Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN NO 1

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan Raya


A. Pengertian
Pengangkutan darat yang termasuk lalu lintas jalan raya adalah pengangkutan yang
menggunakan kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya
B. Tujuan
1. Peningkatan lalu lintas, yaitu transportasi yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia
(Pasal 6).
2. Demi keselamatan transportasi, perlu ada rambu-rambu, marka jalan, dan alat isyarat lalu
lintas (Pasal 7).
3. Untuk mobilitas pengangkutan barang dan penumpang, perlu adanya terminal (Pasal 9).
4. Pasal 13-14 mengatur keselamatan kendaraan bermotor. Untuk keselamatan pengangkutan
darat, kendaraan bermotor harus memenuhi syarat berikut:
* laik jalan,
* kelas jalan, hal tersebut harus diuji secara berkala tentang tipenya,
* didaftar.
5. Pasal 30 mengatur tanggung jawab pengemudi, yaitu bertanggung jawab atas kerugian,
kerusakan jalan, jembatan, dan fasilitas lalu lintas yang merupakan bagian jalan raya.
Tanggung Jawab Pengangkut
1. Tanggung jawab pengangkut adalah mengganti kerugian kepada :
 Penumpang,
 Pengirim,
 Pihak ketiga.
2. Tanggung jawab dimulai
a. Terhadap penumpang sejak penumpang diangkut sampai ke tempat yang disepakati,
b. Terhadap barang sejak barang diterima pengangkut sampai tempatpenerima.

JAWABAN NO 2
2. Pengertian perkeretaapian adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas sarana prasarana,
sumber daya manusia, norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk menyelenggarakan kereta
api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan atau sedang bergerak di jalan rel.
A. DASAR HUKUM
1. UU Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
2. PP Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana KA
3. PP Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas KA
4. UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
B. TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA
1. Pengguna jasa yang mengalami kerugian mendapat penggantian sesuai dengan kerugian
yang diderita.
2. Luka atau meninggal yang disebabkan oleh pengoperasian kereta api.Sebaliknya, apabila
luka atau meninggal tersebut terbukti bukan kesalahan penyelenggara, maka tidak perlu
mengganti kerugian.
Tanggung jawab tersebut dimulai sejak pengangkutan dimulai dari stasiun asal sampai
stasiun tujuan yang disepakati. Penelenggara tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang
diderita pihak ketiga yang disebabkan kesalahan penyelenggara, kecuali pihak tersebut dapat
membuktikan bahwa kerugian disebabkan kesalahan penyelenggara.
C. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
1. Kewajiban pengangkut mengganti biaya rugi dan bunga kepada berutang. Biaya rugi dan
bunga yang dapat dituntut adalah kerugian yang telah dideritanya dan untung yang
seharusya didapat.
2. Tanggung jawab pengangkut diatur dalam Pasal 1367 KUHPerd, Pasal 523 KUHD, dan
Pasal 28 UU Nomor 13 Tahun 1992.
Pasal 1367 KUHPerd menyatakan sebagai berikut.
“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang diperbuatnya sendiri, tetapi
juga yang disebabkan ole perbuatan orang-orang yang ada di bawah tangung jawabnya.”

Pasal 23 KUHD menyatakan sebagai berikut.


“Pengangkut bertanggung jawab terhadap segala perbuatan buruhnya dalam pengangkutan
dan segala benda yang dipakainya untuk penyelenggaraan pengangkutan.”
Pasal 28 UU Nomor 13 Tahun 1992 menyatakan sebagai berikut.
“Penyelenggara pengangkutan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pengguna jasa
atau pihak ketiga yang timbul dari pelayanan kereta api.”

D. PRINSIP TANGGUNG JAWAB


1. Fault liability (kesalahan) yang harus membuktikan adanya kesalahan adalah pihak yang
dirugikan.
2. Presumption liability (praduga): pengangkut yang harus membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah karena bean ada pada pengangkut, bukan pada penumpang. Di sini, pihak yang
dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita.Absolute liabillity (tanggung
jawab mutlak): pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian. Setiap kerugian
yang timbul dalam pengangkutan diselenggarakan tapa harus dilakukan pembuktian ada
atau tidak adanya kesalahan pengangkut.
UU Nomor 13 Tahun 1992 ternyata lebih banyak mengatur aspek publiknya daripada
aspek perdatanya. la tidak mengatur secara khusus hubungan hukum antara penumpang
dan pengangkut. Pengaturan aspek publik dan perdatanya sebagai berikut:
1. aspek publiknya diatur dalam 12 bab (46 pasal);
2. aspek perdatanya diatur dalam Bab VII (Ps 25 sampai dengan 35).
Ketentuan tersebut tidak memberikan perlindungan hukum bagi penumpang yang
mengalami kecelakaan selaku pengguna jasa secara jelas.

JAWABAN NO 3
3. Pengangkutan udara adalah pengangkutan yang memanfaatkan sarana perhubungan udara,
yaitu pesawat terbang yang dioperasikan untuk perniagaan. Pengangkutan udara itu meliputi
pengangkutan barang dan penumpang.
A. PENGATURAN
1. Ordonantie Udara Tahun 1936
2. Ordonantie Udara Tahun 1939
3. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992
5. UU Nomor 1 Tahun 2009
B. TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT
Pasal 24 Nomor 100 STB. 1938 mengatur hal berikut.
1. Tanggung jawab pengangkut udara terhadap kecelakaan yang harus berhubungan dengan
pengangkutan udara.
2. Pasal 43 UU Nomor 15 Tahun 1992 mengatur tanggung jawab pengangkut:
a) Kematian atau luka penumpang,
b) Musnahnya/hilangnya barang yang diangkut,
c) Keterlambatan yang terbukti karena kesalahan pengangkut.
C. PRINSIP TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA
1. Fault liability (kesalahan) yang harus membuktikan adanya kesalahan adalah pihak yang
dirugikan.
2. Presumption liability (praduga): pengangkut harus membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah karena beban ada pada pengangkut, bukan pada penumpang. Di sini, pihak yang
dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita.
3. Absolute liabillity (tanggung jawab mutlak): pengangkut harus bertanggung jawab atas
setiap kerugian.
4. Setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan diselenggarakan tapa harus dilakukan
pembuktian ada atau tidak adanya kesalahan pengangkut

Sumber : HKUM4207/MODUL 10-HUKUM DAGANG DAN KEPAILITAN

Anda mungkin juga menyukai