Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ridha Fauzar

NIM : 043353939

Aksi demonstrasi merupakan hak warga negara yang telah diakomodir dalam UUD 1945.
Pada bulan Oktober 2020, terjadi serangkaian aksi demonstrasi terkait UU Omnibus Law.
Dampak dari serangkaian demonstrasi tersebut diantaranya kerusakan fasilitas publik, di
antaranya 25 halte Trans-Jakarta. Kerugian demonstrasi di Jakarta tersebut diperkirakan
mencapai Rp 65 miliar Pertanyaan: Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut
tentu melanggar undang-undang (UU) yang mengatur tentang demonstrasi..

a. Telusuri secara online peraturan perUUan tersebut. Sebutkan UU tersebut dan pasalnya
serta jelaskan isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi tersebut?

b. Urutkan peraturan perUUan tersebut dari peraturan yang tertinggi (UUD 1945) sampai
dengan peraturan pelaksananya?

c. Beri kesimpulan (argumentasi Anda)!

Petunjuk Pengerjaan Tugas:

1. Jawaban dibuat dalam format kertas A4 (MS Words) dengan tipe file word.

2. Menggunakan huruf Times New Roman, Font 12, spasi 1.5 dan layout A4.

3. Tulisan minimal 2 halaman dan tidak lebih dari 5 halaman.

4. Tidak dibenarkan melakukan copy-paste tanpa mencantumkan sumber. Segala tindakan


copy-paste tidak adakan diberi nilai untuk tugas tersebut dan atau diberi nilai 0.

5. Mencantumkan 5 sumber online, artikel ilmiah, atau artikel berita dari portal berita. Tidak
dibenarkan menggunakan referensi dari wikipedia, blogspot, wordpress.

1
Indonesia adalah negara hukum sekaligus negara demokrasi. Indonesia memiliki
landasan kontitusional yaitu UUD NRI 1945, yang mana di dalamnya tertuang pernyataan
bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Di
Indonesia sendiri, penerapan demokrasi didasari oleh Pancasila Sila ke-4 yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”
serta dijiwai oleh Sila pertama, kedua, ketiga dan kelima. Adapun menurut penjelasan
Abraham Lincoln sebagai bapak demokrasi, demokrasi adalah sistem pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Sebagai pemegang kedaulatan, rakyat memiliki kebebasan menerapkan demokrasi


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk perwujudan dari kehidupan
berdemokrasi oleh rakyat adalah demonstrasi, yaitu kegiatan penyampaian gagasan, ide,
ataupun tuntutan dihadapan umum sebagai upaya penekanan secara politik akan kebijakan-
kebijakan yang mementingkan kelompok tertentu.

Praktik Demonstrasi di Indonesia, diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun


1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Di dalamnya
dinyatakan bahwa “kemerdekaan menyampaikan pendapat ialah hak mutlak warga negara
dalam hal mengantarkan gagasan secara lisan, tulisan, secara independen serta konsisten
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah NKRI”.

Dengan diaturnya praktik demonstrasi di Indonesia, berarti bahwa terdapat


konsekuensi hukum terhadap tindakan-tindakan oleh para demonstran yang melanggar
peraturan perundang-undangan. Sebagaimana yang terjadi di serangkaian aksi demonstrasi
terkait UU Omnibus Law pada Oktober 2020, di mana dapat ditemukan perusakan fasilitas-
fasilitas umum seperti 25 halte bus oleh para demonstran, sehingga diperkirakan
menyebabkan kerugian mencapai Rp65 miliar. Aksi perusakan fasilitas tersebut tentu
merupakan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan, mengingat fasilitas
umum adalah instrumen fisik disediakan oleh pemerintah sebagai sarana penunjang
kemudahan bagi masyarakat sehingga wajib dipelihara dengan baik. Dapat diuraikan sebagai
berikut peraturan perundang-undangan yang telah dilanggar oleh para demonstran perusak
fasilitas umum tersebut.

Pertama, dikarenakan aksi perusakan fasilitas umum dilakukan oleh peserta


demonstrasi, yang mana merupakan bagian dari kelompok demonstran yang menjadi
tanggung jawab dari seorang penanggung jawab, sebagaimana dijelaskan pada penjelasan

2
Pasal 11 huruf e UU Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
Di Muka Umum bahwa penanggung jawab adalah orang yang memimpin dan atau
menyelenggarakan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang bertanggung
jawab agar pelaksanaannya berlangsung dengan aman, tertib, dan damai.

Kedua, perusakan fasilitas umum dapat diartikan sebagai tindakan tidak menjaga
fasilitas umum serta kebersihan lingkungan fasilitas umum, dan dikarenakan aksi perusakan
fasilitas dalam kegiatan demonstrasi terjadi di Jakarta, maka diatur dalam peraturan daerah
yang berlaku di provinsi DKI Jakarta, yaitu pada Pasal 7 huruf a dan b Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 232 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pelaksanaan
Penyampaian Pendapat Di Muka Umum Pada Ruang Terbuka, menyatakan bahwa tertib
umum penyampaian pendapat di muka umum pada ruang terbuka di lokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, meliputi menjaga fasilitas umum dan menjaga kebersihan
lingkungan fasilitas umum.

Ketiga, berdasarkan Pasal 11 Ayat 3 huruf b Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 232 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pelaksanaan Penyampaian Pendapat Di Muka
Umum Pada Ruang Terbuka menyatakan bahwa koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan dengan Kepolisian dan/atau Tentara Nasional Indonesia. Sehingga Kapolri
sebagai pihak yang berkoordinasi memiliki peraturan berupa Pasal 23 huruf e Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat
di Muka Umum (“Perkapolri 7/2012”) menyatakan bahwa kegiatan penyampaian pendapat di
muka umum dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran apabila berlangsung anarkis, yang
disertai dengan tindak pidana atau kejahatan terhadap ketertiban umum, kejahatan yang
membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, dan kejahatan terhadap penguasa
umum.

Untuk tindak pidana terkait perusakan fasilitas umum, diatur dalam:

 Pasal 170 KUHP Ayat 1, yang berbunyi “Barang siapa dengan terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”.
 Pasal 406 KUHP Ayat 1, yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja dan melawan
hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana

3
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah”.

Dapat disimpulkan bahwa demonstrasi di Indonesia telah diatur dalam peraturan


perundang-undangan yang ada. Jika peraturan perundang-undangan yang mengatur
demonstrasi secara umum diurutkan berdasarkan struktur peraturan perundang-undangan
Indonesia, maka diperoleh daftar peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi sebagai
berikut:

1. Pembukaan UUD dan Pancasila Sila Ke-4;


2. Undang-Undang;
 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum;
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 170 Ayat 1 dan Pasal 406 Ayat 1;
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan Perkara
Penyampaian Pendapat di Muka Umum;
4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 232 Tahun 2015 Tentang
Pengendalian Pelaksanaan Penyampaian Pendapat Di Muka Umum Pada Ruang
Terbuka.

Tata urutan di atas telah berdasarkan Pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut.

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana


dimaksud pada ayat (1).

4
Dituliskannya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 170 Ayat 1 dan Pasal 406
Ayat 1 pada urutan ke-2 bersama dengan UU dikarenakan KUHP dan KUHPer sampai saat
ini masih dinyatakan berlaku sebagai undang-undang. Oleh karena itu, KUHP dan KUHPer
berkedudukan sebagai Undang-Undang sesuai ketentuan Pasal 7 Ayat 1 huruf c UU Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Dituliskannya Perkap pada urutan ke-3 di bawah UU dan di atas Pergub dikarenakan
secara horizontal Peraturan Kepolisian setara dengan Peraturan Menteri, sedangkan secara
vertikal (hierarkis) Peraturan Kepolisian berada di antara Perpres dan Perda. Meski begitu,
Perkap merupakan peraturan kebijakan yang hanya mengikat internal kepolisian.

Sumber referensi dan kutipan:

Budiardjo, Miriam dkk. 2021. Pengantar Ilmu Politik. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Kristina. 2021. “Ini Bunyi Pembukaan UUD 1945 yang Menunjukkan Indonesia Negara
Demokrasi”. Diakses melalui https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5738322/ini-
bunyi-pembukaan-uud-1945-yang-menunjukkan-indonesia-negara-demokrasi pada 9
Mei 2022.

Dwiyanti, Ida Ayu Sri Intan. 2021. Akibat Hukum Tindakan Anarkis Demonstrasn Terhadap
Perusakan Fasilitas Umum dan Penyerangan Petugas Kepolisian (Studi Kasus
Penolakan Pengesahan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja). Jurnal
Analogi Hukum. 3 (2): 251-255. Diakses melalui
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/view/
3820/2702 pada 9 Mei 2022.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, Dan Penanganan Perkara Penyampaian
Pendapat Di Muka Umum. Diakses melalui
https://kompolnas.go.id/assets/file/produkhukum/c79fe0154371f67d089f44d1583454f9.pdf
pada 9 Mei 2022.

5
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 232 Tahun 2015 Tentang Pengendalian
Pelaksanaan Penyampaian Pendapat Di Muka Umum Pada Ruang Terbuka. Diakses melalui
https://jdih.jakarta.go.id/uploads/default/produkhukum/PERGUB_NO_232_TAHUN_2015.p
df pada 9 Mei 2022.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Diakses melalui


https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/hukum-acara/4.-Hukum-Acara/Kitab-Undang-
Undang-Hukum/ pada 9 Mei 2022.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan. Diakses melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39188/uu-no-12-tahun-
2011 pada 9 Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai