Anda di halaman 1dari 4

A. Jika berpedoman pada Undang-Undang No.

9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan


Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum (“UU 9/1998”), pada Pasal 1 angka 1
menjelaskan: “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Kemudian Pasal 1 angka 2, menyebutkan: “Di muka umum adalah di hadapan
orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau
dilihat setiap orang”. Sehingga berdasarkan bunyi rumusan tersebut dapat dikatakan,
walaupun kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara termasuk
mengkritik pemerintah, namun hal harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai aturan
hukum yang berlaku. Berdasarkan Konstitusi, manyampaikan pendapat di muka umum
dijamin dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) yang berbunyi:
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang”. Berikut ini adalah menyampaikan
pendapat dimuka umum termasuk mengkritik pemerintah yang diatur menurut aturan
hukum: Bentuk Unjuk Rasa/Demo Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat
dilaksanakan dengan :
a. unjuk rasa atau demonstrasi;
b. pawai;
c. rapat umum; dan atau
d. mimbar bebas.

Jadi, demonstrasi merupakan salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum.
Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih
untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di
muka umum. Penyampaian pendapat di muka umum tersebut dilaksanakan di tempat-
tempat terbuka untuk umum, kecuali:

a. Dilingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,


pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-
obyek vital nasional;
b. Pada hari besar nasional. Perlu diketahui, pelaku atau peserta penyampaian pendapat
di muka umum dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan
keselamatan umum. Tata Cara Penyampaian Pendapat di Muka Umum Pasal 10 UU
No. 9/1998 mengatur, bahwa Penyampaian pendapat di muka umum wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia (“Polri”).
Pemberitahuan secara tertulis tersebut disampaikan oleh yang bersangkutan,
pemimpin, atau penanggungjawab kelompok. Pemberitahuan disampaikan selambat-
lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri
setempat.Pemberitahuan secara tertulis ini tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di
dalam kampus dan kegiatan keagamaan. Pasal 11, mengatur Surat yang memuat
sebagai berikut:
a. maksud dan tujuan;
b. tempat, lokasi, dan rute;
c. waktu dan lama;
d. bentuk;
e. penanggung jawab;
f. nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan;
g. alat peraga yang dipergunakan;

B. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) UUD1945
adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945 merupakan
peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) Ketetapan MPR adalah putusan
MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan MPR Sementara dan
Ketetapan MPR yang masih berlaku. Sebagaimana dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan
MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPR Sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada 7 Agustus 2003.
Berdasarkan sifatnya, putusan MPR terdiri dari dua macam yaitu Ketetapan dan
Keputusan. Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau
keluar majelis. Keputusan adalah putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
Peraturan perundang-undangan: Jenis dan hierarkinya

UU atau Perppu UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Perppu adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut: Perppu diajukan ke DPR
dalam persidangan berikut. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan
perubahan. Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU. Bila ditolak oleh
DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Baca juga: Plt Menkumham:
Perlu Revisi 23 Undang-Undang untuk Pindah Ibu Kota

Peraturan Pemerintah (PP) PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan


oleh Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi untuk
menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

Peraturan Presiden (Perpres) