Anda di halaman 1dari 21

KONVENAN HAK SIPIL

DAN POLITIK (SIPOL)


(INTERNATIONAL COVENANT OF CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (ICCPR)
LATAR BELAKANG

• Tujuan: menjamin perlindungan hak-hak sipil dan politik.


• Kovenan ini diadopsi oleh United Nations’ General Assembly pada 19 Desember, 1966, dan berlaku
sejak Maret 23, 1976.
• Kovenan Sipol dan Kovenan Ekosob serta Deklarasi Universal HAM beserta dengan 2 Optional Protocol
nya secara bersamaan dikenal sebagai International Bill of Rights.
• Indonesia telah mengesahkan ICCPR melalui UU No. 12 Tahun 2005, dengan reservasi atas jurisdiksi
Komite
TUJUAN

• ICCPR/Kovenan Sipol mengakui hak-hak individu yang melekat ke setiap individu dan mengambil
laangkah-langkah untuk mempromosikan jaminan perlindungan oleh negara dalam Hak Sipol.
• Negara yang beratifikasi Kovenan tersebebut berkewajiban:
“to protect and preserve basic human rights… [and] “compel[ed] to take administrative, judicial, and
legislative measures in order to protect the rights enshrined in the treaty and to provide an effective
remedy.”
• Saat ini sebanyak 74 negara menjadi negara penandatangan dan 168 menjadi pihak dalam ICCPR.
ISI

• Nilai-nilai dari ICCPR dapat dilihat di dalam Pasal 2 dan 3.


• Prinsip yang penting dalam kedua pasal tersebut adalah “non-discrimination”.
• Pasal 2 menjamin bahwa hak-hak yang diterangkan dalam ICCPR harus “respected” dan “be available”
bagi setiap orang di teritorial negara peratifikasi Kovenan (State Party- Negara Peserta).
• Pasal 3 menjamin persamaan hak bagi lelaki dan perempuan dalam menikmati hak-hak yang tertuang
dalam ICCPR.
HAK-HAK

• Article 6 – Right to life. • Article 16 – Right to recognition as a person before the


Article 7 – Freedom from torture. law.
Article 8 – Right to not be enslaved. Article 17 – Freedom from arbitrary or unlawful
Article 9 – Right to liberty and security of the person. interference.
Article 10 – Rights of detainees. Article 18 – Right to freedom of thought, conscience and
religion.
Article 11 – Right to not be imprisoned merely on the
Article 19 – Right to hold opinions without interference.
ground of inability to fulfil a contractual obligation.
Article 20 – Propaganda for war shall be prohibited by law.
Article 12 – Freedom of movement and choice of
Article 21 – Right of peaceful assembly.
residence for lawful residents. Article 22 – Right to freedom of association with others.
Article 13 – Rights of aliens. Article 23 – Right to marry.
Article 14 – Equality before the courts and tribunals. Article 24 – Children’s rights
Right to a fair trial. Article 25 – Right to political participation.
Article 15 – No one can be guilty of an act of a criminal Article 26 – Equality before the law.
offence which did not constitute a criminal offence. Article 27 – Minority protection.
LIMITASI

• Pasal 4 dari ICCPR memperbolehkan dalam keadaan tertentu untuk Negara Peserta mengurangi
kewajibannya dalam melaksanakan HAM.
• Mis: dalam kondisi public emergencies. Namun Negara Peserta tidak bisa mengurangi hak-hak dalam
pasal 6, 7, 8 (paragraphs I dan 2), 11, 15, 16 dan 18.
 Non derogable Principle
 Erga Omnes
 Diskusi PPKM: Apakah melanggar ICCPR?
2 OPTIONAL PROTOCOL ICCPR

1st Op.Protocol 2nd Op. Protocol


• Protokol ya ng mengatur tentang korban yang ingin • Protokol ini memiliki tujuan untuk
mengklaim haknya yang dilanggar untuk didengar. menghapuskan Hukuman Mati.
• The Human Rights Committee (Committee), yang • Protokol ini berlaku sejak July 11, 1991 dan kini
dibentuk berdasarkan Kovenan ini memiliki jurisdiksi
terdapat 37 negara penandatangan dan 81 State
untuk “receive, consider and hear “ komunikasi dari
korban. parties.
• Protokol ke-1 ini berlaku (came into force) bersamaan
dengan Kovenan.
• Saat ini terdapat 35 negara yang mendantangani dan
115 State parties.
PELAKSANAAN
• Article 2(2) dari ICCPR menyatakan bahwa:
State Parties are to take the “necessary steps…. to adopt such laws or other measures as may be necessary to give
effect to the rights recognized in the present Covenant.”

• Negara yang telah meratifikasi ICCPR harus mengambil langkah-langkah di jurisdiksi mereka sebagai bentuk
pengakuan berlakunya Kovenan ini.
 Negara penandatangan tidak otomatis terikat atau “binding” kepada isi Kovenan.
 Perjanjian Internasional menjadi berlaku apabila negara telah melakukan: ratification, acceptance, approval atau
accession.”
 Monoism vs. Dualism.
 Lihat Canada, Inggris, Indonesia
• Article 28 dari ICCPR memberikan mandat kepada Human Rights Committee (Committee) yang dibentuk
untuk “ monitoring the State Parties’ implementation of the Covenant”.
• Dalam Kovenan, State Parties diminta untuk memberikan laporan “submision of the report”. Kepada
Committee untuk ditinjau, yang bertujuan untuk melihat tindakan-tindakan yang dilakukan negara guna
menjamin hak-hak yang tertuang dalam ICCPR.
• Article 41 memberikan juga kesempatan bagi State Party yang mengklaim bahwa State Party yang lain
tidak “fulfilling its obligations to implement ICCPR”,
KOVENAN EKONOMI,
SOSIAL DAN BUDAYA
(EKOSOB)
INTERNATIONAL COVENANT OF ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
(ICESCR)
TUJUAN

• ICESCR diadopsi oleh General Assembly Resolution 2200 A (XXI) pada 16 Desember 1966.
• Kovenan ini mencerminkan komitmen yang diadopsi setelah PD II untuk:
1. meningkatkan kehidupan sosial dan standar kehidupan setiap orang,
2. menguatkan keyakinan atas HAM, dan
3. membentuk organ internasional dalam melaksanakan tujuan tersebut.
PENGIKATAN DIRI NEGARA PESERTA
KOVENAN

• Sejak ICESCR dianggap sebagai international human rights treaty, Kovenan tersebut memiliki kekuatan
hukum untuk menjamin kewajiban-kewajiban internasional yang harus dilakukan oleh nagara-negara
pihak.
• Lebih dari 155 negara menjadi peserta dan hal ini menjadi refleksi konsensus global atas universal
human rights standards terhadap hak-hak EKOSOSBUD.
• Indonesia mengakui Kovenan EKOSOSBUD ini melalui UU No. 11 Tahun 2005, dengan reservasi jurisdiksi
Komite
ISI

• Preamble dari kovenan menyatakan:


“Covenant recognises, inter alia, that economic, social and cultural rights derive from the "inherent
dignity of the human person" dan:
"the ideal of free human beings enjoying freedom of fear and want can only be achieved if conditions
are created whereby everyone may enjoy his economic, social and cultural rights, as well as civil and
political rights.“
• Prinsip yang tertuang dalam Kovenan ini adalah
(1) equality and non-discrimination
(2) States parties have an obligation to respect, protect and fulfil economic, social and cultural rights.
HAK-HAK

• The right to work (Article 6);


• The right to just and favorable conditions of work (Article 7);
• The right to form and join trade unions and the right to strike (Article 8);
• The right to social security including social insurance (Article 9);
• The right to protection and assistance for the family and the prohibition of child labor (Article 10);
• The right to an adequate standard of living for oneself and one's family, including adequate food, clothing and housing and to the
continuous improvement of living conditions (Article 11);
• The right to the highest attainable standard of physical and mental health (Article 12);
• The right to education, the freedom of parents to choose schools other than those established by public authorities (Articles 13
and 14); and
• The right to take part in cultural life and to benefit from scientific progress (Article 15).
KEWAJIBAN STATE PARTY

• Negara menjadi pihak melalui ratification or accession.


• Ketika negara meratifikasi maka Negara secara sukarela mengikat dirinya atas serangkaia perlindungan
hak-hak asasi yang harus dilakukan serta meningkatkan realisasi hak EKOSOB di level nasional.
• Negara juga diikat secara hukum untuk dipantau oleh sebuah international committee of independent
experts (the Committee on ESCR) didasarkan atas standar dan norma hukum HAM internasional.
• Pemerintah yang negaranya menjadi anggota ICESCR, dapat juga tidak terikat pada ketentuan tertentu
atau disebut "entering a reservation" atau declarations yang memiliki efek yang sama dengan reservasi.
STATE OBLIGATIONS

To Respect:
• The obligation to respect requires States not to take any measures that would result in preventing
individuals from having human rights enjoyment.
To Protect
• To The obligation to protect requires measures by the State to ensure that third parties (individuals,
armed groups, enterprises, etc.) do not deprive right-holders of their
To Fulfill:
• The obligation to facilitate requires States to adopt measures aimed at improving right-holders’. 
DINAMIKA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
PENEGAKAN HUKUM HAM DI INDONESIA
• Terdapat berbagai instrumen hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan HAM sejak Reformasi 1998.
• Peratifikasian Instrumen HAM Internasional (Kovenan Sipol, Ekososbud, Anti Penyiksaan, Perlindungan
Perempuan, Anak, Buruh Migran,Pengahapusan Segala Bentuk Diskriminasi, Perlindungan Orang dengan
Disabilitas, dll).
• Dibuatnya UU Khusus bagi perlindugan HAM dari kekerasan: UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Anti
Diskriminasi Etnis dan Agama, dll
• Dibuatnya Undang-Undang Nasional tentang HAM:
1. Ketetapan MPR No. XII Tentang HAM:
- Menugaskan Lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur negara untu menghormati, menegakkan dan
menyebarluaskan pemahaman HAM kepada seluruh masyarakat.
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:
- Memberikan pengaturan tentang jaminan HAM, kewajiban negara dalam perlindungan, pemajuan dan
penegakkan HAM serta membetuk Komnas HAM.
3. Amandemen Kedua UUD 1945 (2000)
- HAM menjadi hak konstitusional warga negara karena adanya ketentuan hak-hak asasi di dalam
Konstitusi tersebut dan dijamin dalam instrumen HAM Internasional. Amandemen ini juga menambah
Bab Khusus tentang HAM.
4. Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM)
- Kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat memberikan arah bagi upaya kemajuan HAM hingga
tahap implementasi.
KERANGKA HUKUM HAM
NASIONAL
UUD NRI 1945
Pasal 27 ayat (1)
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
 
Pasal 28D ayat (1)
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.”
 
Pasal 28G ayat (2)
“Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia…..”
  20
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

21

Anda mungkin juga menyukai