ARTIKEL
“PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN DI INDONESIA”
OLEH :
RYSKA NURNOVIANTI
B1C1 18 025
KELAS A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN DI INDONESIA
Ryska Nurnovianti
B1C1 18 025
Kelas A
Akuntansi S1 / Universitas Haluoleo
Ryskanurnovianti12@gmail.com
ABSTRAK
Sistem Akuntansi perusahaan yang baik, merupakan faktor penunjang yang penting dalam
sistem perpajakan. Akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang
berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan kepada fikus
(otoritas perpajakan). Paper ini ditulis bertujuan menggambarkan betapa pentingnya
pembukuan dan pencatatan untuk menghasilkan laporan keuangan, dalam menentukan
pajak sebagai sumber keuangan negara. Sebagai bagian dari akuntansi terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan.
Perbedaan yang utama antara keduanya dalam hal timing dan permanent ent difference.
Perkembangan akuntansi perpajakan tidak lepas dari perkembangan akuntansi komersial
dengan banyak diwarnai oleh kebijakan, serta politik perpajakan baik secara nasional,
regional, maupun global).
Kata kunci : Akuntansi Perpajakan
ABSTRACK
A good corporate accounting system is an important supporting factor in the tax system.
Accounting is a part of accounting that deals with the presentation of information in
accordance with tax provisions to the tax authorities (tax authorities). This paper is written
with the aim of measuring the importance of bookkeeping and recording to produce
financial statements, determining taxes as a source of state finance. As part of accounting,
there are some similarities and differences between commercial accounting and tax
accounting. The main difference between the two is in terms of timing and permanent ent
difference. The development of accounting cannot be separated from the development of
commercial accounting with many policies, as well as national, regional and global politics.
Menurut difinisi tersebut, akuntansi dipandang dari sudut kegiatan jasa, akuntansi
dapat pula dipandang sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif / analisisi dan sebagai suatu
sistem informasi (Kieso Weygandt 1993). Melalui accounting cycle, bukti transaksi
(Business Paper) baik yang bersifat intern diproses menjadi informasi dalam bentuk
laporan keuangan yang akan dipakai sebagai pengambilan keputusan oleh stakeholder.
Laporan Keuangan tersebut seringkali disebut dengan Laporan Keuangan Komersial.
*) Dra. Endang Dwi Retnani, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Untuk menjadi laporan fiskal, maka Laporan Keuangan Komersial harus diadjust
(diko- reksi) sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyajian informasi yang berdasarkan undang – undang perpajakan. Perkembangan
akuntansi perpajakan sesuai dengan perkembangan ekonomi aka berjalan parallel dengan
perkembangan akuntansi komersial. Pemerintah sebagai otoritas pajak berusaha dapat
memasukkan dana yang cukup dari masyarakat melalui sistem perpajakan, dengan tetap
berpegang dan memperhatikan perungdang-undangan perpajakan, keadaan perekono-
mian, sosial dan budaya, keadaan wajib pajak, sistem administrasi dan aparat pajak,
sistem akuntansi perusahaan yang baik, sistem etika business di masyarakat, serta sistem
hukum yang menjamin kepastian transaksi.
PEMBAHASAN
1. Akuntansi Perpajakan
Pada dasarnya, baik akuntansi biasa maupun perpajakan memiliki cara kerja yang
serupa. Bedanya, jika akuntansi biasa menghasilkan laporan keuangan, akuntansi
perpajakan menghasilkan laporan pajak.
a. Neraca Fiskal
Neraca Fiskal pada prinsipnya sama dengan neraca komersial yang berisi Harta,
Utang dan Modal perusahaan pada akhir periode akuntansi, dengan klasifikasi
menurut likuiditas dan kewajiban yang sudah ditentukan. Perbedaannya hanya
terletak pada keharusan pada neraca fiskal untuk mengungkpkan adanya hubungan
istimewa dalam rekening utang piutang.
