Anda di halaman 1dari 19

Tugas

HAM
INTERNASIO
NAL
Dosen: DR. Hesti Armiwulan, S.H., M.Hum.
Mahasiswa : dr. Arief Rahman, M.A.R.S
NIM :

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM


KESEHATAN UNIVERSITAS HANG TUAH
TAHUN 2022
The Universal Declaration of
Human Rights (UDHR-1948
● Deklarasi ini dikeluarkan oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 10 Desember 1948 sebagai
akibat berlangsungnya kekejaman yang mengawali Perang
Dunia II. Piagam PBB ini terdiri dari 30 Pasal yang
diantaranya meliputi :
○ setiap orang berhak akan hidup, kemerdekaan dan
keamanan bagi dirinya
○ tak seorangpun boleh dikenakan hukuman, tahanan atau
pembuangan yang sewenang-wenang.
KONVENSI INTERNASIONAL HAM
10 Desember 1948

THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS (1948)


 

KOVENAN INTERNASIONAL KOVENAN INTERNASIONAL


HAK SIPIL DAN POLITIK HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN
International Covenant on Civil & BUDAYA
Political Rights (1966) International Covenant on Social,
Economic & Cultural (1966)

UUD, TAP MPR, UU, PP, Keppres tentang


HAM di Indonesia
Ketiga Dokumen internasional HAM tersebut, yakni Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, dan Kovenan Internasional Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dikenal dengan istilah “INTERNATIONAL BILL OF
HUMAN RIGHT”
ICCPR

o International Covenant on Civil and Political Rights (Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik)
o Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966
o Merupakan bentuk mengikat hukum paruh pertama dari DUHAM
o Terdiri dari VI bagian dan 55 pasal
o Beberapa hak yang diatur : hak untuk menentukan nasib sendiri, hak untuk hidup, kebebasan
menyampaikan pendapat, dan hak beragama dan berkeyakinan
o Pada tahun 2005 Indonesia meratifikasi kovenan ini melalui UU No. 12/2005
ICESR

o International Covenan on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya)
o Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966
o Merupakan bentuk mengikat hukum paruh kedua dari DUHAM
o Terdiri dari V bagian dan 31 pasal
o Beberapa hak yang diatur : hak atas pendidikan, hak pekerja dan hak atas standar kehidupan yang
layak.
o Pada tahun 2005 Indonesia meratifikasi kovenan ini melalui UU No. 11/2005
ICCPR dan ICESR

ICCPR : hak-hak negatif (negative


rights)
hak-hak dan kebebasan yang dijamin di
dalamnya akan dapat terpenuhi apabila
ICESR : hak-hak positif (positive
peran negara terbatasi atau terlihat
minus
rights)
Negara melanggar hak-hak yang dijamin
di dalamnya apabila negara tidak
berperan secara aktif atau menunjukkan
peran yang minus
Hak-Hak Negatif Dalam ICCPR ( jenis non-
derogable )
o Hak-hak yang bersifat absolut yang tidak boleh dikurangi
pemenuhannya oleh Negara-negara Pihak, walaupun dalam
keadaan darurat sekalipun
o Hak atas hidup (rights to life)
o Hak bebas dari penyiksaan (right to be free from torture)
o Hak bebas dari perbudakan (right to be free from slavery)
o Hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang)
o Hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut
o Hak sebagai subyek hukum
o Hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama
Hak-Hak Negatif Dalam ICCPR ( jenis derogable )

o Hak-hak yang boleh dikurangi atau dibatasi pemenuhannya


oleh Negara-negara Pihak
o Hak atas kebebasan berkumpul secara damai
o Hak atas berserikat; termasuk membentuk dan menjadi anggota serikat buruh;
o Hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekspresi; termasuk kebebasan
mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa
memperhatikan batas (baik melalui lisan atau tulisan)
Con’t

