Anda di halaman 1dari 13

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL
“PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN DI INDONESIA”

OLEH :
RYSKA NURNOVIANTI
B1C1 18 025

KELAS A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

Ryska Nurnovianti
B1C1 18 025
Kelas A
Akuntansi S1 / Universitas Haluoleo
Ryskanurnovianti12@gmail.com

ABSTRAK
Sistem Akuntansi perusahaan yang baik, merupakan faktor penunjang yang penting dalam
sistem perpajakan. Akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang
berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan kepada fikus
(otoritas perpajakan). Paper ini ditulis bertujuan menggambarkan betapa pentingnya
pembukuan dan pencatatan untuk menghasilkan laporan keuangan, dalam menentukan
pajak sebagai sumber keuangan negara. Sebagai bagian dari akuntansi terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan.
Perbedaan yang utama antara keduanya dalam hal timing dan permanent ent difference.
Perkembangan akuntansi perpajakan tidak lepas dari perkembangan akuntansi komersial
dengan banyak diwarnai oleh kebijakan, serta politik perpajakan baik secara nasional,
regional, maupun global).
Kata kunci : Akuntansi Perpajakan

ABSTRACK
A good corporate accounting system is an important supporting factor in the tax system.
Accounting is a part of accounting that deals with the presentation of information in
accordance with tax provisions to the tax authorities (tax authorities). This paper is written
with the aim of measuring the importance of bookkeeping and recording to produce
financial statements, determining taxes as a source of state finance. As part of accounting,
there are some similarities and differences between commercial accounting and tax
accounting. The main difference between the two is in terms of timing and permanent ent
difference. The development of accounting cannot be separated from the development of
commercial accounting with many policies, as well as national, regional and global politics.

Keywords: Tax Accounting


LATAR BELAKANG
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa (servisce activities) yang berfungsi
menyajikan informasi kuantitatif (dalam satua uang) mengenai suatu entitas ekonomi
sebagai bahan pengambilan keputusan ekonomi terhadap beberapa alternatif (AICPA
1970).

Menurut difinisi tersebut, akuntansi dipandang dari sudut kegiatan jasa, akuntansi
dapat pula dipandang sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif / analisisi dan sebagai suatu
sistem informasi (Kieso Weygandt 1993). Melalui accounting cycle, bukti transaksi
(Business Paper) baik yang bersifat intern diproses menjadi informasi dalam bentuk
laporan keuangan yang akan dipakai sebagai pengambilan keputusan oleh stakeholder.
Laporan Keuangan tersebut seringkali disebut dengan Laporan Keuangan Komersial.
*) Dra. Endang Dwi Retnani, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Bilamana laporan keuangan keuangan disusun khusus untuk kepentingan


perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan, maka laporan keuangan
tersebut adalah laporan keuangan fiskal, sehingga timbullah akuntansi Perpajakan karena
setiap orang yang menjalankan usaha, transaksinya biasanya selalu berurusan dengan
perpajakan. Walter o’ Connor (1996) menyebutkan bahwa akuntansi dan perpajakan
mempengaruhi hampir semua dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Untuk menjadi laporan fiskal, maka Laporan Keuangan Komersial harus diadjust
(diko- reksi) sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyajian informasi yang berdasarkan undang – undang perpajakan. Perkembangan
akuntansi perpajakan sesuai dengan perkembangan ekonomi aka berjalan parallel dengan
perkembangan akuntansi komersial. Pemerintah sebagai otoritas pajak berusaha dapat
memasukkan dana yang cukup dari masyarakat melalui sistem perpajakan, dengan tetap
berpegang dan memperhatikan perungdang-undangan perpajakan, keadaan perekono-
mian, sosial dan budaya, keadaan wajib pajak, sistem administrasi dan aparat pajak,
sistem akuntansi perusahaan yang baik, sistem etika business di masyarakat, serta sistem
hukum yang menjamin kepastian transaksi.
PEMBAHASAN

1. Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan adalah sebuah aktivitas pencatatan keuangan pada sebuah


badan usaha atau lembaga untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Dalam dunia perpajakan, akuntansi sebenarnya bukan istilah yang resmi. Istilah yang
lebih tepatnya adalah pembukuan atau pencatatan. Tetapi karena system pajak yang
ditetapkan pemerintah saat ini, sebuah lembaga atau badan usaha diharuskan untuk
menerapkan system akuntansi

Pada dasarnya, baik akuntansi biasa maupun perpajakan memiliki cara kerja yang
serupa. Bedanya, jika akuntansi biasa menghasilkan laporan keuangan, akuntansi
perpajakan menghasilkan laporan pajak.

