Anda di halaman 1dari 22

Buku Saku

Kemerdekaan
Menyampaikan
Pendapat
di Muka Umum
Buku Saku

Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum
REDAKSI

Penulis Redaksi Penerbit


Asfinawati Muhammad Isnur Yayasan Lembaga
Febi Yonesta Bantuan Hukum
Penanggung Jawab Indonesia
Arip Yogiawan
Asfinawati 2019
Era Purnama sari
Niccolo Attar
Pemimpin Redaksi
April Pattisselano Putri
Siti Rakhma Mary H.

Layout & Atak


Editor
Niccolo Attar YLBHI
Palupi Habsari
Daftar Isi
Pengantar VII

Jaminan 1

Pengaturan 5

Penggunaan Kekuatan Kepolisian 7

Pengendalian Huru Hara 11


Gambar

Abdurrahman Wahid
(Presiden ke-4 Indonesia 1940-2009)
Pengantar
Tahun 2019 adalah tahun dimana kita Maka, YLBHI memandang setiap or-
menyaksikan kebrutalan penanganan 0ang perlu tahu hal-hal apa saja yang
aksi unjuk rasa mahasiswa, pelajar, dan berkaitan dengan kebebasan me-
kempok masyarakat sipil lainnya oleh nyampaikan pendapat. Buku saku ini
aparat kepolisian di seluruh penjuru ne- memberikan informasi dan penge-
geri. YLBHI telah meluncurkan laporan tahuan tentang penggunaan kekuatan
mengenai hal ini; tak hanya pembubar- kepolisian dalam unjuk rasa berdasar
an aksi, penanganan aksi oleh aparat Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009 ten-
kerap keluar jalur dan melanggar hak tang Penggunaan Kekuatan dalam Tin-
asasi manusia hingga menimbulkan dakan Kepolisian dan pengendalian
orang luka-luka dan meninggal dunia. huru hara yang bersumber dari Per-
aturan Kapolri No. 2 Tahun 2019 tentang
Sejatinya, konstitusi sudah menjamin Pengendalian Huru Hara. Hal ini akan
hak setiap orang untuk berkumpul, ber- menjadi pengetahuan bagi tiap orang
serikat, dan menyampaikan pendapat. yang hendak menyampaikan pen-
Negara semestinya memberikan per- dapat, hak-hak mereka, dan kewajiban
lindungan untuk itu sebagaimana juga negara dalam melindungi warga
diatur dalam beberapa aturan turun- negaranya.
annya, khususnya UU No. 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum dan UU No. 39 Siti Rakhma Mary Herwati
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketua Bidang Manajemen Pengetahuan
Tetapi, sebagaimana kasus-kasus yang
kerap terjadi, seperangkat aturan ini
disingkirkan. Pemerintah melalui apa-
ratnya bertahan bahwa mereka sudah
melakukan penanganan demonstran
secara benar.

VII
Jaminan
Jaminan dalam UUD 1945 & amandemennya.
Hak menyampaikan pendapat di muka umum dijamin oleh UUD 1945 dan
amandemennya terdapat dalam pasal-pasal berikut ini:

Pasal 28E ayat (3)


Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.

Pasal 28C ayat (2)


Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
hak-nya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.

Pasal 28D ayat (1)


Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

Jaminan dalam UU No. 39 tahun 1999


Tentang Hak Asasi Manusia
Hak dan perlindungan dalam menyampaikan pendapat di muka umum tercantum
dalam UU No.39 Tahun 1999 yang terdapat dalam pasal-pasal berikut ini :

Hak Atas Kebebasan Pribadi

Pasal 24 ayat (1)


Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk
maksud-maksud damai.

Pasal 25
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum,
termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1
Pasal 23
Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau
tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan
bangsa.

Hak Turut Serta dalam Pemerintahan

Pasal 44
Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan
pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah
dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien,
baik dengan lisan maupun dengan tulisan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Asas-Asas Dasar

Pasal 3
1). Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia
yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati murni untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat
persaudaraan.
2). Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan
perlakuan yang sama di depan hukum.
3). Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.

