Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1 PENGANTAR ILMU POLITIK

Nama: Nadila Firdinia

NIM: 050614008

UPBJJ: UT Bogor

a. Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan
pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Ini
berkaitan dengan UndangUndang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum. Kemerdekaan menyampaikan pendapat ialah hak mutlak warga
negara dalam hal mengantarkan gagasan secara lisan, tulisan, secara independen serta
konsisten terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku di wilayah NKRI.

Unjuk rasa umumnya bisa diselenggarakan di ruang terbuka yang dapat diakses oleh
masyarakat. Namun, ada sejumlah tempat yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai
tempat penyampaian pendapat di depan umum. Lokasi-lokasi ini meliputi area sekitar istana
kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun
kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek nasional yang sangat penting. Unjuk
rasa juga tidak diperbolehkan selama perayaan hari nasional. Selain itu, pelaksanaan
demonstrasi juga harus mendapatkan izin dari pihak kepolisian.

Kendatipun kemerdekaan dalam menyampaikan komentar sudah dijabarkan secara


jelas, dikala ini demonstran senantiasa saja dalam mengantarkan pendapatnya memakai aksi
anarki serta pula tidak terorganisir ataupun mengindahkan peraturan perundang undangan
yang berlaku di daerah negara kesatuan republik Indonesia, dengan demikian munculah
pelanggaran pelanggaran yang disebabkan oleh aksi anarkis tersebut. Dengan demikian tidak
sering dalam perihal penyampaian komentar, kerap terjalin selisih paham yang menimbulkan
pergesekan antara pihak kepolisian sebagai pendamping berjalanya demonstrasi dan pihak
demonstran. Maka dari pergesekan inilah akan memicu timbulnya bentrokan dari demonstran
atau tindakan anarkis berupa merusak fasilitas umum.

Fasilitas umum adalah instrumen fisik yang diadakan pemerintah untuk kepentingan
umum semacam jalan raya, lampu penerangan jalan, halte, trotoar, serta jembatan
penyebrangan. Sarana yang disediakan ini adalah sebagai sarana penunjang yang bertujuan
menyajikan kemudahan bagi masyarakat sehingga wajib dipelihara dengan baik.
Unjuk rasa ataupun demonstrasi adalah bentuk kehidupan demokrasi dengan
mengantarkan gagasan maupun ide dihadapan umum sebagai upaya penekanan secara politik
akan kebijakan-kebijakan yang mementingkan kelompok tertentu. Secara ilmu hukum ,
Negara menjamin demokrasi sesuai perundangundangan. Penafsiran ini sesuai berlandaskan
dasar Negara Indonesia yaitu UUD NRI 1945 pasal 28 yang memuat tentang kebebasan
menyampaikan pendapat sebebas-bebasnya tanpa diskriminasi. Dalam perkembanganya,
dalam perspektif lingkungan masyarakat maupun ikatan antar bangsa, Pasal 3 UU Nomor 9
Tahun 1998 Tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat Dimuka Umum menentukan
bahwa landasan pokok dalam mengutarakan gagasan dimuka umum berdasarkan lima asas
pokok. Asas tersebut adalah tanggung jawab dalam penalaran serta bertindak untuk
mengantarkan gagasan ataupun ide di muka umum.

Merusak fasilitas umum adalah tindakan melanggar hukum yang menyebabkan


kerusakan dan dikenai sanksi pidana. Delik pidana perusakan adalah pelanggaran hukum
yang melibatkan metode merusak atau menghancurkan suatu fasilitas, yang bisa dilakukan
oleh individu atau kelompok, sehingga menghilangkan fungsi atau kegunaan dari barang
tersebut. Pertanggungjawaban pidana dalam konteks perusakan fasilitas umum bertujuan
untuk menentukan apakah seseorang bisa dipertanggungjawabkan atas tindakan kriminal
yang mereka lakukan. Pertanggungjawaban pidana terjadi ketika seseorang melakukan
tindakan yang melanggar hukum atau perilaku yang melanggar norma yang berlaku. Secara
esensial, pertanggungjawaban pidana ini adalah tanggapan terhadap pelanggaran hukum yang
dilakukan. Pertanggungjawaban pidana muncul ketika ada tindakan pidana yang dilakukan
oleh individu, dan tindakan tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kesalahan adalah unsur kunci dalam tindak pidana, sehingga asas kesalahan sangat relevan.
Ketika tindak pidana terbukti, maka pertanggungjawaban pidana juga terpenuhi.

b. Adapun UU yang mengatur demonstrasi sesuai dengan urutannya berdasarkan tata urutan
peraturan perundang undangan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diatur dalam
Pasal 7 ayat (1) UU N0.12 Tahun 2011 terkait jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan yakni:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden

6. Peraturan Daerah: a. Peraturan Daerah Provinsi b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Maka dalam konteks ini urutannya adalah:

1. Pasal 28 UUD 1945 berbunyi, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang”.
2. Pasal 28D (1) UUD 1945 yaitu bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
3. Pasal 28E UUD 1945 Ayat 3 berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum.
5. Pasal 25 UU Nomor 39 Tahun 1999 berbunyi, “Setiap orang berhak untuk
menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan”.
6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM).
7. Pasal 218 KUHP berbunyi, “Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun
dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama
penguasa yang berwenang, diancam karena ikut serta perkelompokan dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.”
8. Pasal 406 KUHP berbunyi, “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum
menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan
barang sesuatu yang seluruhnya atau, sebagian milik orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.”
9. Pasal 170 ayat (1) KUHP berbunyi, “Barang siapa dengan terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.”
10. Peraturan Kepala Kepolisian (Perkap) Nomor 7 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan Perkara Penyampaian
Pendapat di Muka Umum.
11. Perkapolri Nomor 2 Tahun 2019 tentang Penindakan Huru-Hara.

c. Maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara demokrasi, di mana rakyat
memiliki hak untuk menyuarakan aspirasi mereka, asalkan dalam batas-batas perundang-
undangan yang berlaku. Demonstrasi yang dianggap baik adalah demonstrasi yang tidak
merusak fasilitas umum, dan sebaiknya dilakukan di lokasi yang sesuai. Walaupun banyak
demonstrasi terjadi di sekitar istana kepresidenan, penting untuk diingat bahwa menurut Pasal
9 UU Nomor 9 Tahun 1998, demonstrasi dapat dilakukan di tempat terbuka untuk umum,
kecuali di wilayah sekitar istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,
pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital
nasional.

Kajian tentang penerapan demonstrasi, termasuk tata cara dan metode orasinya, memerlukan
analisis yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa masyarakat dapat mengungkapkan
pendapat mereka secara efektif dan pemerintah dapat memahami pesan yang disampaikan
melalui orasi. Dalam konteks demonstrasi, penting untuk mengevaluasi interaksi antara para
peserta demonstrasi dan aparat kepolisian untuk mencegah konflik fisik dan menghindari
korban. Ini juga mencakup langkah-langkah perlindungan bagi kedua belah pihak, yaitu
peserta demonstrasi dan pihak berwajib

Bagi para peserta demonstrasi, mengemukakan gagasan atau ide harus dilakukan dengan cara
yang resmi kepada pihak yang berwenang. Hal ini mencakup informasi seperti rencana
kegiatan demonstrasi, lokasi awal pertemuan, jumlah peserta, koordinator demonstrasi,
fasilitas dan infrastruktur yang akan digunakan, tujuan demonstrasi, serta orang-orang yang
akan menyampaikan gagasan dalam demonstrasi tersebut.

Sumber Referensi

Abdi, S. 2023. Demonstrasi adalah Bentuk Penyampaian Pendapat di Muka Umum, Kenali
Ketentuan dan Contohnya. Diakses pada 24 Oktober 2023 dari
https://www.liputan6.com/hot/read/5245059/demonstrasi-adalah-bentuk-penyampaian-
pendapat-di-muka-umum-kenali-ketentuan-dan-contohnya?page=4.
Badaruddin, Basri, dan Wahyuni. Penanganan Unjuk Rasa Dikaji dalam Sudut Pandang
Yuridis. Jurnal Qisthosia: Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 1, Nomor 2.

Dwiyanti, Budhiarta, dan Widyantara. 2021. Akibat Hukum Tindakan Anarkis Demonstran
Terhadap Perusakan Fasilitas Umum dan Penyerangan Petugas Kepolisian (Studi Kasus
Penolakan Pengesahan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja). Jurnal Analogi
Hukum, Volume 3, Nomor 2.

Harruma dan Nailufar. 2022. Demonstrasi: Pengertian, Aturan, dan Contohnya. Diakses pada
24 Oktober 2023 dari https://nasional.kompas.com/read/2022/04/22/00150011/demonstrasi--
pengertian-aturan-dan-contohnya.

Merdeka.com. 2020. 6 Pelaku Demo Anarkis di Tangerang Terancam Pasal Berlapis. Diakses
pada 24 Oktober 2023 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/6-pelaku-demo-anarkis-di-
tangerang-terancam-pasal-berlapis.html.

Anda mungkin juga menyukai