancar serta
utang jangka pendek di suatu periode. Dengan rumus rasio likuiditas lancar, berikut ini adalah
rincian perhitungannya.

Total aset lancar / Utang jangka pendek * 100%


= Rp35.000.000 / Rp7.000.000 * 100%
= Rp5.000.000 * 100%
= 5 * 100%

Pada rasio likuiditas lancar, apabila nilai perbandingan di atas 1, maka dapat dikatakan
perusahaan dalam kondisi aman serta diperkirakan mampu melunasi utang jangka pendek yang
ada.

Pemahaman dalam analisis laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan. Hal ini
disebabkan karena laporan keuangan penting dalam menggambarkan kondisi finansial
perusahaan dengan tepat, relevan, serta dapat dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai