Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN HUKUM

PENGANGKUTAN
MATERI MINGGU KE-4

AHMAD FAUZAN NOVEANDRA


(1831123300550195)
 
A. PENELITIAN HUKUM PENGANGKUTAN

1. Objek Penelitian
Pengembangan hukum pengangkutan dilakukan melalui penelitian ketentuan undang-undang dan/atau perjanjian serta dan pelaksanaan
pengangkutan. Penelitian ketentuan undang-undang dan/atau perjanjian pengangkutan merupakan studi hukum normatif tentang pengangkutan.
Secara keilmuan, setiap pengembangan hukum pengangkutan selalu meliputi dua objek penelitian yang dibahas, yaitu:
 Rumusan ketentuan undang-undang dan/atau perjanjian pengangkutan
 Pelaksanaan pengangkutan

 
2. Kerangka Konsep,Pengangkutan
Kerangka konsep adalah serangkaian konsep yang direkonstruksikan sedemikian rupa sehingga membentuk kesatuan makna yang lebih
lengkap dan terarah. Kerangka konsep merupakan penjelas kerangka teori dan pengarah kerangka pikir.Kerangka konsep pengangkutan adalah
serangkaian konsep yang direkonstruksikan dari peristiwa-peristiwa pengangkutan.
 
Contoh :
Misalnya dalam suatu penelitian mengenai hukum pengangkutan, masalah yang dirumuskan untuk dibahas adalah “bagaimana proses
penyelesaian ganti kerugian akibat kelalaian pengangkut dalam pengangkutan barang dengan truk”. Rumusan masalah ini mengandung
beberapa konsep yang perlu dijelaskan, yaitu konsep hukum, pengangkutan, pengangkut, alat pengangkut, barang muatan, dokumen
pengangkutan, biaya pengangkutan, kelalaian pengangkut, dan ganti kerugian.
 
A. PENELITIAN HUKUM PENGANGKUTAN

3. Kerangka Teori Pengangkutan


Kerangka teori pengangkutan adalah gambaran proses pengangkutan yang direkonstruksikan dari ketentuan undang-
undang dan atau perbuatan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan. Gambaran proses pengangkutan dimulai
sejak terjadi perjanjian pengangkutan antarapihak-pihak. Teori yang digunakan dapat berupa rekonstruksi perbuatan
pihak-pihak yang dirumuskan oleh para pakar ilmu hukum dari/atau yang bersumber dari ketentuan undang-undang
atau perjanjian.
Apabila diinventarisasi, ketentuan pasal-pasal undang-Undang Pengangkutan yang menggambarkan proses
pengangkutan yang dapat direkonstruksi adalah ketentuan pasal-pasal sebagai berikut:

  Cara terjadi perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang atau pengirim barang.
 Saat pembayaran biaya pengangkutan, diikuti penerbitan dokumen.
 Tempat dimulai pengangkutan dan berakhir pengangkutan.
 Tanggung jawab pengangkut dalam hal terjadi kecelakaan/musibah.
 Ganti kerugian dan cara penyelesaiannya.
 Cara berakhir pengangkutan dan perjanjian pengangkutan.
 
A. PENELITIAN HUKUM PENGANGKUTAN

4. Kerangka Pikir Penyelesaian Masalah


Kerangka pikir adalah alur penyelesaian masalah berdasarkan kerangka konsep dan arahan kerangka teori. Alur
tersebut dimulai dari konsep hukum yang mengakibatkan adanya perjanjian dan pengangkutan itu sendiri,
kemudian oleh pihak-pihak direalisasikan berupa peristiwa pengangkutan. Contoh gambaran bentuk skema
tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan alur penyelesaian masalah tersebut, maka pokok bahasan yang timbul dari masalah penelitian
yang dijadikan contoh dapat dirumuskan:

a. Perjanjian pengangkutan barang dengan truk.


b. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab pihak-pihak.
c. Pelaksanaan pengangkutan dan tanggung jawab pengangkut.
d. Kerugian akibat kelalaian pengangkut ,
e. Penyelesaian ganti kerugian oleh pengangkut.
f. Cara berakhimya pengangkutan.
 
A. PENELITIAN HUKUM PENGANGKUTAN

5. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah adalah proses penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Proses penyelesaian masalah merupakan tahap-tahap atau langkah-
langkah yang ditempuh berdasarkan metode kerja tertentu.
Studi kasus hukum itu ada tiga tipe, yaitu:
a. Studi kasus hukum terhadap perbuatan yang hidup dalam masyarakat (in social
interaction)
b. Studi kasus hukum terhadap perbuatan (perjanjian) yang sudah dilaksanakan dan dalam
pelaksanaan itu terjadi konflik kepentingan yang diselesaikan melalui putusan hakim
c. Studikasus hukum terhadap perbuatan (perjanjian) yang sudah dilaksanakan tanpa
terjadi konflik kepentingan
B. PERJANJIAN PENGANGKUTAN
DAN PENGANGKUTAN
Pokok bahasan ini menguraikan dua
konsep, yaitu konsep perjanjian
pengangkutan dan konsep pengangkutan.
Perjanjian pengangkutan adalah konsep
mengenai gejala normatif disebut juga
gejala yuridis mengenai pengangkutan.
 
B. PERJANJIAN PENGANGKUTAN
DAN PENGANGKUTAN

1. Perjanjian Pengangkutan
Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara
pengangkut dan penumpang/pemilik barang. Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana
pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri
untuk membayar biaya pengangkutan.

2. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat
pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan penumpang atau
pembongkaran barang muatan. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan:
 Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;
 Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan
 Menurunkan penumpangatau membongkar barang di tempat tujuan.
C. TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT

Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip


tanggung jawab, yaitu tanggung jawab
karena kesalahan (fault liability), tanggung
jawab karena praduga (presumption liability),
dan tanggung jawab mutlak (absolute
liability). Hukum pengangkutan Indonesia
umumnya menganut prinsip tanggungjawab
karena kesalahan dan karena praduga.
 
C. TANGGUNG JAWAB
PENGANGKUT
1. Tanggung Jawab karena Kesalahan
Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar
segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu.
 
A. Pengangkutan dengan kereta api
Pada pengangkutan dengan kereta api, Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami
kerugian, luka-luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api

B. Pengangkutan dengan kendaraan umum


Penyediaan jasa pengangkutan umum dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan/atau
badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 139 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009).
 
C. Pengangkutan dengan kapal
Perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau .barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam
perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan karcis penumpang dan dokumen muatan (Pasal 38
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008).
 
D. Pengangkutan dengan Pesawat Udara
Badan Usaha Pengangkutan Udara Niaga wajib mengangkut orang dan/atau kargo dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan,
dan wajib memberikan pelayanan yang layak kepadasetiap pengguna jasa pengangkutan udara sesuai dengan perjanjian pengangkutan yang
disepakati.
 
C. TANGGUNG JAWAB
PENGANGKUT

2. Tanggung Jawab karena Praduga


Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi, jika pengangkut dapat
membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti
kerugian itu.
 
3. Tanggung Jawab Mutlak
Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul
dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya
kesalahan pengangkut.
D. KEBIASAAN DALAM
PENGANGKUTAN
 
D. KEBIASAAN DALAM PENGANGKUTAN

1. Kriteria Kebiasaan
Apabila dalam perjanjian pengangkutan tidak diatur mengenai hak dan kewajiban tertentu,
pihak-pihak mengikuti ketentuan hak dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang. Akan
tetapi, jika dalam perjanjian dan undang-undang juga tidak diatur, mereka dapat mengikuti
kebiasaan yang berlaku dalam praktik pengangkutan.
 
Kebiasaan yang hidup dalam praktik pengangkutan dianggap sebagai hukum perdata tidak
tertulis adalah perbuatan yangmemenuhi kriteria sebagai berikut:
 Berupa kewajiban bagaimanaseharusnya pihak-pihak berbuat;
 Tidak bertentangan dengan undang-undang atau kepatutan;
 Diterima olsh pihak-pihakkarena adil dan masuk akal (logis); dan
 Menuju kepada akibat hukum yang dikehendaki oleh pihak-pihak.
 
D. KEBIASAAN DALAM PENGANGKUTAN

2. Contoh Kebiasaan
Beberapa contoh perbuatansebagai kebiasaan dalam praktik pengangkutan adalah sebagai
berikut:
 Pengangkutan dengan pengangkut perkotaan (angkot) tanpa karcis penumpang.
 Undang-undang mengatur cara terjadi perjanjian pengangkutan, yaitu penumpang
diwajibkan membelikarcis penumpang terlebih dahulu, kemudian barudiangkut. Kebiasaan
mengakui cara penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance).
 Undang-undang menentukan bahwa pengangkutan barang disertai dokumen surat
pengangkutan barang. Jika dokumen ini tidak ada, penerimaan oleh penerima dianggap
sebagai sesuai dengan dokumen.
 Undang-undang menentukan tempat naik dan turun penumpang bus adalah di terminal.
Jika ada penumpang yang turun tidak di terminal maka dianggap tidak turun dan
ONGKOS tetap sama.
 Undang-undang menentukan setiap pengangkut yang mengoperasikan taksi argo wajib
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai