Diajukan oleh :
Nama : Maradewi Ayu Kumalasari
NIM : 12030119410008
Pergerakan dunia bisnis saat ini, cenderung mengarah kepada perkembangan era
ekonomi baru yang menitik beratkan pengetahuan sebagai aktiva tidak berwujud
teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting untuk kondisi saat ini.
Sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan telah menciptakan nilai tambah dan
keunggulan bersaing pada perusahaan modern. Oleh karena itu, aset tidak berwujud
(intangible aset) menggantikan aset berwujud (tangible aset) menjadi fokus utama
perusahaan dalam dunia bisnis. Perusahaan dan para pelaku bisnis mulai menyadari
bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset berwujud, tetapi
lebih pada pengetahuan, inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber
daya manusia yang dimilikinya. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka akan diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien
dan ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan kompetitif dalam dunia
bisnis.
suatu bisnis bergantung pada kemampuan pemanfaatan pengetahuan. Hal ini juga
didukung oleh Bambang dan Soewarno (2020) bahwa pengetahuan sebagai salah satu
bentuk aset tidak berwujud menjadi sumber baru kinerja keuangan. Walaupun
pengetahuan ini tidak terlihat langsung, namun berbagai manfaat akan diperoleh, seperti
menjadi sumber daya baru untuk keberhasilan suatu bisnis dalam mencapai keunggulan
kompetitif pada suatu bisnis dijadikan sebagai alat ukur serta tolak ukur dalam melakukan
penilaian terhadap suatu bisnis. Penilain ini pada dasarnya untuk menilai menilai
kelayakan dan kinerja bisnis, apakah perusahaan mampu memberikan keuntungan dari
Menurut Guthrie dan Petty (2000) (dalam Weqar, et.al. 2020), salah satu
pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge aset (aset
pengetahuan) adalah Intellectual Capital (IC). Modal intelektual ini mengarah pada
modal-modal non fisik, tidak berwujud (intangible asets) dan tidak kasat mata (invisible).
Modal intelektual merupakan sumber daya berbasis pengetahuan yang berfungsi untuk
dibanding perusahaan lain. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Forte, et.al. (2019)
bahwa modal intelektual sebagai modal berbasis pengetahuan yang terdiri dari
sekumpulan sumber daya tak berwujud yang terutama terkait dengan pengetahuan dan
keterampilan karyawan, kompetensi, sistem informasi, basis data, paten, merek dan
yang diperlukan untuk membuat strategi dan keputusan operasi mengenai kemampuan
kunci perusahaann. Jadi, modal intelektual merupakan aset tidak berwujud yang memiliki
peran terpenting dalam era bisnis modern karena sebagai alat penggerak untuk
menciptakan nilai tambah dan kekayaan perusahaan. Chowdhury et. al. (2019)
menambahkan jika modal intelektual tidak hanya sebagai penggerak dan sumber daya
penting dalam penciptaan nilai dan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan tetapi
juga sebagai sumber inovasi dan sebagai kunci dalam pertumbuhan laba. Oleh karena itu,
untuk menghadapi perubahan yang cepat dan persaingan pasar yang semakin ketat,
karyawannya kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang yang bersumber dari
Akuntan Indonesia (IAI) merevisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
19 tentang aktiva tidak berwujud pada tanggal 13 Oktober 2000. Di dalam PSAK No19
dijelaskan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau
untuk tujuan administratif. Jadi, modal intelektual adalah aset tidak berwujud berupa
diperkenalkan sejak tahun 2000 melalui PSAK 19, namun dalam dunia bisnis belum
dikenal secara luas dan banyak perusahaan belum menerapkan model intelektual dalam
menjalankan bisnisnya. Kenyataanya, di Indonesia sendiri masih banyak dari para pelaku
bisnis yang tidak menyadari akan semakin pentingnya aspek Intellectual Capital, namun
secara rasa atau secara intangible terasa sekali bahwa IC itu adalah penting dan sangat
penting namun tidak terformulasi secara nyata ataupun secara kasat mata. Bambang dan
Soewarno (2020) dalam penelitiannya di Indonesia juga melihat hal ini disebbakan oleh
banyak kandungan aktiva tidak berwujud (intangible asset) pada modal intelektual,
pelaporannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian Madyan (2019) implementasi modal
intelektual merupakan sesuatu yang masih baru dilingkungan bisnis global tidak
terkecuali bagi Indonesia, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai menerapkan
Selama lebih dari 10 tahun terakhir, terlihat jelas bagaimana pola pengukuran nilai
bisnis telah beralih. Beberapa perusahaan besar dan kecil menyadari nilai modal
suatu bisnis diukur berdasarkan aset yang berwujud atau tangible, yaitu bentuk fisik yang
bisa disentuh dan dilihat, misalnya uang tunai, inventaris kantor, mesin, dan gedung.
Tetapi seirirng perkembangan zaman, pola pengukuran seperti itu telah memudar,
digantikan dengan pengukuran nilai bisnis berdasarkan aset yang tidak berwujud atau
intangible, yang tidak berbentuk tapi sangat bernilai, misalnya properti intelektual
perusahaan, merknya, atau sumber daya manusianya. Oleh karena itu, berbagai sektor
perusahaan.
