RANCANGAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG
ALAT PENGENDALI DAN PENGAMAN PENGGUNA JALAN
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
(1) Alat pengendali Pengguna Jalan digunakan untuk
pengendalian atau pembatasan terhadap kecepatan dan
ukuran kendaraan pada ruas-ruas jalan.
(2) Alat pengendali Pengguna Jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. alat pembatas kecepatan; dan
b. alat pembatas tinggi dan lebar.
(3) Alat pengaman Pengguna Jalan digunakan untuk
pengamanan terhadap Pengguna Jalan.
(4) Alat pengaman Pengguna Jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. pagar pengaman;
b. cermin tikungan;
c. patok lalu lintas (delineator);
d. pulau lalu lintas;
e. pita penggaduh;
f. jalur penghentian darurat; dan
g. pembatas lalu lintas.
(5) Alat pengendali dan pengaman pengguna jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) harus
memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan
keselamatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan
persyaratan keselamatan alat pengendali dan pengaman
pengguna jalan ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang
membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan.
-3 -
Pasal 2
(1) Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, penghapusan, dan pengawasan
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan harus
sesuai dengan peruntukan.
(2) Penentuan lokasi, pengadaan, dan pemasangan alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil
analisis manajemen dan rekayasa lalu lintas.
(3) Selain berdasarkan hasil analisis manajemen dan
rekayasa lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Penentuan lokasi, pengadaan, dan pemasangan alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan dapat
dilakukan berdasarkan hasil survei kebutuhan.
(4) Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, penghapusan, dan pengawasan
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. Menteri, untuk jalan nasional;
b. gubernur, untuk jalan provinsi;
c. bupati, untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. walikota, untuk jalan kota.
(5) Dalam hal penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, penghapusan, dan pengawasan
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan dilakukan
pada jalan tol, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol
setelah mendapatkan penetapan Menteri yang
bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan.
(6) Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, penghapusan, dan pengawasan
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus
dilaksanakan berdasarkan standar teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang membidangi
sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
Pasal 3
Menteri dalam melaksanakan penentuan lokasi, pengadaan,
pemasangan, pemeliharaan, perbaikan, penghapusan, dan
pengawasan alat pengendali dan pengaman pengguna jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf a
mendelegasikan kepada:
a. Direktur Jenderal, untuk jalan nasional di luar wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi; dan
b. Kepala Badan Transportasi Jabodetabek, untuk jalan
nasional yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi.
Pasal 4
Pembuatan dan Penyediaan bahan alat pengendali dan
pengaman pengguna jalan dilakukan oleh badan usaha yang
telah memiliki perizinan berusaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-4 -
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan yang telah
dipasang sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri ini
dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2018 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2018 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,