Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Fajar Maulidin Santoso

NIM : 204102020079

KELAS : Hukum Ekonomi Syariah 3

Aturan polisi tidur atau bahasa resminya alat pembatas kecepatan kendaraan diatur dalam
Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas PM
Perhubungan Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan, perangkat tambahan yang disebut rumble strip.
Menjadi bagian dari pita penggaduh, fungsinya membuat pengemudi meningkatkan kewaspadaan.
Sebab, biasanya dipasang di suatu ruas yang penting dan sering menjadi lalu-lalang pejalan kaki.

Rumble strip sebagaimana dimaksud pada pasal 31 ayat (1) Permenhub huruf a memiliki ukuran
pemasangan :

a. paling tebal 40 (empat putuh) milimeter;

b. jarak pemasangan antar strip paling dekat 500 (lima ratus) milimeter dan paling jauh 5.000 (lima
ribu) milimeter;

c. kelandaian sisi tepi strip paling besar 15 persen.

"Rumble strip berfungsi mengurangi kecepatan kendaraan, mengingatkan pengemudi tentang


objek di depan yang harus diwaspadai, melindungi penyeberang jalan dan mengingatkan
pengemudi akan lokasi rawan kecelakaan,"

Dalam pasal 25 (1) UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ)
dijelaskan bahwa setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:

a. Rambu Lalu Lintas.

b. Marka Jalan.

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.


d. alat penerangan Jalan.

e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan.

f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan.

g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat.

h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan di luar
badan Jalan.

akan tetapi tidak semua orang bisa untuk membuat fasilitas lalu lintas

Dalam Pasal 26 UU LLAJ tidak memuat kewenangan bagi masyarakat umum untuk membuat
polisi tidur sendiri. Pihak yang berwenang membuat polisi tidur, sebagaimana termuat dalam Pasal
Pasal 38 ayat (1) Permenhub 82/2018, adalah:

1. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, untuk jalan nasional di luar wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek);
2. Kepala Badan Perhubungan Darat, untuk jalan nasional yang berada di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek);
3. Gubernur, untuk jalan provinsi;
4. Bupati, untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
5. Walikota, untuk jalan kota.
6. Badan usaha untuk jalan tol, setelah mendapatkan penetapan Dirjen Perhubungan Darat.

Masyarakat umum dilarang memasang alat pembatas kecepatan seperti polisi tidur. Bahkan,
apabila pemasangan polisi tidur membawa kerusakan dan/atau gangguan fungsi jalan, masyarakat
umum yang membuatnya bisa dikenakan hukuman. Menurut Pasal 274 ayat (1) dan ayat (2) UU
LLAJ, orang yang memasang polisi tidur sembarangan sehingga menyebabkan kerusakan dan/atau
gangguan fungsi jalan dapat dikenakan hukuman penjara paling lama 1 tahun dan denda maksimal
24 juta.

Anda mungkin juga menyukai