Pasal 7 (2)
Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik
Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia terutama menjadi
tanggung jawab pemerintah

2
Kewajiban
Aparat Pemerintah
Kewajiban Aparat Pemerintah dalam
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM :
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah

Pasal 71
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam
Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara
Republik Indonesia.

Pasal 72
Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 71, meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang
hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan
bidang lain.

Pembatasan dan Larangan

Pasal 74
Tidak satu ketentuanpun dalam Undang-undang ini boleh diartikan bahwa
Pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan
mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau
kebebasan dasar yang diatur dalam Undang-undang ini.

3
Gambar

Soe Hok Gie


(Aktivis Indonesia 1942-1969)

4
Pengaturan
Pengaturan dalam UU No. 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum
Hak orang yang menyampaikan Bentuk penyampaian
pendapat di muka umum pendapat di muka umum

Pasal 2 Pasal 9
Setiap warga negara, secara a. unjuk rasa atau demonstrasi;
perorangan atau kelompok, bebas
b. pawai;
menyampaikan pendapat sebagai
perwujudan hak dan tanggung c. rapat umum; dan atau
jawab berdemokrasi dalam d. mimbar bebas.
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pasal 5 Tata Cara Pemberitahuan
a. mengeluarkan pikiran secara
bebas; Pasal 10

b. memperoleh perlindungan hukum. Ÿ diberitahukan secara tertulis


kepada Polri
Ÿ disampaikan oleh yang
Kewajiban Aparat Pemerintah
bersangkutan, pemimpin, atau
penanggung jawab kelompok.
Pasal 7
Ÿ telah diterima Polri setempat
Dalam pelaksanaan penyampaian selambat-lambatnya3 x 24 (tiga
pendapat di muka umum oleh warga kali dua puluh empat) jam
negara, aparatur pemerintah sebelum kegiatan dimulai
berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk : Ÿ Pemberitahuan secara tertulis
tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah
a. melindungi hak asasi manusia; di dalam kampus dan kegiatan
b. menghargai asas legalitas; keagamaan

c. menghargai prinsip praduga tidak


bersalah; dan
d. menyelenggarakan pengamanan.

5
Pasal 11 Pasal 14
Ÿ Surat pemberitahuan memuat : Pembatalan pelaksanaan
penyampaian pendapat di muka
a. maksud dan tujuan;
umum disampaikan secara tertulis
b. tempat, lokasi, dan rute; dan langsung oleh penanggung
c. waktu dan lama; jawab kepada Polri selambat-
lambatnya 24 jam sebelum waktu
d. bentuk; pelaksanaan.
e. penanggung jawab;
f. nama dan alamat organisasi,
kelompok atau perorangan;
Pelanggaran terhadap
g. alat peraga yang syarat-syarat menyampaikan
dipergunakan; dan atau
pendapat di muka umum
h. jumlah peserta.

Pasal 15
Kemerdekaan menyampaikan
Kewajiban & tanggung jawab Polri pendapat di muka umum dapat
setelah menerima dibubarkan apabila tidak memenuhi
surat pemberitahuan syarat-syarat yang ditentukan.
Artinya tidak harus dibubarkan dan
bukan tindak pidana.
Pasal 13
a. segera memberikan surat tanda
terima pemberitahuan;
Sanksi Menghalang-Halangi
b. berkoordinasi dengan Penyampaian Pendapat
penanggung jawab penyampaian
di Muka Umum
pendapat di muka umum;
c. berkoordinasi dengan pimpinan
instansi/lembaga yang akan Pasal 18
menjadi tujuan penyampaian
Barang siapa dengan kekerasan
pendapat;
atau ancaman kekerasan
d. mempersiapkan pengamanan menghalang-halangi hak warga
tempat, lokasi, dan rute. negara untuk menyampaikan
pendapat di muka umum yang telah
e. memberikan perlindungan
memenuhi ketentuan Undang-
keamanan terhadap pelaku atau
undang ini dipidana dengan pidana
peserta penyampaian pendapat
penjara paling lama 1 tahun. Tindak
di muka umum.
pidana ini adalah kejahatan.
f. menyelenggarakan pengamanan
untuk menjamin keamanan dan
ketertiban umum sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

6
Pengunaan Kekuatan
Kepolisian
Peraturan Kapolri No 1. Tahun 2009 tentang
Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan
Kepolisian

Syarat Umum
1. dilaksanakan dengan kehadiran anggota Polri yang dapat diketahui dari (Pasal 6
Perkap 1/2009):
a. seragam atau rompi atau jaket yang bertuliskan POLISI yang dikenakan oleh
anggota Polri;
b. kendaraan dengan tanda Polri;
c. lencana kewenangan Polisi; atau
d. pemberitahuan lisan dengan meneriakkan kata “POLISI“.
2. Penggunaan kekuatan dengan senjata api atau alat lain merupakan upaya
terakhir untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka

Tahapan Pengguna
Ancaman : Ancaman : Ancaman :
Potensi tindakan Permulaan tindakan pasif Tindakan pasif
Penggunaan Kekuatan : Penggunaan Kekuatan : Penggunaan Kekuatan :
kekuatan yang memiliki perintah lisan kendali tangan kosong lunak
dampak deterrent/
pencegahan.

1 2 3
7
Laporan
Penggunaan Kekuatan
Laporan pelaksanaan penggunaan kekuatan
terdapat dalam Pasal 14 ayat (3) dan (4)
Perkap No. 1/2009 tentang Sistem Manajemen
dan Standar Keberhasilan Operasional Polri.
Dalam pasal tersebut, anggota Polri yang
melaksanakan penggunaan kekuatan wajib Ancaman :
secara segera melaporkan pelaksanaannya
tindakan agresif yang bersifat
kepada atasan langsung secara tertulis
segera yang:
dalam bentuk formulir penggunaan kekuatan.
a. tindakan pelaku kejahatan
Laporan memuat antara lain: atau tersangka dapat
secara segera
a. tanggal dan tempat kejadian; menimbulkan luka parah
atau kematian bagi
b. uraian singkat peristiwa tindakan pelaku
anggota Polri atau
kejahatan atau tersangka; masyarakat;
c. sehingga memerlukan tindakan kepolisian; b. anggota Polri tidak memiliki
alternatif lain yang
d. alasan/pertimbangan penggunaan beralasan dan masuk akal
kekuatan; untuk menghentikan
tindakan/perbuatan pelaku
e. rincian kekuatan yang digunakan; kejahatan atau tersangka
f. evaluasi hasil penggunaan kekuatan; tersebut;
c. anggota Polri sedang
g. akibat dan permasalahan yang mencegah larinya pelaku
ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan kejahatan atau tersangka
tersebut. yang merupakan ancaman
segera terhadap jiwa
anggota Polri atau
aan Kekuatan masyarakat.
Penggunaan Kekuatan :
Ancaman :
kendali dengan menggunakan
Ancaman : Tndakan agresif
senjata api atau alat lain yang
Tindakan aktif Penggunaan Kekuatan : menghentikan tindakan atau
Penggunaan Kekuatan : kendali senjata tumpul, senjata perilaku pelaku kejahatan atau
kimia antara lain gas air mata, tersangka yang dapat
kendali tangan kosong keras menyebabkan luka parah atau
semprotan cabe atau alat lain kematian anggota Polri atau
sesuai standar Polri anggota masyarakat

4 5 6
8
Pengendalian
Huru Hara
Peraturan Kapolri No. 2 Tahun 2019 Tentang
Penindakan Huru Hara (PHH). PHH dilaksana-
kan apabila terjadi peningkatan situasi dari
situasi kuning menjadi situasi merah.

Situasi Kuning (Pasal 5)


Situasi kuning dapat berupa :
a. unjuk rasa tidak damai/tidak tertib;
b. massa pengunjuk rasa tidak mengindahkan imbauan/seruan petugas Polri;
c. arus lalu lintas/kegiatan warga masyarakat dan pemerintahan terganggu;
d. pengunjuk rasa mulai melempari petugas yang dapat mengakibatkan luka
ringan; dan/atau
e. negosiasi tidak berhasil.
Ÿ Dilaksanakan oleh Satuan Dalmas Lanjut.
Ÿ Pada saat terjadi pengendalian massa oleh Satuan Dalmas Lanjut, Satuan PHH
Brimob Polri tetap siaga pada lokasi yang telah ditentukan.

9
Situasi Merah (Pasal 6)
Situasi merah dapat berupa :
a. unjuk rasa tidak terkendali;
b. pengunjuk rasa tidak mengindahkan seruan Komandan Satuan PHH Brimob Polri;
dan/atau
c. pengunjuk rasa menggunakan benda-benda yang dapat mengakibatkan luka
berat, kerugian harta benda dan hak asasi manusia.
d. Dalam hal terjadi peningkatan situasi dari kuning ke merah dilakukan lintas ganti
antara Satuan Dalmas lanjut dengan Satuan PHH Brimob Polri atas perintah
Kapolri dan/atau Kasatwil.

10
Larangan
Larangan dalam penanganan huru
hara paling sedikit meliputi:
a. terpancing emosi oleh perilaku
massa;
b. melakukan tindakan kekerasan;
c. membawa peralatan selain
peralatan PHH;
d. keluar dari formasi;
e. bersikap arogan, mengucapkan
kata-kata kotor, memaki-maki dan
melakukan gerakan tubuh yang
bersifat pelecehan seksual atau
perbuatan asusila, dan atau
memancing emosi massa; dan
f. melakukan tindakan tanpa perintah
Komandan satuan PHH Brimob Polri
selaku penanggung jawab teknis di
lapangan.

Kewajiban
Kewajiban dalam penanganan huru
hara paling sedikit meliputi:
a. pelaksanaan PHH harus bersifat
melindungi, mengayomi dan
melayani; dan
b. bergerak dan bertindak berdasarkan
atas perintah komandan satuan PHH
Brimob Polri secara berjenjang sesuai
lingkup kewenangan tanggung
jawab masing-masing.

11
Cara Bertindak Kewajiban setelah
dalam PHH selesai melaksanakan
a. setelah formasi terbentuk
PHH
Komandan satuan PHH Brimob Polri Kewajiban setelah selesai
memberikan imbauan Kepolisian melaksanakan PHH (Pasal 12)
secara lugas, tegas, sistematis Komandan Satuan PHH Brimob Polri
sebanyak 3 kali terhadap pelaku aksi wajib:
huru-hara; dan a. melaporkan perkembangan situasi
b. apabila imbauan Kepolisian tidak dan kondisi terakhir kepada Kasatwil;
dihiraukan oleh pelaku aksi huru- b. menyerahterimakan tanggung
hara, Komandan Satuan PHH Brimob jawab pemeliharaan situasi
Polri memerintahkan dan Kamtibmas kepada Kasatwil;
memberikan aba-aba kepada c. menarik pasukan dari tempat
satuan PHH Brimob Polri, untuk kejadian ke tempat yang
melakukan: ditentukan/titik konsolidasi;
1. pendorongan massa; d. melaksanakan konsolidasi pasukan,
2. penyemprotan air dengan pengecekan peralatan serta evaluasi;
menggunakan water canon; dan
3. penembakan gas air mata; e. membuat laporan setelah
4. pemadaman api bila terjadi menggunakan seluruh kekuatan dan
pembakaran; kemampuannya.
5. penangkapan terhadap
provokator atau agitator, apabila
dipandang perlu; dan/atau
6. pemasangan barikade dengan
kawat barier atau auto barricade.
c. Apabila massa bertindak semakin
anarki yang menimbulkan korban
jiwa, Kasatwil meminta lintas ganti
dengan satuan anti anarkis Brimob
Polri.

12
Bagaimana jika ada aturan teknis
atau peraturan perundang-undangan
di bawah UU, yang berbeda bahkan
bertentangan dengan UU 9/1998?

Aturan tersebut tidak berlaku karena


peraturan yang lebih rendah, apalagi aturan
teknis, tidak boleh bertentangan dengan
peraturan di atasnya.

13
YLBHI

Anda mungkin juga menyukai