Ousama, et.al. (2019) menyebutkan bahwa sektor perbankan menjadi salah satu
sektor yang berbasis pengetahuan tinggi (highly knowledge based industry) sehingga
penting bagi pelaku industri ini untuk terus memperkuat organisasinya melalui modal
intelektualnya. Selain itu, sektor perbankan juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Ketentuan tersebut diatur pada
Pasal 23D Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang menyatakan bahwa negara
memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
utama bank adalah sebagai penghimpun dana masyarakat dan sebagai penyalur dana
pengetahuan dan keterampilan dari semua tingkatan organisasi dan telah menjadi sumber
daya baru yang penting dalam ekonomi baru saat ini menggantikan modal fisik dan
keuangan. Adanya modal intelektual ini menjadikan perusahaan memiliki wawasan yang
lebih luas dari pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang dimilikinya untuk
terhadap situasi yang terjadi. Dalam kondisi ini, perlunya pengelolaan asset intelektual
untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Hal inilah yang perlu disadari oleh top
management dan pemilik perusahaan, bahwa aset yang sebenarnya itu adalah manusia
bukan aset yang berwujud. Namun, Xu dan Jingsuo (2020) mengemukakan, pada
keuangan.
untuk menarik minat para investor agar berinvestasi tanpa melibatkan modal intelektual
daya saing melalui ide, inovasi dan strategi yang bersumber dari modal intelektual.
Tetapi, Ousama, et.al. (2019) menyatakan bahwa disisi lain laporan keuangan juga sering
gagal dalam melaporkan modal intelektual sebagai proporsisi yang signifikan, sehingga
dapat berisiko kehilangan keunggulan kompetitif dan kalah bersaing. Meskipun kesulitan
membuat modal intelektual bagian dari pelaporan arus utama aset, kesadaran akan
Edvinsson dan Malone (1997) (dalam Ousama, et.al. 2019) menambahkan bahwa
modal intelektual merupakan aset tidak berwujud yang tidak tercantum secara eksplisit di
neraca perusahaan, tetapi berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Namun, modal
intelektual atau sumber daya manusia kurang mendapat perhatian utama dari pemimpin
utama, karena dari sudut pandangan tradisional melihat bahwa aset yang berharga bagi
perusahaan berupa aset berwujud (tanah, tenaga kerja dan modal) yang dianggap sebagai
penentu seberapa baik kinerja keuangan perusahaan. Banyak para pemimpin perusahaan
kurang menyadari bahwa keuntungan yang diperoleh organisasi sebenarnya berasal dari
modal intelektual, hal ini disebabkan aktivitas perusahaan lebih dilihat dari perspektif
bisnis semata. Pada realitanya modal intelektual dapat digunakan organisasi untuk
menciptakan kinerja yang diharapkan dan sebagai alat evaluasi kinerja karyawan untuk
menciptakan karyawan yang survive dalam persaingan didunia bisnis. Salah satu upaya
untuk memupuk aset berwujud yang nantinya dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu
maka nilai pasarnya akan meningkat. Adanya pemanfaatan dan pengelolaan modal
intelektual yang baik, akan mencerminkan hasil kinerja keuangan perusahaan yang baik
juga. Pentingnya kinerja keuangan ini mengacu pada seberapa baik perusahaan
analisis laporan keuangan. Dimana, investor menjadikan kinerja keuangan ini sebagai
salah satu sumber informasi dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Investor
menilai kinerja keuangan seperti sebuah usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan
Selain itu, Brooking (1996), Edvinsson dan Malone (1997) dan Stewart (1997)
dalam (Ousama, et.al. 2019) juga menyebutkan bahwa modal intelektual merupakan
modal dan sumber daya tidak berwujud (misalnya: pengetahuan, pengalaman, filosofi
manajemen, merek, sistem dan sumber daya manusia) yang mendukung penciptaan nilai
perusahaan. Pandangan ini sejalan dengan Forte, et.al. (2019) yang menyatakan dalam
konteks ekonomi saat ini, sumber daya model intelektual dianggap sebagai pendorong
fundamental untuk proses penciptaan nilai perusahaan dan penentu utama keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan, peluang pertumbuhan dan nilai pasar. Sardo dan Zelia
(2018) juga menyatakan modal intelektual menjadi sumber daya kunci untuk proses
berkelanjutan. Modal intelektual akan menjadi konsep yang baik apabila diterapkan oleh
tersebut dan akan berimbas pada investasi yang meningkat bagi perusahaan sehingga
mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut dengan peningkatan pada nilai
secara optimal dengan memberikan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan tersebut.
Disisi lain, harapan penerapan model intelektual juga dapat menjadikan perusahaan lebih
kompetitif dalam menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif, terutama dalam
yang ada lebih baik dari yang didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan
penghasilan dimasa depan. Secara garis besar, modal intelektual ini memiliki pengaruh
besar dalam pembentukan laporan keuangan yang berimplikasi pada kinerja keuangan
dan nilai perusahaan. Jadi, perusahaan yang mampu memanfaatkan modal intelektualnya
secara efektif dan efisien, akan meningkatkan kinerja perusahaan dan keuangannya yang
nilai perusahaan ini sangat penting dalam pengambilan keputusan bagi pihak internal
pengalaman dan keterampilan ini akan membuahkan hasil ide, inovasi dan strategi untuk
bersaing dengan bisnis dunia. Jika perusahaan mampu mengelola ide, inovasi dan strategi
secara baik yang notabennya sulit untuk ditiru dan digandakan, sehingga kedua hal itu
akan memberikan nilai lebih untuk perusahaan. Pengungkapan modal intelektual perlu
untuk dilakukan oleh suatu perusahaan juga dikarenakan adanya permintaan transparansi
yang meningkat di pasar modal, sehingga informasi modal intelektual membantu investor
menilai kemampuan perusahaan dengan lebih baik. Dengan demikian, modal intelektual
diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan kinerja keuangan dan nilai
perusahaan.
keuangan telah dilakukan oleh Ousama, et.al. (2019) di sektor perbankan Islam pada
Perbankan Syariah (2011-2013) yang beroperasi Bahrain, Qatar, Arab Saudi dan UEA.
Selama 10 tahun terakhir, ekonomi negara-negara GCC telah melihat pertumbuhan yang
cepat berkisar dari 5 hingga 6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lembaga
keuangan Islam di negara-negara GCC belajar banyak dari rekan-rekan mereka dalam
sistem konvensional dan melihat sistem dan layanan mereka meningkat sepanjang tahun.
Lembaga keuangan ini semakin besar dan lebih global dengan teknik dan keterampilan
yang lebih canggih dalam cara mereka melakukan bisnis. Oleh karena itu, lembaga
ini memberikan bukti bahwa perusahaan yang dapat mengelola modal intelektual dengan
modal intelektual ini memiliki karakteristik yang unik dan tidak mudah ditiru oleh
perusahaan lain, sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing dalam dunia bisnis.
Penelitian serupa dan berbeda obyek dilakukan oleh Sardo, et.al. (2018) mencoba
Yunani, Irlandia, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia dan Inggris) dengan
modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Uni Eropa (UE) mengakui
bahwa inovasi dan faktor manusia dalam modal intelektual sebagai pendorong utama
Walaupun dalam kenyataannya lingkungan inovasi di Uni Eropa masih tergolong lemah.
Oleh karena itu, Uni Eropa (UE) menetapkan pertumbuhan cerdas sebagai salah satu
prioritas utama dalam strategi Eropa 2020 yaitu pertumbuhan ekonomi yang didasarkan
pada inovasi dan pengetahuan. Ini sangat penting dikala itu, karena modal intelektual
merupakan sumber daya kunci untuk proses penciptaan keunggulan kompetitif yang
340 observasi (2004-2015) pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka
terhadap kinerja keuangan. Dimana kemampuan penciptaan nilai modal intelektual dapat
bervariasi karena perbedaan kemajuan teknologi jika dibandingkan dengan negara maju.
Menyelaraskan modal intelektual dengan strategi dan pelaporan keuangan dapat memberi
stakeholders mempunyai akses yang lebih besar terhadap informasi dan transparansi yang
lebih besar untuk pengambilan keputusan yang lebih berguna, merumuskan kerangka
pengukuran aset tak berwujud yang unggul dan meningkatkan kinerja dan relevansi
perusahaan di pasar modal melalui simetri informasi dan biaya modal yang lebih rendah.
intelektual yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik khusus untuk sifat
yang dilakukan oleh Xu dan Jingsuo (2020), Xu dan Feng (2020), Soewarno dan
Bambang (2020), Xu dan Binghan (2019), Mulyasari dan Etty (2019), Forte, et.al. (2019),
Tarigan, et.al. (2019), Ozkan (2017) dan Nuryaman (2017) menemukan bukti bahwa
modal intelektual, artinya masih banyak pengusaha dan pengusaha di India masih
memandang dan menggunakan sumber daya fisik untuk mengembangkan usaha mereka.
Selain itu, sebagian besar orang dan pemegang saham di India tidak mengetahui modal
struktural secara optimal untuk mencapai profitabilitas dan produktivitas yang diinginkan
dan tidak ada pelatihan dan pengembangan untuk karyawan, serta manajemen yang
kurang tepat. Alasan utama di balik kecenderungan ini mungkin tidak ada pengungkapan
modal intelektual dalam laporan keuangan perusahaan. Begitu juga dengan penelitian
Dzenopoljac, et.al. (2017) menggambarkan hasil yang terbatas dan beragam untuk
asosiasi modal intelektual dan kinerja keuangan di Afrika Selatan dan kawasan Arab,
intelektual juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada tema berbeda, Suryani dan
tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi
dapat diperoleh dengan pengoptimalan modal modal intelektual pada setiap perusahan
pemenuhan research gap dan memberikan studi empiris yang berkaitan dengan pengaruh
modal intelektual pada kinerja keuangan dengan memfokuskan penelitian pada
diIndonesia, dengan meneliti hubungan antara modal intelektual, kinerja keuangan dan
nilai perusahaan. Peneliti beralasan bahwa penelitian yang terkait terhadap pentingnya
kinerja keuangan dan nilai perusahaan sudah dapat di buktikan oleh beberaoa peneliti
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hingga saat ini, penelitian tersebut belum
memberikan hasil yang konsisten. Uraian di atas memberikan indikasi bahwa penelitian
pada area ini masih penting untuk dilakukan untuk memberikan gambaran teoritis yang
Pelaku ekonomi tidak lagi memandang badan usaha berdasarkan aset tak
berwujud dan finansial aset, tetapi juga didasarkan pada aset tidak berwujud yang dapat
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 tentang aktiva tidak berwujud
pada tanggal 13 Oktober 2000. Dalam skenario saat ini, modal intelektual telah diakui
sebagai aset perusahaan yang vital karena teknik pengukuran kinerja konvensional tidak
mampu mengukur dimensi kinerja perusahaan yang tidak berwujud. Ini merupakan
tantangan, terutama bagi perusahaan yang digerakkan oleh pengetahuan, untuk mengukur
dampak barang tak berwujud pada kinerja keuangan mereka. Manajemen perusahaan
yang ditandai dengan kenaikan profitabilitas, maka hal ini akan menarik perhatian
keuangan ?
perusahaan ?
perusahaan ?
menganalisis dan memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh model intelektual
terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Dalam
variabel intervening.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara teoritis
1. Teoritis
2. Praktis
nilai perusahaan.
2. Investor, hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang digunakan untuk
sistematika penulisan.
Bab ini berisi mengenai telaah teori yang digunakan sebagai dasar acuan
peneliti terhadap perkembangan penelitian sesuai dengan isu yang diteliti dan
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai disain penelitian, populasi dan sampling penelitian,
Bab ini berisi mengenai data penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
Bab ini berisi kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini dan keterbatasan,
TELAAH PUSTAKA
Istilah stakeholder dalam definisi klasik adalah definisi Freeman dan Reed (1983,
p.91) yang menyatakan bahwa stakeholder adalah “Any identifiable group or individual
organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder.
Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi
polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain), bahkan mereka memilih untuk
tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara
(Deegan,2004).
stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun
bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak
untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi
untuk keuntungan seluruh stakeholder, Deegan (2004). Penciptaan nilai (value creation)
dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan,
baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital.
Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi
sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan
organisasi, Watts dan Zimmerman (1986). Ketika para stakeholder berupaya untuk
menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi
mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004).
Menurut Deegan (2004), dalam perspektif teori legimitasi, suatu perusahaan akan secara
sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang
diharapkan komunitas. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak
Teori legitimasi sangat erat berhubungan dengan pelaporan IC dan juga erat
hubungannya dengan penggunaan metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan
perusahaan.
disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak-
dan pengakuan publik sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu
mengemukakan jika penerapan teori sinyal Spence (1973) mengenai pasar keuangan
dikembangkan oleh Ross (1977). Ross (1977) merupakan orang pertama yang meneliti
keputusan keuangan sebagai sinyal. Bamberg dan Spremann (1989) melihat signalling
theory sebagai “a characteristic feature of the signalling theory is the condition that
incentive to signal fraudulently”. Teori sinyal memuat informasi yang dianggap dapat
dipercaya, informasi yang lebih baik membuat individu tidak memiliki insentif untuk
information asymmetry between investors and firms. Adanya asimetri informasi antara
investor dan perusahaan dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan para investor. Menurut Wolk
et al. (2001), pemberian sinyal oleh manajer kepada stakeholders dapat mengurangi
informasi asimetri. Terkait dengan hal tersebut, selain dapat mengurangi informasi
asimetri, sinyal dapat dijadikan suatu pandangan investor terhadap prospek perusahaan.
Adanya informasi tersebut dapat digunakan stakeholders untuk menilai perusahaan dalam
kondisi baik atau buruk. Informasi yang diterima stakeholders dapat berupa sinyal good
Menurut Brigham et.al. (2014. P.528) signal adalah “An action taken by a firm’s
management that provides clues to investors about how management views the firm’s
prospects”. Pada teori sinyal, signal merupakan cara perusahaan dalam memberikan
sinyal atau pertanda kepada para pengguna informasi yang diungkapkan perusahaan.
pengungkapan informasi lebih banyak secara sukarela daripada yang seharusnya untuk
tahunan. Investor akan memberikan penilaian yang lebih terhadap perusahaan yang
mendapatkan respon positif dari pasar, hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan serta memberikan nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan. Teori sinyal
mengurangi asimetri informasi dengan pemberian sinyal yang dimiliki oleh pihak yang
memiliki banyak informasi kepada pihak lain untuk merubah reputasi perusahaan.
Menurut Brigham et.al. (2014, p.527) asimetri informasi adalah “The situation where
managers have different (better) information about firm’s prospects than do investors”.
dalam laporan tahunan perusahaan merupakan sinyal kepada (calon) investor tentang aset
tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk memberikan informasi yang sama
kepada masyarakat maka pihak manajemen perusahaan harus memberi sinyal agar
masyarakat mengetahui kondisi perusahaan dan percaya bahwa apa yang ingin
sangat penting bagi para stakeholder karena informasi memberikan gambaran keadaan
perusahaan pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Informasi tersebut
sangat bermanfaat bagi para investor dalam menganalisis serta mengambil keputusan
investasi. Perusahaan dapat mengungkapkan modal intelektual sebagai salah satu sumber
daya perusahaan pada laporan keuangan demi kebutuhan informasi investor dan demi
meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat terjadi jika sinyal
positif dari perusahaan mendapatkan respon positif dari pasar, sehingga menghasilkan
keuntungan kompetitif bagi perusahaan dan nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan.
2.1.4 Modal Intelektual (Intellectual Capital)
Intellectual Capital merupakan asset yang tidak mempunyai wujud dalam bentuk
sumber daya informasi dan juga pengetahuan yang fungsinya untuk peningkatan
mengemukakan bahwa :
Intellectual capital will include all the processes and the assets which are not
normally shown on the balance sheet, as well as all the intangible assets which
modern accounting methods consider (mainly trademarks, patent and brands).
Bontis (1998) melihat model intelektual sebagai “Intellectual capital is therefore the
Bukh et. al. (2005) dalam jurnalnya mendefinisikan modal intelektual sebagai :
Manajemen sebagai :
“Pengertian modal intelektual tidak hanya terkait dengan materi intelektual yang
terdapat dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman.
Modal intelektual juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis
pengetahuan, atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan yang dapat
berwujud aset intelektual perusahaan”.
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama
yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung
jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan
membentuk modal lainnya.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas sampai pada pemahaman
penulis bahwa Intellectual Capital atau modal intelektual merupakan modal utama yang
berasal dari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi, termasuk
keterampilan, dan keahlian karyawan di dalamnya serta teknologi atau proses
akan membentuk modal lainnya yang bernilai tinggi yang dapat menciptakan nilai bagi
sebuah perusahaan. Modal intelektual tidak hanya terkait dengan materi intelektual yang
terdapat di dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman. Modal
intelektual juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan,
atau hasil dari proses transformasi pengetahuan yang dapat berwujud aset intellectual
baru dan inovasi, penerapan ilmu pengetahuan dan persoalan terkini yang penting
ditingkatkan oleh karyawan dan pelanggan, serta kemasan, proses, dan transmisi
pengetahuan yang mana perolehan pengetahuan ini diciptakan melalui penelitian dan
pembelajaran.
Salah satu definisi intellectual capital yang banyak digunakan adalah yang
yang menjelaskan modal intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tidak
berwujud: (1) organizational (structural) capital dan (2) human capital. Lebih tepatnya,
organizational (structural) capital mengacu pada hal distribusi dan rantai pasokan.
Sedangkan, human capital meliputi sumber daya manusia di dalam organisasi (yaitu
sumber daya tenaga kerja/karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan
organisasi, seperti konsumen dan supplier. Definisi yang diajukan OECD menyajikan
cukup perbedaan dengan meletakkan modal intelektual sebagai bagian terpisah dari dasar
modal intelektual suatu perusahaan. Salah satunya adalah reputasi perusahaan. Reputasi
perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan (atau suatu akibat) dari penggunaan
intellectual capital secara bijak dalam perusahaan, tapi itu bukan merupakan bagian dari
pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau
dari financial capital. Lebih lanjut, Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasikan
modal intelektual sebagai nilai yang tersembunyi (hidden value) dari bisnis. Terminologi
“tersembunyi” disini digunakan untuk dua hal yang berhubungan. Pertama, khususnya
aset intelektual atau aset pengetahuan adalah aset tidak terlihat secara umum seperti
layaknya aset tradisional. Kedua,aset semacam itu biasanya tidak terlihat pula pada
pengetahuan dengan lebih baik akan menyebabkan pengaruh yang bermanfaat bagi
kinerja perusahaan (Ousama, 2019). Berkaitan dengan asumsi tersebut, karakter tak
berwujud dan dinamis dari pengetahuan dan kesenjangan kesepakatan para ahli atas
menekankan pada physical capital (modal fisik) namun seiring perkembangan teknologi
informasi dan ilmu pengetahuan yang pesat, telah memicu tumbuhnya ketertarikan dalam
menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang
mengatakan bahwa modal intelektual ini sangat besar perannya dalam menambah nilai
organisasi, lembaga dan strata sosial yang unggul dan meraih banyak keuntungan atau
intelektual yang sedang menjadi pembicaraan oleh pelaku bisnis merupakan hal yang
perlu diperhatikan agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat
seperti saat ini. Modal intelektual yang merupakan intangible assets perusahaan harus
diperlakukan sama dengan physical capital dan financial capital agar semua sumber daya
menciptakan produktivitas yang tinggi bagi para pegawai. Selain itu, jika modal
menjadi tiga bagian meliputi human capital, structural (organizational) capital dan
Sementara itu Sangkala (2006, p.39) mengelompokkan intellectual capital ke dalam dua
komponen, yaitu human capital dan structural capital. Bontis et. al. (2000) dalam
jurnalnya menyatakan bahwa “Generally, researchers in the field have identified three
main constructs of IC that include: human capital, structural capital and customer
Pires dan Alves (2011) dalam jurnalnya mengidentifikasi modal intelektual sebagai
berikut:
Komnenic et. al. (2012) dalam jurnalnya menyatakan bahwa : “Intellectual capital of a
firm is not just knowledge. It consists of human, organizational and relational capital”.
intellectual capital dalam tiga kategori, yaitu : organizational capital, relational capital,
infrastructure assets.
Tabel 2.1 Klasifikasi Intelectual Capital
Organizational Capital Relational Capital Human Capital
Intellectual Property : Brands Know-how
Patens Customers Education
Copyrights Customers loyalty Vocational
Design rights Backlog orders Qualification
Trade Secret Company names Work-related
Trademarks Distribution Knowledge
Service marks channels Work-related
Infrastructure Assets : Bussiness Competencies
Management philosophy collaboration Enterpreneurial
Corporate culture Licensing spirit,
Management Processes agreements innovativeness,
Information systems Favourable Proactive
Networking systems Contracts and reactive abilities,
Financial relations Franchising Changebility
agreements Psycometric
Valuation
Sumber: International Federation of Accountant atau IFAC (1998)
antaranya:
1. Human Capital
sebagai berikut:
Human capital involves not only tacit and explicit knowledge of employees. It
also includes employee’s competencies and capabilities is terms of structuring
and applying knowledge and skills to perform certain activities.
yang dimiliki oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu perusahaan. Human
Capital merupakan life blood dari modal intelektual yang di dalamnya terdapat unsur
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada
karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan human capital. Human capital ini
yang nantinya akan mendukung structural capital dan customer capital / relational
capital.
2. Structural Capital / Organizational Capital
Sangkala (2006, p.47) menyebut Structural capital atau Organizational capital adalah
sebagai berikut:
Bentuk kekayaan yang nyata bagi perusahaan, yang berfungsi sebagai tempat
dimana seluruh hasil aktifitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh modal
manusia tersimpan dan sebagai infrastruktur bagi modal manusia untuk
menjalankan aktifitas penciptaan nilai.
Selanjutnya definisi Structural Capital menurut Bontis et al., (2001) dalam jurnalnya
modal manusia untuk menjalankan aktifitas penciptaan nilai secara optimal. Menurut
Bontis (1998) dalam jurnalnya menyatakan bahwa “Structural capital is the critical
link that allows intellectual capital to be measured at an organizational level”.
Structural capital juga digunakan sebagai sarana penunjang dari human capital yang
Ousama (2019). Sumber daya ini akan melekat pada perusahaan seiring dengan
memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika tidak didukung dengan sistem
perusahaan yang memadai maka akan sangat sulit untuk mengoptimalkan sumber daya
Sedangkan menurut Bontis (2000) dalam jurnalnya, customer capital yaitu “The
relational capital menurut Komnenic et.al. (2012) dalam jurnalnya adalah “Relational
customers, suppliers, investors, state and society in general”. Chen et al., (2009)
membangun suatu hubungan yang terjalin dengan baik antara perusahaan dengan
merupakan association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya,
Sawarjuwono dan Kadir (2003). Hal ini berarti, perusahaan harus mampu menjaga
Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam
tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu
perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik untuk
pihak internal maupun eksternal. Menurut Irham Fahmi (2012) kinerja keuangan adalah:
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas”.
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana,
yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas
untuk mengukur sampai sejauh mana prestasi, peningkatan, posisi, atau performance dari
nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan baik melalui neraca maupun laba
rugi yang dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan. Masalah keuangan merupakan
salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis
disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk
keuangan. Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Menurut Irham Fahmi (2012, p.3) menyatakan bahwa ada 5 (lima) tahap dalam
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat pada analisis laporan keuangan. Salah
satu analisis laporan keuangan yang paling umum digunakan adalah analisis rasio
keuangan. Brigham et. al. (2014, p.101-102) membagi rasio menjadi 5 kategori,
1. Liquidity ratios, which give us an idea of the firm’s ability to pay off debts that
are maturing within a year.
2. Asset management ratios, which give us an idea how efficiently the firm is
using its assets.
3. Debt management ratios, which give us an idea of how the firm has financed
its assets as well as the firm’s ability to repay its long-term debt.
4. Profitability ratios, which give us an idea of how profitably the firm is operating
and utilizing its assets.
5. Market value ratios, which bring in the stock price and give us an idea of what
investors think about the firm and its future prospects”.
Menurut Brigham et. al. (2014, p.111), “Profitability ratios a group of ratios that show
the combined effects of liquidity, assets management, and debt on operating results”.
Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik
usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan. Tujuan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan untuk
menghasilkan keuntungan.
dimana dalam analisis laporan keuangan mempunyai arti yang penting sebagai salah
satu teknik analisis yang biasanya digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan
suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investor yang digunakan
dalam menilai kelayakan suatu saham. Dalam perhitungan secara umum ROE
dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Hubungan
antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) atau nilai perusahaan dengan return on
equity (ROE) adalah positif, yaitu semakin besar hasil yang diperoleh dari equity,
semakin besar harga saham atau nilai perusahaan, Kodrat dan Herdinata (2009 p.32).
Menurut Mamduh M. Hanafi (2009, p.84) “ROE merupakan rasio yang mengukur
Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah
laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai Earning Per Share (EPS) (Tandelilin,
2010:373). EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak
dengan jumlah saham beredar. Hasil ini menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang dibagikan kepada seluruh pemegang saham. Laba bersih setelah bunga dan pajak
adalah laba tahu berjalan yang terdapat dalam laporan laba rugi komprehensif suatu
perusahaan. Jumlah saham beredar adalah jumlah saham yang dipegang oleh investor,
termasuk saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan dan masyarakat investor
umum.
Perusahaan merupakan bagian dari suatu badan usaha yang memiliki fungsi untuk
mencapai tujuan dalam menghasilkan barang dan jasa. Setiap perusahaan memiliki suatu
tujuan yang berbeda, Margaretha (2005) dalam bukunya Teori dan Aplikasi Manajemen
nilai perusahaan pagi para pemegang saham. Fuad, dkk (2006) menambahkan jika tujuan
laba merupakan tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan. Jadi, tujuan utama perusahaan
common stock that would be received if all the firm’s assets were sould for their market
Nilai Perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang
sedang beroperasi. Adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai
dari organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu.
keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham dimasa yang akan datang atau
3. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada sekedar
perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong manajer agar bekerja lebih
Selain itu, nilai perusahaan menjadi salah satu aset yang dimiliki perusahaan, karena bagi
Nilai perusahaan
𝑛
𝐶𝐹𝑛
PV =
(1 + 𝑘)2
𝑖=1
Gambar 2.1
Proses Terbentuknya Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan terbentuk karena adanya interaksi hubungan antar kondisi pasar,
kinerja internal perusahaan dan perilaku investor. Secara langsung, kondisi pasar
besarnya arus kas yang dihasilkan. Disisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan investor untuk menanamkan modalnya di sektor rill atau finansial juga dapat
menentukan besarnya imbal hasil yang diterima oleh investor. Pada akhirnya, ketiga
hubungan tersebut dapat menentukan nilai suatu perusahaan yang tercermin dari harga
saham. Salah satu hal yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi
adalah nilai dari perusahaan dimana investor tersebut akan menanamkan modalnya. Nilai
perusahaan juga dapat diartikan sebagai nilai dari laba yang diperoleh dan diharapkan
pada masa yang akan datang yang dihitung pada masa sekarang dengan
harga pasar saham. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang
tinggi nilai perusahaan juga tinggi dan dengan otomatis return perusahaan pun akan tinggi
pula. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan.
terdiri dari:
Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga saham perusahaan
dengan earning per share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan
laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin
besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Price to Book Value (PBV) mengambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai
buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan
prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan
mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan.
3. Tobin’s Q
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan
Weston dan Copeland (2004). Rasio ini merupakan konsep yang sangat berharga
karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian
rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
(EMV+D)
Tobin’s Q =
(EBV+D)
Keterangan:
Q : nilai perusahaan
EMV : closing price saham x jumlah saham yang beredar
Price Earning Ratio (PER) ialah analisa yang menggambarkan apresiasi pasar
Price Book Value (PBV) ialah analisa yang menggambarkan seberapa besar pasar
Market Book Ratio (MBR) hampir sama dengan Price Earning Ratio (PER), bedanya
hanya pada penyebut yang digunakan. Market Book Ratio (MBR) ialah analisa yang
mengukur harga saham relatif terhadap nilai buku ekuitasnya saham biasa.
Dividend Yield (DY) atau imbal hasil dividen ialah analaisa yang digunakan untuk
mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga pasar yang dinyatakan
dalam persentase.
5. Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividend Payout Ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen atau sering disebut
payout ratio ialah analisa yang mengukur perbandingan dividen per saham terhadap
Menurut Irham Fahmi (2013, p.138), rasio penilaian nilai perusahann terdiri atas :
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah pemberian keuntungan
yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki.
Rasio Harga Laba diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per
lembar saham (Earning Per Share) sehingga semakin tinggi rasio ini akan
Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar makin percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
terbentuknya harga saham perusahaan di pasar yang merupakan refleksi penilaian oleh
publik terhadap kinerja keuangan perusahaan secara riil, dalam buku Manajemen
Keuangan Harmono (2013). Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang
disebut rasio penilaian. Menurut I Made Sudana (2011) dalam bukunya Manajemen
Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik, rasio penilaian adalah suatu rasio yang terkait
dengan penilaian kinerja saham perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal
(go public).
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio Price to Book
Value (PBV). PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan Margaretha (2005). Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga
saham dengan nilai buku ekuitas. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar
semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut. Rasio harga saham terhadap nilai
buku perusahaan atau Price Book Value (PBV) menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV
yang diberikan pasar atas modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Menurut Irham
perusahaan selagi going concern. Nilai buku saham mencerminkan nilai historis dari
aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien
dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku asetnya, I Made Sudana
(2011, p. 24). Price Book Value mengaitkan total kapitalisasi pasar perusahaan dengan
dana para pemegang saham. Rasio ini membandingkan nilai di pasar saham dalam
perusahaan. Rasio ini merupakan persepsi para investor tentang kinerja perusahaan dilihat
berikut :
1. Nilai buku mempunyai ukuran nilai yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan
dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash
2. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan.
Tablel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
No. Judul Variabel Hasil
dan Tahun
1. Xu dan The Interrelationship between Independen : Modal intelektual
Jingsuo (2020) Intellectual Capital and Firm Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Performance : Evidence From kinerja perusahaan.
China’s Manufacturing Sector Dependen :
Kinerja Perusahaan
2. Xu dan Feng The Impact of Intellectual Capital on Independen : Modal intelektual
(2020) Firm Performance: A Modified and Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Extended Vaic Model kinerja perusahaan.
Dependen :
Kinerja Perusahaan
3. Weqar, et.al. Measuring the Impact of Intellectual Independen : Modal intelektual
(2020) Capital on the Financial Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Performance of the Finance Sector kinerja keuangan
of India Dependen :
Kinerja Perusahaan
4. Mulyasari dan Intellectual Capital, Competitive Independen : Modal intelektual
Etty (2019) Advantage, Financial Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Performance and Company Value kinerja keuangan
Among Banking Industries in Dependen :
Indonesia Nilai Perusahaan Modal intelektual
berpengaruh terhadap
Moderasi : nilai perusahaan.
Kinerja Keuangan
Keunggulan Modal intelektual
Kompetitif tidak berpengaruh
langsung terhadap
nilai perusahaan.
5. Ousama, et.al. The Association Between Intellectual Independen : Modal intelektual
(2019 Capital and Financial Performance Modal Intelektual berpengaruh terhadap
in The Islamic Banking Industry an kinerja keuangan
Analysis of The GCC Banks. Dependen :
Kinerja Keuangan
6. Forte, et.al. The Impact of Intellectual Capital on Independen : Modal intelektual
(2019) Firms’ Financial Performance and Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Market Value : Empirical Evidence kinerja keuangan
From Italian Listed Firms. Dependen :
Kinerja Keuangan Modal intelektual
Nilai Pasar berpengaruh terhadap
nilai pasar.
7. Sardo, et.al. Intellectual Capital, Growth Independen : Modal intelektual
(2018) Opportunities and Financial Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Performance in European Firms : kinerja keuangan.
Dynamic Panel Data Analysis. Dependen :
Kinerja Keuangan
Nilai Pasar Modal intelektual
tidak berpengaruh
Moderasi : langsung terhadap
Peluang nilai perusahaan.
Pertumbuhan
8. Chowdhury, Impact of Intellectual Capital on Independen : Modal intelektual
et.al. (2018) Financial Performance: Evidence Modal Intelektual berpengaruh terhadap
from the Bangladeshi Textile Sector kinerja keuangan.
Dependen :
Kinerja Keuangan
9. Ozkan (2017) Intellectual Capital and Financial Independen : Modal intelektual
Performance: A Study of the Turkish Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Banking Sector. kinerja keuangan.
Dependen :
Kinerja Keuangan
10. Nuryaman The Influence of Intellectual Capital Independen : Modal intelektual
(2017) on The Firm's Value with The Modal Intelektual berpengaruh terhadap
Financial Performance as Intervening kinerja keuangan.
Variable Dependen :
Nilai Perusahaan Modal intelektual
berpengaruh terhadap
Moderasi nilai perusahaan
Kinerja Keuangan
Berdasarkan uraian landasan teoritis diatas, dalam bagian ini akan dijelaskan dan
sebelumnya yang bertujuan untuk mengkaji lebih penerapan modal intelektual sebagai
tonggak utama dalam persaingan bisnis yang unggul dan kompetitif. Penelitian ini
mencoba menganalisis pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan nilai
perusahaan dan dampak kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Dengan tema yang
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
penjelasan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen dan hipotesis
hak untuk diperlakukan secara adil dan manajer harus mengelola organisasi untuk
modal intelektual, teori stakeholder dapat dipandang dari dua bidang yaitu bidang etika
dan bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki
hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi dan manajer harus mengelola
organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Aspek etika akan terpenuhi jika
manajer mampu mengelola perusahaan dalam proses penciptaan nilai. Penciptaan nilai
dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki
perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun
structural capital.
seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian
itu, jika modal intelektual merupakan sumber daya yang terukur untuk peningkatan
efek Singapore sebagai sampel penelitian untuk melihat pengaruh modal intelektual
If the higher the value of a company’s IC the higher is the company’s future
performance, then logically, the rate of growth of IC will also correlate with
future performance.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bambang dan Soewarno (2020) menunjukkan
intelektual (physical capital, human capital dan structural capital) yang dimiliki
jurnalnya menyatakan bahwa pemanfaatan modal intelektual secara efektif dan efisien
selanjutnya akan tercermin dalam kinerja perusahaan yang baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jika modal intelektual dikelola dengan baik oleh perusahaan maka
capital maka akan memberikan hasil yang meningkat pada kinerja keuangan
perusahaan, dimana dalam mengelola intellectual capital yang baik ditunjukkan oleh
perusahaan dengan adanya kondisi aktivitas kinerja yang sehat, adanya komunikasi
yang baik antara karyawan maupun manager, serta karyawan menjalankan Job
Description dengan baik dan efektif dan perusahaan menerapkan sistem evaluasi untuk
yang sebelumnya lebih menekankan pada physical capital (modal fisik) namun seiring
perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang pesat, telah memicu
menciptakan nilai karena dengan penciptaan nilai yang baik, maka perusahaan akan
lebih mampu untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholder. Sebagai salah satu
stakeholder perusahaan, para investor di pasar modal akan menunjukkan apresiasi atas
Chen et. al. (2018) menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menguji
hubungan antara intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan
positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan Chen et. al.
(2018) juga membuktikan bahwa intellectual capital dapat menjadi salah satu
penelitian Chen et. al. (2018) diketahui bahwa investor cenderung akan membayar
lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih
perusahaan. Tayyem dan Hamzah (2020) dalam jurnalnya menyatakan bahwa pasar
telah memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal
intelektual yang lebih tinggi. Secara teori, kekayaan intelektual yang dikelola secara
efisien oleh perusahaan akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap nilai pasar
perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan rasio price to book value (PBV).
Added Human Capital (VAHC), Value Added Capital Employed (VACE) dan
bahwa nilai pasar perusahaan dapat meningkat apabila kekayaan intelektual yang
nilai tambah bagi perusahaannya dan secara tidak langsung akan meningkatkan
Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan
oleh publik terhadap kinerja keuangan perusahaan secara riil dalam ungkapan
Harmono (2013, p.50). Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) atau
nilai perusahaan dengan return on asset (ROA) adalah positif, yaitu semakin banyak
hasil yang diperoleh dari asset, semakin besar harga saham atau nilai perusahaan.
Menurut Fakhruddin (2018) peningkatan laba merupakan salah satu faktor penting
bagi terciptanya keunggulan daya saing perusahaan secara berkelanjutan dan pada
akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham
merupakan wujud apresiasi investor terhadap kinerja perusahaan serta keyakinan akan
perusahaan.
perusahaan. Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai
Pasar akan memberikan penilaian yang lebih tinggi kepada perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang meningkat, kinerja keuangan yang meningkat
akan direspon positif oleh pasar sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
Yuskar dan Dhia Novita (2019) dalam penelitiannya menemukan bahwa kinerja
keuangan yang di proksikan dengan ROE dan EPS berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan yang dihitung dengan Price to Book Value (PBV). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa return on asset (ROA) dan earning per share (EPS) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menandakan bahwa tingkat pengembalian masih
menjadi suatu tolak ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan apakah berada
Sudibya dan Restuti (2017) dalam jurnalnya menyatakan bahwa semakin tinggi
kinerja keuangan yang biasanya dilihat dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi
pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat tingkat
sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud dan tidak berwujud dalam Firer
dan Williams (2003). Teori ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan yang baik
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability secara efektif dan
efisien. Dalam teori stakeholder, pasar akan memberikan nilai yang lebih tinggi
Menurut Tayyem dan Hamzah (2020) perusahaan yang mampu mengelola aset
perusahaan secara maksimal akan mampu menciptakan value added dan berpengaruh
terhadap peningkatan niai perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan Tan et. al. (2018), yang menunjukan bahwa intellectual capital berpengaruh
mengelola dan menggunakan sumber daya yang sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Hal tersebut akan berjalan dengan baik apabila pemanfaatan sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan didukung oleh kemampuan intelektual perusahaan yang
baik pula. Ketika sumber daya dikelola secara efektif dan efisien maka dapat
mendorong peningkatan kinerja bagi perusahaan yang nantinya akan direspon positif
capital yang disajikan dalam laporan keuangan, dihasilkan dari peningkatan selisih
antara nilai pasar dan nilai buku. Jadi, jika misalnya pasarnya efisien, maka investor
akan memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan yang memiliki intellectual
capital lebih besar. Selain itu, jika intellectual capital merupakan sumber daya yang
Perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN