Anda di halaman 1dari 5

Aksi demonstrasi merupakan hak warga negara yang telah diakomodir dalam UUD 1945.

Pada bulan Oktober 2020, terjadi serangkaian aksi demonstrasi terkait UU Omnibus Law.
Dampak dari serangkaian demonstrasi tersebut diantaranya kerusakan fasilitas publik, di
antaranya 25 halte Trans-Jakarta. Kerugian demonstrasi di Jakarta tersebut diperkirakan
mencapai Rp 65 miliar Pertanyaan: Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut
tentu melanggar undang-undang (UU) yang mengatur tentang demonstrasi..

a. Telusuri secara online peraturan perUUan tersebut. Sebutkan UU tersebut dan


pasalnya serta jelaskan isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi tersebut?

Jawab:
Menurut informasi yang saya temukan, peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang demonstrasi di Indonesia adalah UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. UU ini mengatur hak dan kewajiban, bentuk-
bentuk dan tata cara penyampaian pendapat di muka umum, serta sanksi bagi pengunjuk rasa
maupun pihak yang menghalangi masyarakat untuk berpendapat di muka umum.

Dalam UU ini, demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka
umum. Demonstrasi dapat dilakukan di tempat-tempat terbuka untuk umum, namun ada
beberapa lokasi yang tidak boleh dijadikan tempat menyampaikan pendapat di muka umum,
yaitu: lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,
pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital
nasional. Aksi unjuk rasa pun tidak boleh dilakukan pada hari besar nasional. Selain itu,
demonstrasi juga harus mendapat izin dari kepolisian.

Pasal-pasal yang mengatur tentang demonstrasi dalam UU ini antara lain adalah:

Pasal 2: Setiap orang berhak menyampaikan pendapat di muka umum dengan memperhatikan
ketertiban umum dan kesusilaan.
Pasal 3: Setiap orang berhak menyampaikan pendapat di muka umum dengan cara:
a. berorasi
b. menulis
c. memasang pamflet
d. memasang spanduk
e. memasang poster
f. memasang gambar
g. memasang patung
h. memasang bendera
i. menampilkan film
j. menampilkan rekaman suara
Pasal 4: Setiap orang yang akan menyampaikan pendapat di muka umum wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling lambat
3 (tiga) hari sebelum pelaksanaannya.

Pasal 5: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum dilarang:


a. membawa senjata api atau senjata tajam atau benda-benda lain yang dapat membahayakan
keselamatan orang lain atau barang milik orang lain.
b. membawa bahan peledak atau bahan kimia lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan orang lain atau barang milik orang lain.
c. membawa bendera atau lambang organisasi terlarang atau organisasi yang dinyatakan tidak
ada oleh pemerintah.

Pasal 6: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib menjaga ketertiban
umum dan kesusilaan serta menghormati hak-hak orang lain.

Pasal 7: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib menghormati
simbol-simbol negara dan lambang-lambang organisasi kemasyarakatan yang sah.

Pasal 9: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib menghormati
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta tidak merendahkan martabat
bangsa Indonesia.

Pasal 10: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib menghormati hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pasal 11: Setiap orang yang menyampaikan pendapat di muka umum wajib bertanggung
jawab atas isi dan akibat dari penyampaian pendapatnya.

Sanksi bagi pelanggaran pasal-pasal tersebut dapat berupa pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp10 juta (Pasal 14). Sementara itu, sanksi bagi pihak yang
menghalangi atau merintangi penyampaian pendapat di muka umum dapat berupa pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp50 juta (Pasal 15).

b. Urutkan peraturan perUUan tersebut dari peraturan yang tertinggi (UUD 1945)
sampai dengan peraturan pelaksananya?

Jawab:
- UUD 1945, yaitu konstitusi yang menjadi dasar hukum tertinggi di Indonesia. UUD 1945
mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka
umum dalam Pasal 28 dan Pasal 28E.
- UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum,
yaitu undang-undang yang mengatur secara khusus tentang demonstrasi sebagai salah satu
bentuk penyampaian pendapat di muka umum. UU ini mengatur tentang hak dan kewajiban,
bentuk-bentuk dan tata cara penyampaian pendapat di muka umum, serta sanksi bagi
pengunjuk rasa maupun pihak yang menghalangi masyarakat untuk berpendapat di muka
umum.
- Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyampaian
Pendapat di Muka Umum, yaitu peraturan pemerintah yang dibuat untuk melaksanakan
ketentuan UU No. 9 Tahun 1998. Peraturan pemerintah ini mengatur tentang persyaratan,
prosedur, dan mekanisme penyampaian pendapat di muka umum, serta peran dan tanggung
jawab pemerintah pusat dan daerah dalam menjamin hak asasi manusia untuk menyampaikan
pendapat di muka umum.
-Peraturan kepolisian yang mengatur pelaksanaan demonstrasi adalah Peraturan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengamanan Penyampaian
Pendapat di Muka Umum. Peraturan kepolisian ini dibuat untuk melaksanakan ketentuan UU
No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum dan
Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyampaian
Pendapat di Muka Umum.

Peraturan kepolisian ini mengatur tentang tugas dan wewenang kepolisian dalam memberikan
izin, pengamanan, pengawasan, dan penindakan terhadap penyampaian pendapat di muka
umum. Beberapa pasal yang berkaitan dengan pelaksanaan demonstrasi adalah:
Pasal 4: Kepolisian memberikan izin penyampaian pendapat di muka umum setelah
menerima pemberitahuan tertulis dari penanggung jawab penyelenggara penyampaian
pendapat di muka umum paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaannya.

Pasal 5: Kepolisian dapat menolak pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 apabila: a. tempat penyampaian pendapat di muka umum berada di lingkungan Istana
Kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun
kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek vital nasional; b. waktu penyampaian pendapat
di muka umum bertepatan dengan hari besar nasional; c. bentuk penyampaian pendapat di
muka umum tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. penanggung
jawab penyelenggara penyampaian pendapat di muka umum tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f Peraturan
Pemerintah Nomor 77 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyampaian Pendapat di
Muka Umum.

Pasal 6: Kepolisian memberikan surat tanda terima pemberitahuan tertulis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 kepada penanggung jawab penyelenggara penyampaian pendapat di
muka umum paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis.

Pasal 7: Kepolisian memberikan surat penolakan pemberitahuan tertulis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 kepada penanggung jawab penyelenggara penyampaian pendapat di
muka umum paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis.

Pasal 8: Kepolisian melakukan koordinasi dengan penanggung jawab penyelenggara


penyampaian pendapat di muka umum untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum.

Pasal 9: Kepolisian melakukan koordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang menjadi


tujuan penyampaian pendapat di muka umum untuk membahas hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum.

Pasal 10: Kepolisian melakukan pengamanan tempat, lokasi, dan rute penyampaian pendapat
di muka umum sesuai dengan rencana operasi pengamanan yang telah disusun.

Pasal 11: Kepolisian melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyampaian pendapat di


muka umum untuk memastikan bahwa pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12: Kepolisian melakukan penindakan terhadap pelaku atau peserta penyampaian
pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Beri kesimpulan (argumentasi Anda)!

Kesimpulan argumentasi saya tentang UU yang mengatur demonstrasi adalah sebagai


berikut:

UU yang mengatur demonstrasi adalah UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan


Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, yang merupakan turunan dari UUD 1945 dan UU
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

UU ini bertujuan untuk menjamin hak asasi manusia untuk menyampaikan pendapat di muka
umum sebagai salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan demokrasi.

UU ini juga mengatur tentang hak dan kewajiban, bentuk-bentuk dan tata cara penyampaian
pendapat di muka umum, serta sanksi bagi pengunjuk rasa maupun pihak yang menghalangi
masyarakat untuk berpendapat di muka umum.

UU ini memerlukan peraturan pelaksana yang lebih rinci dan operasional, seperti Peraturan
Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyampaian Pendapat di
Muka Umum dan Peraturan Kepolisian No. 16 Tahun 2010 tentang Pengamanan
Penyampaian Pendapat di Muka Umum.

UU ini perlu disosialisasikan dan ditaati oleh semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan dan pengamanan demonstrasi, agar tidak terjadi pelanggaran hukum atau
bentrokan yang merugikan masyarakat dan negara.

Anda mungkin juga menyukai