2. Timbulnya Akuntansi Perpajakan

Seperti telah diutarakan di muka bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian


dari akuntansi yang berhubungan dengan informasi sesuai dengan ketentuan
perpajakan teru- tama kepada otoritas pajak. Dalam perpajakan ditentukan bahwa
wajib pajak berkewa- jiban menyampaikan Surat Pemberi Tahuan (SPT) yang
dilampiri dengan laporan keuangan . Pasal 4 Undang – Undang No : 6 tahun 1993
mensyaratkan bahwa SPT yang dilampiri Laporan Keuangan adalah laporan
keuangan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Sophan Lumbantoruan (1993)
menyebutkan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangn Pajak (Fiskal) memuat
unsur – unsur berikut :

a. Neraca Fiskal

b. Perhitungan Laba Rugi dan perubahan laba yang ditahan

c. Penjelasan Laporan keuangan fiskal

d. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, serta

e. Ikhtisar kewajiban pajak

Neraca Fiskal pada prinsipnya sama dengan neraca komersial yang berisi Harta,
Utang dan Modal perusahaan pada akhir periode akuntansi, dengan klasifikasi
menurut likuiditas dan kewajiban yang sudah ditentukan. Perbedaannya hanya
terletak pada keharusan pada neraca fiskal untuk mengungkpkan adanya hubungan
istimewa dalam rekening utang piutang.

Sedangkan perhitungan Laba Rugi Fiskal dilaporkan tidak jauh berbeda dengan
perhitungan Laba Rugi Komersial, yaitu sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan
(SAK) dan ketentuan serta peraturan perundang - ndangan perpajakan. Perbedaanya
adalah bahwa laporan Laba Rugi Fiskal harus menyesuaikan dengan ketentuan
perpajakan. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal khususnya Laporan Laba Rugi
fiskal menurut Sophan Lumbantoruan (1993) dapat diperinci sebagai berikut :

a. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha dengan
penghasilan dan biaya di luar usaha.

b. Harus memuat rincian unsur-unsur penghasilan dan biaya Wajib Pajak.

c. Rincian penghasilan dilakukan menurut sifat atau jenis penghasilan. Rincian


biaya dilakukan menurut sifat atau tujuan biaya.

d. Disusun dalam bentuk urutan ke bawah (Staffel)

e. Laba Bersih mencerminkan seluruh post Laba Rugi selama satu tahun

f. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun sebelumnya
di- sajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan sehingga tidak memerlukan
per- baikan SPT yang lalu.

Dalam rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal,


terjadi karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Adanya
perbedaan tersebut mengakibatkan pergeseran pengakuan penghasilan dan beban. Hal
ini dise- babkan adanya pos – pos antisipasi. Perbedaan pembebanan sebagai akibat
perbedaan metode antara Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal mengakibatkan
perbedaan Laporan Perhitungan Laba Rugi. Perbedaan Penyusutan atas harta yang
sama misalnya akan menghasilkan Laba Rugi yang tidak sama. Misalkan suatu
perusahaan membeli truck sebagai aktiva Tetap tahun 1993 seharga Rp. 40.000.000,-
disusutkan dengan metode garis lurus selama 5 tahun tanpa nilai residue, sehingga
besarnya penyusutan setiap tahun Rp. 8.000.000,-.

Menurut peraturan perpajakan aktiva tersebut di atas masuk golongan I yang akan
disusutkan dengan menggunakan metode persentase penyusutan saldo menurun
(Double Declining Balance method). Dalam metode ini beban penyusutan tiap
tahunnya menurun; persentase penyusutan saldo menurun, pengertiannya adalah
bahwa persentase tersebut dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan nilai buku
aktiva tetap (Zaki Baridwan; 1992). Sehingga dengan contoh di atas besarnya beda
penyusutan antara penyusutan menurut Laporan Komersial dan Fiskal dapat
digambarkan seperti pada tabel berikut :

Tabel 1
Perbandingan Beda Penyusutan antara komersial dan fiskal
Tahun Beda
Penyusutan PENYUSUTAN Waktu
Komersial FIskal
1.993 Rp. 8.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp (12.000.000)
1.994 Rp. 8.000.000,- Rp. 10.000.000,- Rp ( 2.000.000)
1.995 Rp. 8.000.000,- Rp. 5.000.000,- Rp ( 3.000.000)
1.996 RP. 8.000.000,- Rp. 2.500.000,- Rp (5.500.000)
1.997 RP. 8.000.000,- Rp. 1.250.000,- Rp (6.750.000)
Sumber : Ilustrasi Penulis
Tabel di atas menggambarkan, pada tahun 1993 dan 1994 jumlah penyusutan fiskal
lebih besar daripada penyusutan komersial, yaitu : masing – masing Rp.12.000.000,-
dan Rp. 2.000.000,- Mulai tahun 1995 dan seterusnya jumlah penyusutan komersial
lebih besar daripada penyusutan fiskal. Menurut ketentuan perpajakan jumlah
penyusutan lebih besar pada tahun – tahun pertama, sedangkan menurut ketentuan
komersial besarnya penyusutan sama setiap tahun. Dengan demikian terdapat
pergeseran biaya (waktu) dari tahun-tahun pertama, tetapi sifatnya sementara yang
pada akhirnya menjadi nol, akibat perbedaan metode penyusutan pada gilirannya
menimbulkan perbedaan pula dalam Laporan Laba Rugi.

Rekening-rekening lain yang dapat menimbulkan perbedaan perbedaan laba rugi


karena penyajian laporan keuangan komersial dan fiskal antara lain pengakuan piutang
usaha, penilaian persediaan, transaksi dalam valuta asing, aktiva berwujud dantiva
tidak berwujud, pengakuan pendapatan dan biaya atas proyek jangka panjang.

Akuntansi perpajakan seperti diutrakan di atas pada perkembangannya tidak bisa


dilepas- kan dari perkembangan akuntansi komersial. Gunadi (1996) mengutip buku
teori akuntansi Sofyan Syafii menguraikan secara singkat perkembangan akuntansi
Leo Herbert sebagai berikut :

a.) Tahun 1975 dalam transaksi sudah dikenal sistem pembukuan secara ”sing-
le”maupun”double entry”. Gunadi (1996) mengatip pernyataan Mattessiick bahwa
teknik single atau double entry accounting adalah Lucas Paciali yang pada tahun
1994 telah menerbitkan buku “Summa d” Arithmetion Geometrica, Proportioni et
Proportionalita”

b.) Tahun 1800 masyarakat mengutamakan neraca sebagai laporan keuangan


instrument penilai keadaan perusahaan.

c.) Tahun 1825, mulai diperkenalkan pemeriksaan keuangan (financial Tahun 1850,
Persepsi masyarakat terhadap Laporan keuangan bergeser dari neraca ke Laba
Rugi, timbul ilmu auditing

d.) Tahun 1875, Akuntansi Biaya dan akuntansi untuk tujuan perpajakan mulai
diperkenalkan

e.) Tahun 1900, SSertifikasi Profesi (CPA) mulai diperkenalkan di Amerika dengan
Ujian Nasional. Di Indonesia, ujian Sertifikasi Akuntasi Publik (CPA) baru
dilaksakan tahun 1997 diikuti oleh para akuntan yang hendak berprofesi sebagai
akuntan publik.

f.) Tahun 1950, mulai diperkenalkan beberapa perkembangan baru seperti : (1).
Akuntansi Pemerintah dan Pengawasan Dana Pemerintah; (2). Teknik Analisis
Biaya (3). Penyeragam Laporan Keuangan (4). Perumusan Norma Pemeriksaan
Akuntan (NPA); (5). Peralian Sistem Manual ke EDP dengan”Panch card
Record”; (6). Akuntansi Perpajakan.

g.) Tahun 1975, timbulnya bidang akuntansi dengan perkembangan sebagai bidang
seperti : (1). Timbulnya Management Science; (2). Semakin canggihnya sistem
informasi akuntansi (3). Munculnya issue pentingnya nilai Sumber Daya Manusia
(SDM) dan hubungan atau lembaga pemerintah.

Dalam menjelang era globalisasi mulai timbul beberapa masalah yang menjadi
kajian dan penelitian serta obyek pengembangan akuntansi (Gunadi, 1996)
menyebutkan : (1). Akuntansi Sumber Daya Manusia; (2). Pelaporan Karyawan; (3).
Cross Culture (sebagai akibat globalisasi); (4). Pancadigna Multi Disiplin; (5).
Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan ; (6).Akuntansi Internasional (termasuk
pemeriksaan untuk internasional); (7). Harmonisasi dan audit.

3. Pentingnya Akuntansi Perpajakan

Seperti yang sudah digambarkan oleh Leo Herbert dalam Growth Of


Accountability Knowledge sejak tahun 1875, akuntansi untuk tujuan perpajakan sudah
mulai diperkenalkan dan lebih interis sejak 1925, Dalam kaitannya dengan
perpajakan, Laporan Keuangan sangat penting bagi wajib pajak, karena laporan
keuangan tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk perhitungan pajak secara self
assement (menghitung besarnya pajak sendiri). Adapun bentuk akuntansi dari self
assesment menurut Fuad Bawazier (1994) adalah penyampaian SPT, yang harus diisi
dengan benar, lengkap dan jelas. SPT yang disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak
harus dilengkapi dengan Laporan Keuangan bagi wajib pajak yang
menyelenggarakan pembukuan. Laporan Keuangan tersebut untuk perhitungan Pajak
Penghasilan baik untuk wajib pajak Badan. Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak atas
penghasilan yang dibayarkan atau yang terhutang dengan nama dan dalam bentuk
apapun oleh badan pemerintah. badan usaha milik negara dan daerah atau wajib pajak
dalam negeri lainnya kepada wajib pajak Luar Negeri (Mardiasmo; 1994).

Dari pengertian PPh serta bila dikaitkan dengan akuntansinya, terdapat


beberapa unsur dalam pos-pos PPh, yaitu :

1. Beban Pajak atau Penghasilan Pajak

2. Kewajiban pajak tangguhan serta

3. Aktiva pajak tangguhan (OSMAN SITORUS; 1998)

Laporan Keuangan sangat penting bagi perhitungan (akuntansi) perpajakan UU


PPh 1984 mewajibkan kepada orang atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas untuk menyelenggarakan pembukuan.
Demikian pula UUPN 1984 mewajibkan kepada Pengusaha Kena Pajak untuk
mencatat harga perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena
Pajak (JKP) dalam pencatatan akuntansinya. Tujuan akuntansi perpajakan adalah
untuk menyajikan informasi perpajakan kepada administrasi pajak. Karena
menyangkut dengan fiskus, maka akuntansi perpajakan, baik metode, produre, dan
teknik pencatatan dan penilaiannya harus selalu berkaitan dengan hukum pajak.
Hukum pajak secara utuh akan selalu berkaitan dengan undang–undang pajak,
peraturan pemerintah keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan/Surat Edaran
Direktur Jendral Pajak Akuntansi Perpajakan selain bersumber pada laporan
keuangan dan hukum pajak, dalam pelaksanaannya harus mengacu juga pada tax
treaty, keputusan pengadilan pajak, baik Majelis Perkembangan Pajak (MPP),
maupun peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
4. Fungsi Akuntansi Perpajakan
Secara teknis, selain berfungsi untuk mengetahui besaran pajak yang harus
dibayar wajib pajak, cabang akuntansi ini juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah
penting seperti dibawah ini :
a. Sebagai dokumentasi perpajakan tahunan yang bisa dipakai untuk perbandingan
dan mengetahui riwayat keuangan perusahaan.
b. Sebagai laporan keuangan resmi yang bisa kita paparkan saat ingin mendapatkan
investor atau kegiatan publikasi lainnya.
c. Sebagai bahan analisis untuk mengetahui besar pajak yang harus dibayar
perusahaan atau lembaga keuangan dimasa yang akan datang.
d. Sebagai sttrategi menganalisa pajak dan perencanaannya di masa yang akan
datang.
Mengingat pentingnya fungsi – fungsi tersebut, maka setiap pengolahan data dan
pencatatan keuangan harus dilakukan secara detail dan rinci agar hasil yang diperoleh
sesuai dengan kenyataan dan dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam akuntansi
perpajakan ada juga disebut dengan pembukuan dan pencatatan.

5. Akuntansi Komersial dan Akuntansi Perpajakan


Akuntansi Komersial dan akuntansi perpajakan mempunyai persamaan tujuan
yaitu menentukan hasil operasi perusahaan dengan cara pengukuran dan pengakuan
penghasilan serta biaya, Perbedaan pada umumnya terjadi seperti yang telah
diutarakan di muka, yaitu : bahwa hukum pajak dapat mempengaruhi perilaku
pengusaha. Fuad Bawazier (1994) menyebutkan perbedaan kedua akuntansi tersebut
adalah adanya timing differerence yaitu (perbedaan tetap). Perbedaan permanen
terjadi disebabkan fiskus dalam menentukan laba fiskal berbeda dengan laba
akuntansi (komersial) tanpa koreksi di kemudian hari. Fuad Bawazier (1994
menyebutkan adanya perbedaan permanen disebabkan karena ketidaksamaan waktu
pengakuan penghasilan dan beban, berdasarkan standard akuntansi keuangan (SAK)
dan berdasarkan ketentuan perpajakan . Misalnya perbedaan karena metode
penyusutan aktiva Tetap; amortisasi prepaid expense, penghapusan piutang, penilaian
persedaan dan surat berharga.

Josep M. Dodge (1989) menyebutkan beberapa persamaan dan perbedaan antara


akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan sebagai berikut :

1. Kapitalisasi, Pembukuan Fixed Assed akan dikapitalisasi, baik untuk akuntansi


komer- sial maupun akuntansi perpajakan. Bagi kedua jenis akuntansi tersebut
pembelian Fixed asset merupakan capital expenditure dan bukan Revenue
Expenditure. Dengan demikian ada kesamaan pandangan antara akuntansi
komersial dan akuntansi perpajakan mengenai perlakuan pembelian Fixed Asset.

2. Realisasi : Pembelian asset yang dikapitalisasi, penyajianya memakai historical


cost baik untuk akuntansi komersial atau untuk akuntansi perpajakan Perbedaanya
akuntansi komersial memakai prinsip konservatisme (ada cadangan kerugian
piutang. cadangan beban (kerugian), tetapi untuk akuntansi perpajakan prinsip
konservatisme tidak diakui. Demikian pula penilaian harga pasar terhadap aktiva
persediaan dan sekuritas dapat dikombinasikan dengan prinsip konservatisme.
Metode penilaian tersebut diatas tidak dapat diterima oleh akuntansi perpajakan.

3. Depresiasi; Akuntansi komersial penyajian rekening depresiasi dimaksudkan


untuk alokasi biaya aktiva Tetap atribusi dari capital Expenditure ke revenue
Expenditure. Akuntansi perpajakan selain untuk memudahkan sebagian capital
expenditure kerevenue expenditure , dapat juga untuk tujuan / kebijaksanaan
ekonomi tertentu. Perbedaan yang cukup dominan adalah metode depresiasi
aktiva tetap; untuk keperluan perpajakan, pembagian aktiva Tetap menjadi
golongan I, II, dan III. Misalkan golongan I untuk alat pengangkutan, penyusutan
memakai metode double declining balance, tetapi untuk aktiva yang sama,
akuntansi komersial bisa memakai metode garis lurus (straight line); atau metode
Depresiasi lainnya Akibatnya adalah adanya perbedaan perhitungan laporan Laba
Rugi untuk periode akuntansinya.

4. Persediaan; bagi kedua akuntansi komersial atau perpajakan, tujuan penyajian


rekening persediaan (inventory) adalah untu matching antara harga pokok barang
dan penghasilan. Dalam proses cost karena tidak mungkin mengikuti individu
barang produk, maka dipakai metode arus biaya (cost flow). Metode-metode
penilaian inventory tersebut dapat diterapkan pada akuntansi komersial maupun
akuntansi perpajakan.

5. Utang Piutang; baik akuntansi komersial maupun akuntansi pajak, untuk post
utang piutang termasuk bunganya memperlakukan metode yang sama yaitu : tidak
ada perubahan net wealth dan ability to pay netto . Kecuali dalam piutang ragu-
ragu ketentuan pajak tidak sama dengan ketentuan akuntansi komersial . Antara
kedua akuntansi tersebut terdapat pandangan yang berbeda terhadap penghapus
bukan piu- tang ragu-ragu, penghasilan non perfonning credit, serta masalah concel
lation of uudoubtness income.

6. Metode kas dan akrnal. Dalam menentukan / matching antara revenue dan
expence dengan tepat, akuntansi pajak mengikuti akuntansi komersial; ketentuan
dan penyajian dalam akuntansi perpajakan lebih bersifat mandatory dan central
dalam menentukan penghasilan untuk tujuan pajak.

Akuntansi Komersial bertujuan untuk memberikan pertanggungan jawaban


kepada stakeholder, sehingga pengukuran kinerja perusahaan cenderung
understatement dari pada averstatement, Sedangkan tujuan akuntansi perpajakan
adalah pertanggungan jawaban dari fikus (administrasi pajak) untuk melindungi
keuangan negara . Dengan demikian andurstatement dan net asset tidak berdasarkan
understatement. Dalam hal perbedaan, kadang akuntansi perpajakan sering
menyimpang dari akuntansi komersial seperti depresiasi yang dipercepat, revaluasi
asset, pencatatan akuntansi dengan bahasa dan mata uang asing.

KESIMPULAN
Sistem akuntansi keuangan sangat berhubungan dengan sistem akuntansi
perpajakan, karena akuntansi (laporan) keuangan menyediakan informasi kuantitatif,
yang dapat diukur dengan uang (monetory unit) dari suatu perusahaan atau entitas
ekonomi, untuk disajikan pihak-pihak yang memerlukan seperti manajemen, calon
pemegang saham, investor, kreditur, karyawan protesional (stakeholder) termasuk fiskus
(administrasi Pajak). Informasi kuantitatif yang dimaksud adalah keadaan fimancial dan
kinerja dari perusahaan atau entitas ekonomi yang bersangkutan.
Sebagai fungsi pengambilan keputusan bagi stakeholder terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan, terutama
dalam praktek metode dan prosedure akuntansinya.
Akuntansi perpajakan dimaksudkan untuk menyajikan informasi perpajakan
kepada fiskus (administrasi perpajakan). Perbedaan persepsi antara kedua Laporan
tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan laporan perhitungan Laba – Rugi yang
pada gilirannya menimbulkan perbedaan perhitungan penghasilan kena pajak perbedaan
permanen terjadi karena fiskus menghitung laba fiskal berbeda dengan laba komersial
tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan waktu terjadi apabila perusahaan menyusun
Laporan Laba – Rugi berdasarkan konsep all inchusive, di mana dalam laporan ini
termasuk pos – pos koreksi terhadap laba – rugi tahun yang lalu, karena untuk keperluan
pajak langsung dikoreksikan pada tahun tahun yang bersangkutan.
Perkembangan akuntansi perpajakan selalu parallel dengan perkembangan
akuntansi komersial, bahkan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijaksanaan dan praktek
perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA

American Intitute of Certified Public Accountants, Statement of The Accounting Principles


Board, 4 th volume, New York 1970.

Dodge, Joseph. M, The Logic of Tax; Federal Incame Tax Theory & Policy, West Publishing
& Co, ST Paul Minn, 1989.

Fuad Bawazier, Akuntansi Dan Perkembangan Terakhir Undang – Undang Perpajakan, Paper
pada Konggres ke VII I.A.I. di Bandung 1994.

Gunadi, Perkembangan Terakhir Akuntansi Perpajakan, Paper pada Konvensi Nasional Akuntansi
III I.A.I. di Semarang Tanggal 11 – 14 September 1996.

Mardiasmo, Perpajakan Edisi 2, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1992.

O’ Connor, Walter. F, Accounting and Taxation, Barran’s Business Library New York 1996.

Sophan Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Grasindo, Jakarta 1993.

https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan

Anda mungkin juga menyukai