o Negara-negara Pihak ICCPR diperbolehkan mengurangi atau


mengadakan penyimpangan atas kewajiban dalam memenuhi hak-
hak degorable
o Tetapi penyimpangan itu hanya dapat dilakukan apabila sebanding
dengan ancaman yang dihadapi dan tidak bersifat diskriminatif,
yaitu demi: (i) menjaga keamanan nasional atau ketertiban umum
atau kesehatan atau moralitas umum; 3 dan (ii) menghormati hak
atau kebebasan orang lain
o Digunakan Prinsip Siracusa (Siracusa Principles)
Prinsip Siracusa (Siracusa Principles) Pada ICCPR
• Prinsip-prinsip Siracusa (The Siracusa Principles on The Limitation and Derogation Provisions In
The International Covenant on Civil and Political Rights, E/CN.4/1985/4) adalah prinsip-prinsip
mengenai ketentuan pembatasan dan pengurangan hak yang diatur di dalam Kovenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
• Prinsip-prinsip ini dihasilkan oleh sekelompok ahli hukum internasional yang bertemu di Siracusa,
Italia pada April dan Mei 1984
• Pembatasan hak tidak boleh membahayakan esensi hak
• Semua klausul pembatasan harus ditafsirkan secara tegas dan ditujukan untuk mendukung hak-hak
• menegaskan bahwa pembatasan hak tidak boleh diberlakukan secara sewenang-wenang
Pembatasan HAM hanya bisa dilakukan jika memenuhi kondisi-kondisi berikut :

• a. Prescribed by Law (diatur berdasarkan hukum)


• b. in a democratic society (diperlukan dalam masyarakat demokratis)
• c. Public Order (ordre public) (untuk melindungi ketertiban umum)
• d. Public Health (untuk melindungi kesehatan publik)
• e. Public Morals (untuk melindungi moral publik)
• f. National Security (untuk melindungi keamanan nasional)
• g. Public Safety (untuk melindungi keselamatan publik)
• h. Rights and freedoms of others or the rights or reputations of others (melindungi hak dan
kebebasan orang lain)
Implementasi ICESR

o Hak-hak sipil dan politik merupakan hak asasi manusia yang riil,
sedang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya hanya aspirasi
o Implemen tasinya dengan Prinsip Limburg
o Persepsi negatif yang timbul:
 Hak ekonomi, sosial dan budaya digambarkan sebagai hak
yang semata-mata hanya statemen politik, hak yang
sesungguhnya/riil adalah hak-hak sipil dan politik.
 Hak ekonomi, sosial dan budaya sebagai hak yang
nonjusticiable, dalam arti bahwa hak itu tidak dapat dituntut
atau di klaim dalam sidang pengadilan, sedangkan hak-hak
sipil dan politik merupakan hak justiciable.
Con’t

o Sebagai contoh:
 Dalam peristiwa seorang warga negara yang mendapat
perlakuan represif dari aparat kepolisian, maka ia memiliki
akses untuk meminta pertanggungjawaban aparat melalui
mekanisme hukum.
 Ketika terjadi peristiwa kelaparan, pengangguran, dan tidak
memiliki tempat tinggal, warga negara kesulitan untuk
mendapatkan akses untuk mengklaim hak-hak mereka dalam
mekanisme hukum.
Prinsip Limburg (Limburg Principles) Pada ICESR
• Sekelompok pakar hukum internasional yang diundang oleh Komisi Internasional Para Ahli Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Limburg (Maastricht, Belanda) dan Institusi Perkotaan Morgan untuk
Hak Asasi Manusia, Universitas Cincinnati (Ohio, Amerika Serikat)
• Bertemu di Maastricht pada tanggal 2-6 Juni 1986 untuk membahas sifat dan lingkup kewajiban
negara terhadap Perjanjian Internasional mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
• Terdiri dari II Bagian dengan total 103 Klausul
Secara Umum Pelaksanaan Prinsip Limburg dalam Implementasi Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya

• Prinsip 8 : pelaksanaan beberapa hak dapat dibenarkan dengan segera


• Prinsip 13 : prinsip-prinsip non-diskriminasi dan persamaan di hadapan hukum pada saat menilai
kepatuhan negara pihak terhadap Kovenan
• Prinsip 17 : pada tingkat nasional, negara pihak seharusnya menggunakan semua sarana yang tepat,
termasuk tindakantindakan legislatif, administratif, yudisial, ekonomi, sosial dan pendidikan, sesuai
dengan sifat dari hak-hak untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Kovenan
• Prinsip 19 : negara pihak seharusnya menyediakan upaya perbaikan efektif yang meliputi, apabila
tepat, upaya perbaikan yudisial
• Prinsip 78 : dalam melaporkan langkahlangkah hukum yang diambil menggambarkan suatu
ketentuan legislatif yang relevan, upaya perbaikan lewat pengadilan, prosedur administratif dan
tindakan-tindakan lain yang telah diambil untuk memberlakukan hak-hak tersebut dan praktek-
praktek berdasarkan upaya perbaikan dan prosedur tersebut.
Perihal Hak Sipil & Politik Hak Ekonomi, Sosial & Budaya
Latar belakang Liberalisme Sosialisme
Scope Universal Relativitas Budaya
Inti Pembatasan penggunaan Aparatur pemerintah harus
kewenangan negara dalam melakukan sesuatu. Misalnya:
instrumen represif, Misal: polisi, jamsostek, UMR, hapus
tentara, dll. pengangguran dll

Jenis delik Positif, apabila negara melakukan Negatif, apabila negara diam
berarti melanggar HAM (pasif) berarti melanggar HAM

Dimensi - derogable (bisa ditawar): hak Derogable (bisa ditawar): jumlah


berserikat dan berkumpul UMR
- non derogable (tdk bisa ditawar):
hak hidup
Penegakkanya Justiciable, pelanggaran diadili Non justiciable, walaupun
lewat pengadilan melanggar belum tentu dapat
diadili pengadilan tergantung
usaha yang dilakukan pemerintah

Jenis protocol Tambahan, setiap negara wajib Pilihan, setiap negara dapat
meratifikasi memilih pasal/hak utk diratifikasi
DAFTAR BACAAN

● Koleksi Pustaka Eslam. 1986. Prinsip-prinsip Limburg Bagi Implementasi Perjanjian Internasional Mengenai Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya (Hak Ekosob).
http://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/09/PRINSIPPRINSIP-LIMBURG-BAGI-IMPLEMENTASI-PERJANJI
ANINTERNASIONAL-MENGENAI-HAK-EKONOMI-SOSIAL-DANBUDAYA-HAK-EKOSOB.pdf.
Diakses 15 Juni 2022.
● Koleksi Pustaka Eslam. 1986. Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
https://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/09/Kovenan Internasional-HakEkonomi-Sosial-dan Budaya.pdf.
Diakses 15 Juni 2022
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pengesahan International Convenant on Civil and
Political Rights. Sekretariat Negara. Jakarta. https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/- Regulasi-UU-No.-12-Tahun-2005-
Tentang-Pengesahan-KovenanInternasional-Tentang-Hak-Hak-Sipil-dan-Politik-1552380410.pdf. Diakses pada 15 Juni
2022.
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pengesahan International Convenant on Civil and
Political Rights. Sekretariat Negara. Jakarta. https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/- Regulasi-UU-No.-11-Tahun-2005-
Tentang-Pengesahan-KovenanInternasional-Tentang-Hak-Hak-Sipil-dan-Politik-1552380410.pdf. Diakses pada 15 Juni
2022.
● Kasim, Ifdhal. Sedikit tentang Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik. 2011. http://e-pushamuii.org/files.php?type=pdf&id=13.
Diakses 15 Juni 2022.
TERIMA
KASIH
Mahasiswa : dr. Arief Rahman, M.A.R.S
NIM :

Anda mungkin juga menyukai