Sedangkan perhitungan Laba Rugi Fiskal dilaporkan tidak jauh berbeda dengan
perhitungan Laba Rugi Komersial, yaitu sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan
(SAK) dan ketentuan serta peraturan perundang - ndangan perpajakan. Perbedaanya
adalah bahwa laporan Laba Rugi Fiskal harus menyesuaikan dengan ketentuan
perpajakan. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal khususnya Laporan Laba Rugi
fiskal menurut Sophan Lumbantoruan (1993) dapat diperinci sebagai berikut :
a. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha dengan
penghasilan dan biaya di luar usaha.
e. Laba Bersih mencerminkan seluruh post Laba Rugi selama satu tahun
f. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun sebelumnya
di- sajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan sehingga tidak memerlukan
per- baikan SPT yang lalu.
Menurut peraturan perpajakan aktiva tersebut di atas masuk golongan I yang akan
disusutkan dengan menggunakan metode persentase penyusutan saldo menurun
(Double Declining Balance method). Dalam metode ini beban penyusutan tiap
tahunnya menurun; persentase penyusutan saldo menurun, pengertiannya adalah
bahwa persentase tersebut dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan nilai buku
aktiva tetap (Zaki Baridwan; 1992). Sehingga dengan contoh di atas besarnya beda
penyusutan antara penyusutan menurut Laporan Komersial dan Fiskal dapat
digambarkan seperti pada tabel berikut :
Tabel 1
Perbandingan Beda Penyusutan antara komersial dan fiskal
Tahun Beda
Penyusutan PENYUSUTAN Waktu
Komersial FIskal
1.993 Rp. 8.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp (12.000.000)
1.994 Rp. 8.000.000,- Rp. 10.000.000,- Rp ( 2.000.000)
1.995 Rp. 8.000.000,- Rp. 5.000.000,- Rp ( 3.000.000)
1.996 RP. 8.000.000,- Rp. 2.500.000,- Rp (5.500.000)
1.997 RP. 8.000.000,- Rp. 1.250.000,- Rp (6.750.000)
Sumber : Ilustrasi Penulis
Tabel di atas menggambarkan, pada tahun 1993 dan 1994 jumlah penyusutan fiskal
lebih besar daripada penyusutan komersial, yaitu : masing – masing Rp.12.000.000,-
dan Rp. 2.000.000,- Mulai tahun 1995 dan seterusnya jumlah penyusutan komersial
lebih besar daripada penyusutan fiskal. Menurut ketentuan perpajakan jumlah
penyusutan lebih besar pada tahun – tahun pertama, sedangkan menurut ketentuan
komersial besarnya penyusutan sama setiap tahun. Dengan demikian terdapat
pergeseran biaya (waktu) dari tahun-tahun pertama, tetapi sifatnya sementara yang
pada akhirnya menjadi nol, akibat perbedaan metode penyusutan pada gilirannya
menimbulkan perbedaan pula dalam Laporan Laba Rugi.
a.) Tahun 1975 dalam transaksi sudah dikenal sistem pembukuan secara ”sing-
le”maupun”double entry”. Gunadi (1996) mengatip pernyataan Mattessiick bahwa
teknik single atau double entry accounting adalah Lucas Paciali yang pada tahun
1994 telah menerbitkan buku “Summa d” Arithmetion Geometrica, Proportioni et
Proportionalita”
c.) Tahun 1825, mulai diperkenalkan pemeriksaan keuangan (financial Tahun 1850,
Persepsi masyarakat terhadap Laporan keuangan bergeser dari neraca ke Laba
Rugi, timbul ilmu auditing
d.) Tahun 1875, Akuntansi Biaya dan akuntansi untuk tujuan perpajakan mulai
diperkenalkan
e.) Tahun 1900, SSertifikasi Profesi (CPA) mulai diperkenalkan di Amerika dengan
Ujian Nasional. Di Indonesia, ujian Sertifikasi Akuntasi Publik (CPA) baru
dilaksakan tahun 1997 diikuti oleh para akuntan yang hendak berprofesi sebagai
akuntan publik.
f.) Tahun 1950, mulai diperkenalkan beberapa perkembangan baru seperti : (1).
Akuntansi Pemerintah dan Pengawasan Dana Pemerintah; (2). Teknik Analisis
Biaya (3). Penyeragam Laporan Keuangan (4). Perumusan Norma Pemeriksaan
Akuntan (NPA); (5). Peralian Sistem Manual ke EDP dengan”Panch card
Record”; (6). Akuntansi Perpajakan.
g.) Tahun 1975, timbulnya bidang akuntansi dengan perkembangan sebagai bidang
seperti : (1). Timbulnya Management Science; (2). Semakin canggihnya sistem
informasi akuntansi (3). Munculnya issue pentingnya nilai Sumber Daya Manusia
(SDM) dan hubungan atau lembaga pemerintah.
Dalam menjelang era globalisasi mulai timbul beberapa masalah yang menjadi
kajian dan penelitian serta obyek pengembangan akuntansi (Gunadi, 1996)
menyebutkan : (1). Akuntansi Sumber Daya Manusia; (2). Pelaporan Karyawan; (3).
Cross Culture (sebagai akibat globalisasi); (4). Pancadigna Multi Disiplin; (5).
Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan ; (6).Akuntansi Internasional (termasuk
pemeriksaan untuk internasional); (7). Harmonisasi dan audit.
5. Utang Piutang; baik akuntansi komersial maupun akuntansi pajak, untuk post
utang piutang termasuk bunganya memperlakukan metode yang sama yaitu : tidak
ada perubahan net wealth dan ability to pay netto . Kecuali dalam piutang ragu-
ragu ketentuan pajak tidak sama dengan ketentuan akuntansi komersial . Antara
kedua akuntansi tersebut terdapat pandangan yang berbeda terhadap penghapus
bukan piu- tang ragu-ragu, penghasilan non perfonning credit, serta masalah concel
lation of uudoubtness income.
6. Metode kas dan akrnal. Dalam menentukan / matching antara revenue dan
expence dengan tepat, akuntansi pajak mengikuti akuntansi komersial; ketentuan
dan penyajian dalam akuntansi perpajakan lebih bersifat mandatory dan central
dalam menentukan penghasilan untuk tujuan pajak.
KESIMPULAN
Sistem akuntansi keuangan sangat berhubungan dengan sistem akuntansi
perpajakan, karena akuntansi (laporan) keuangan menyediakan informasi kuantitatif,
yang dapat diukur dengan uang (monetory unit) dari suatu perusahaan atau entitas
ekonomi, untuk disajikan pihak-pihak yang memerlukan seperti manajemen, calon
pemegang saham, investor, kreditur, karyawan protesional (stakeholder) termasuk fiskus
(administrasi Pajak). Informasi kuantitatif yang dimaksud adalah keadaan fimancial dan
kinerja dari perusahaan atau entitas ekonomi yang bersangkutan.
Sebagai fungsi pengambilan keputusan bagi stakeholder terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan, terutama
dalam praktek metode dan prosedure akuntansinya.
Akuntansi perpajakan dimaksudkan untuk menyajikan informasi perpajakan
kepada fiskus (administrasi perpajakan). Perbedaan persepsi antara kedua Laporan
tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan laporan perhitungan Laba – Rugi yang
pada gilirannya menimbulkan perbedaan perhitungan penghasilan kena pajak perbedaan
permanen terjadi karena fiskus menghitung laba fiskal berbeda dengan laba komersial
tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan waktu terjadi apabila perusahaan menyusun
Laporan Laba – Rugi berdasarkan konsep all inchusive, di mana dalam laporan ini
termasuk pos – pos koreksi terhadap laba – rugi tahun yang lalu, karena untuk keperluan
pajak langsung dikoreksikan pada tahun tahun yang bersangkutan.
Perkembangan akuntansi perpajakan selalu parallel dengan perkembangan
akuntansi komersial, bahkan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijaksanaan dan praktek
perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dodge, Joseph. M, The Logic of Tax; Federal Incame Tax Theory & Policy, West Publishing
& Co, ST Paul Minn, 1989.
Fuad Bawazier, Akuntansi Dan Perkembangan Terakhir Undang – Undang Perpajakan, Paper
pada Konggres ke VII I.A.I. di Bandung 1994.
Gunadi, Perkembangan Terakhir Akuntansi Perpajakan, Paper pada Konvensi Nasional Akuntansi
III I.A.I. di Semarang Tanggal 11 – 14 September 1996.
O’ Connor, Walter. F, Accounting and Taxation, Barran’s Business Library New York 1996.
https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan