PENDAHULUAN
Fraud (kecurangan) hingga saat ini menjadi hal yang fenomenal baik di nergara
berkembang maupun di negra maju. Fraud hampir di seluruh sektor pemerintah maupun
swasta. Kasus Fraud semakin marak di Indonesia terjadi di berbagai perusahaan baik
berskala kecil maupun besar. Lembaga Transparency Internasional Indonesia (TII)
melansir Indonesia berada di empat negara terbawah dalam urutan tingkat korupsi.
Berdasarkan hasil survey, keadaan Indonesia memburuk dibandingkan survey 2 tahun
lalu. Dalam suvey yang dilakukan TII Indonesia menempati urutan 118 dalam urutan
negara terkorup dan Indonesia berada di bawah Thailand (urutan 88) dan Filipina (urutan
108) (Tempo.co, Juli 2013).
Salah satu kasus fraud di Indonesia yang marak terjadi adalah kasus wabah korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil tersangka Kepala Kantor
Kementerian Agma Kabupaten Gresik, Muhammad Muafaq Wirahadi dan anggota
panitia pelaksana seleksi jabatan pimpinan tinggi kementerian agama pada sekretaris
jendral Muhammad Amin dalam perkara jual beli jabatan, Senin 15 April 2019. Amin
dijadwalkan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka anggota DPR RI 2014-2019
Romahurmuziy alias Romy dalam penyidikan suap mengenai jual beli jabatan di
lingkungan Kementerian Agama 2018-2019. Ketua Umum PPP (Partai Persatuan
Pembangunan), Romahurmuziy (RMY) diduga menerima uang Rp. 300 juta dalam
praktik jual-beli jabatan dilingkungan Kementerian Agama.
Oleh karena itu, auditor sebagai pihak yang berkompeten harus mempunyai
keahlian untuk mendeteksi kecrangan (fraud). Pengungkapan lebih lanjut untuk
penyidikan dalam kasus tindak pidana tersebut diserahkan pada auditor forensik yang
lebih berwenang. Auditor forensik akan menggunakan suatu aplikasi audit lain selain
audit biasa yang digunakan para auditor laporan keuangan untuk menggungkapkan
kecurangan (Fraud) yaitu Audit Forensik. Audit forensik digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan Kementerian untuk menggali informasi
selama proses pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigasi.
Kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan yang disengaja (intentional) oleh suatu
individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
karyawan, atau pihak ketiga yang melibatan penggunaan tipu muslihat untuk
memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (Tunggal (2014
: 3). Kecurangan terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan, kesempatan untuk
melakukan kecurangan, kelemahan sistem dan prosedur serta adanya pembenaran
terhadap tindakan kecurangan tersebut. Biasanya kecurangan tidak mudah ditemukan.
Kecurangan biasanya ditemukan karena kebetulan maupun karena suatu usaha yang
disenagaja. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan
timbulnya kecurangan yang terjadi di perusahaan yang dikelolanya (Arens et al, 2010 :
432).
BAB II
PEMBAHASAN
Penempatan (Placement)
Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan (mendepositokan) uang
haram tersebut ke dalam system keuangan (financial system). Pada tahap placement
tersebut, bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk menyembunyikan asal-
usul yang tidak sah dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri
atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari narkobanya, lalu
dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar. Lalu di depositokan kedalam
rekerning bank, dan dibelikan ke instrument-instrumen moneter seperti cheques, money
order, dll.
Pelapisan (Layering)
Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan
hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang
tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah-mecah
jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment
instrument, mengirimkan dari perusahaan fiktif yang satu ke perusahaan fiktif yang lain.
Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktif, bisa membeli
alat-alat transportasi seperti pesawat dan alat-alat berat lainnya dengan atas nama orang
lain.
Integrasi (Integration)
Pelaku memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam harta
kekayaan yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam
berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai
kegaiatan bisnis yang sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana
mereka.
Dua karakteristik penting yang membedakan pencucian uang dengan fraud. Yang
pertama adalah bahwa karena fenomena saluran, pencucian uang jauh lebih kecil
kemungkinannya mempengaruhi laporan keuangan daripada skema fraud yang luas.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin prosedur audit laporan keuangan akan
mengidentifikasi atau bahkan menemukan indikasi kemungkinan pencucian uang.
Perbedaan penting kedua adalah bahwa kegiatan fraud biasanya mengakibatkan
hilangnya sebuah aset atau pendapatan dari bisnis, sedangkan pencucian uang sebenarnya
dapat menciptakan pendapatan fee yang signifikan karena bisnis dapat membebankan
biaya untuk transaksi yang memungkinkan hasil terlarang untuk menjauhkan dari sumber
mereka.
Meskipundemikian, banyak kekurangan kontrol yang dapat menyebabkan kerentanan
penipuan juga dapat menyebabkan kerentanan pencucian uang — yaitu, risiko kegiatan
kriminal tidak terdeteksi. Yang menonjol di antara ini adalah sebagai berikut :
- Kurangnya lingkungan kontrol yang kuat
- Kurangnya fungsi kepatuhan regulasi yang kuat
- Kurangnya pedoman etika dan standar perusahaan yang jelas, tidak dikomunikasikan
dengan baik, sertakurangnya program pelatihan terkait pencucian uang
- Kurangnya program kepatuhan audit internal yang kuat
- Laporan pemeriksa atau auditor sebelumnya, nota kesepahaman, dan tindakan
administratif dan penegakan hukum di masa lalu yang menyebutkan masalah
kepatuhan, kontrol kekurangan, atau masalah kompetensi dan / atau integritas
manajemen
- Pendapatan signifikan yang berasal dari atau aset atau liabilitas yang terkait dengan
yurisdiksi berisiko tinggi
- Aktivitas transfer dana elektronik yang sangat tinggi dari dan ke yurisdiksi berisiko
tinggi — dengan kontrol yang tidak memadai
- Kurangnya pemeriksaan latar belakang pada karyawan baru
- Sistem keamanan software yang jarang atau tidak ada sama sekali
2.5. Variasi Dampak Pencucian Uang Pada Perusahaan
Baik fraud maupun pencucian uang dapat mengakibatkan kegiatan kriminal. Fraud dan
pencucian uang memberikan dampak yang sama bagi perusahaan dan lembaga keuangan
yang mana akan mempengaruhi reputasi perusahaan dan lembaga keuangan. Sebagai
contoh yaitu ketertarikan media pada kasus Enron, WorldCom, dan fraud besar-besaran
lainnya dalam beberapa tahun terakhir merupakan indikasi dari reaksi publik terhadap
kasus tersebut. Setiap kali ada kasus semacam itu, perusahaan akan langsung menerima
dampak negatifnya seperti penurunan harga saham dan hilangnya kekuatan perusahaan
dalam menciptakan brand image.
Tindak Pidana Pencucian Uang dianggap sebagai suatu kejahatan luar biasa yang
dilakukan oleh organisasi kejahatan atau para penjahat yang sangat merugikan
masyarakat. Antara lain merongrong sektor swasta dengan danpak yang sangat besar,
merongrong integritas pasar keuangan, dan mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah
terhadap kebijakan ekonominya. Selain itu TPPU juga dinilai akan menimbulkan
ketidakstabilan ekonomi, mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak,
membahayakan upaya-upaya privatisasi perusahan negara yang dilakukan oleh
pemerintah dan mengakibatkan rusaknya reputasi negara dan menyebabkan biaya sosial
yang tinggi.
Ada tiga alasan pokok praktek pencucian uang diperangi dan dinyatakan sebagai tindak
pidana, menurut mantan kuasa hukum Presiden yang diwakili Mualimin Abdi:
- Pengaruh praktek pencucian uang terhadap sistem keuangan dan ekonomi diyakini
berdampak negatif terhadap perekonomian dunia. Misalnya, dampak negatif terhadap
efektivitas penggunaan sumber daya dan dana.
- Dengan ditetapkannya praktek pencucian uang sebagai tindak pidana akan
memudahkan para penegak hukum untuk menyita hasil praktek pencucian uang yang
sebelumnya sulit disita. Antara lain karena aset susah dilacak atau sudah dipindah-
tangankan kepada pihak ketiga.
- Dengan ditetapkannya praktek pencucian uang sebagai tindak pidana dan kewajiban
pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan bagi penyedia jasa keuangan, maka
akan memudahkan penegak hukum menyelidiki kasus pencucian uang hingga ke
pokok-pokok yang ada dibelakangnya.
3. Internal Controls
Kontrol internal adalah kebijakan yang dirancang untuk mengurangi risiko
pencucian uang dan mendukung kepatuhan terhadap peraturan AML. Lembaga
keuangan diamanatkan oleh FATF, Rekomendasi 18 dan Undang-Undang
Kerahasiaan Bank untuk menempatkan kontrol di tempat untuk berbagi informasi
dalam organisasi untuk tujuan AML. Kontrol internal dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
- Penyaringan Uji Tuntas: Perusahaan harus memasukkan prosedur uji tuntas
mereka untuk memasukkan semua persyaratan kepatuhan bagi pelanggan dan
mitra bisnis.
- Menetapkan Peran dan Tanggung jawab untuk Kontrol Internal dengan menunjuk
petugas kepatuhan AML dan untuk organisasi besar: seorang Petugas Pelaporan
Pencucian Uang (MLRO).
- Melaporkan Aktivitas Mencurigakan: Transaksi keuangan yang mencurigakan
dapat dilaporkan kepada manajemen. Jika kecurigaan berdasarkan alasan yang
masuk akal, MLRO harus melaporkan ke FIU yang sesuai.
- Program pelatihan karyawan harus dirancang untuk memenuhi persyaratan
perusahaan dan harus dijadwalkan sesuai dengan perubahan undang-undang atau
ketika peristiwa kritis terjadi.
Untuk bank dengan cabang asing dan anak perusahaan yang dimiliki mayoritas,
kontrol internal di berbagai departemen harus konsisten. Bank besar dan perusahaan
e-wallet harus menerapkan kontrol internal departemen untuk tujuan anti pencucian
uang.
5. Independent Audit
Audit independen hanyalah tinjauan menyeluruh atas penilaian risiko dan
program kepatuhan perusahaan oleh auditor independen. Audit diperlukan untuk
memberikan garis besar masalah yang jelas kepada organisasi yang membutuhkan
perhatian mendesak untuk memastikan peraturan dipatuhi.
Regulator keuangan menggunakan audit ini untuk menemukan kasus yang
dianggap sebagai pelanggaran peraturan AML dalam durasi waktu yang dicakup audit.
Audit independen menguji prosedur uji tuntas KYC perusahaan; pelatihan
karyawan; sistem untuk pemantauan berkelanjutan dan sistem untuk
melaporkan kegiatan pencucian uang. Audit independen juga meninjau laporan audit
sebelumnya untuk menilai efektivitas perubahan yang diterapkan.