• ICCPR/Kovenan Sipol mengakui hak-hak individu yang melekat ke setiap individu dan mengambil
laangkah-langkah untuk mempromosikan jaminan perlindungan oleh negara dalam Hak Sipol.
• Negara yang beratifikasi Kovenan tersebebut berkewajiban:
“to protect and preserve basic human rights… [and] “compel[ed] to take administrative, judicial, and
legislative measures in order to protect the rights enshrined in the treaty and to provide an effective
remedy.”
• Saat ini sebanyak 74 negara menjadi negara penandatangan dan 168 menjadi pihak dalam ICCPR.
ISI
• Pasal 4 dari ICCPR memperbolehkan dalam keadaan tertentu untuk Negara Peserta mengurangi
kewajibannya dalam melaksanakan HAM.
• Mis: dalam kondisi public emergencies. Namun Negara Peserta tidak bisa mengurangi hak-hak dalam
pasal 6, 7, 8 (paragraphs I dan 2), 11, 15, 16 dan 18.
Non derogable Principle
Erga Omnes
Diskusi PPKM: Apakah melanggar ICCPR?
2 OPTIONAL PROTOCOL ICCPR
• Negara yang telah meratifikasi ICCPR harus mengambil langkah-langkah di jurisdiksi mereka sebagai bentuk
pengakuan berlakunya Kovenan ini.
Negara penandatangan tidak otomatis terikat atau “binding” kepada isi Kovenan.
Perjanjian Internasional menjadi berlaku apabila negara telah melakukan: ratification, acceptance, approval atau
accession.”
Monoism vs. Dualism.
Lihat Canada, Inggris, Indonesia
• Article 28 dari ICCPR memberikan mandat kepada Human Rights Committee (Committee) yang dibentuk
untuk “ monitoring the State Parties’ implementation of the Covenant”.
• Dalam Kovenan, State Parties diminta untuk memberikan laporan “submision of the report”. Kepada
Committee untuk ditinjau, yang bertujuan untuk melihat tindakan-tindakan yang dilakukan negara guna
menjamin hak-hak yang tertuang dalam ICCPR.
• Article 41 memberikan juga kesempatan bagi State Party yang mengklaim bahwa State Party yang lain
tidak “fulfilling its obligations to implement ICCPR”,
KOVENAN EKONOMI,
SOSIAL DAN BUDAYA
(EKOSOB)
INTERNATIONAL COVENANT OF ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
(ICESCR)
TUJUAN
• ICESCR diadopsi oleh General Assembly Resolution 2200 A (XXI) pada 16 Desember 1966.
• Kovenan ini mencerminkan komitmen yang diadopsi setelah PD II untuk:
1. meningkatkan kehidupan sosial dan standar kehidupan setiap orang,
2. menguatkan keyakinan atas HAM, dan
3. membentuk organ internasional dalam melaksanakan tujuan tersebut.
PENGIKATAN DIRI NEGARA PESERTA
KOVENAN
• Sejak ICESCR dianggap sebagai international human rights treaty, Kovenan tersebut memiliki kekuatan
hukum untuk menjamin kewajiban-kewajiban internasional yang harus dilakukan oleh nagara-negara
pihak.
• Lebih dari 155 negara menjadi peserta dan hal ini menjadi refleksi konsensus global atas universal
human rights standards terhadap hak-hak EKOSOSBUD.
• Indonesia mengakui Kovenan EKOSOSBUD ini melalui UU No. 11 Tahun 2005, dengan reservasi jurisdiksi
Komite
ISI
To Respect:
• The obligation to respect requires States not to take any measures that would result in preventing
individuals from having human rights enjoyment.
To Protect
• To The obligation to protect requires measures by the State to ensure that third parties (individuals,
armed groups, enterprises, etc.) do not deprive right-holders of their
To Fulfill:
• The obligation to facilitate requires States to adopt measures aimed at improving right-holders’.
DINAMIKA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
PENEGAKAN HUKUM HAM DI INDONESIA
• Terdapat berbagai instrumen hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan HAM sejak Reformasi 1998.
• Peratifikasian Instrumen HAM Internasional (Kovenan Sipol, Ekososbud, Anti Penyiksaan, Perlindungan
Perempuan, Anak, Buruh Migran,Pengahapusan Segala Bentuk Diskriminasi, Perlindungan Orang dengan
Disabilitas, dll).
• Dibuatnya UU Khusus bagi perlindugan HAM dari kekerasan: UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Anti
Diskriminasi Etnis dan Agama, dll
• Dibuatnya Undang-Undang Nasional tentang HAM:
1. Ketetapan MPR No. XII Tentang HAM:
- Menugaskan Lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur negara untu menghormati, menegakkan dan
menyebarluaskan pemahaman HAM kepada seluruh masyarakat.
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:
- Memberikan pengaturan tentang jaminan HAM, kewajiban negara dalam perlindungan, pemajuan dan
penegakkan HAM serta membetuk Komnas HAM.
3. Amandemen Kedua UUD 1945 (2000)
- HAM menjadi hak konstitusional warga negara karena adanya ketentuan hak-hak asasi di dalam
Konstitusi tersebut dan dijamin dalam instrumen HAM Internasional. Amandemen ini juga menambah
Bab Khusus tentang HAM.
4. Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM)
- Kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat memberikan arah bagi upaya kemajuan HAM hingga
tahap implementasi.
KERANGKA HUKUM HAM
NASIONAL
UUD NRI 1945
Pasal 27 ayat (1)
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
Pasal 28D ayat (1)
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.”
Pasal 28G ayat (2)
“Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia…..”
20
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
21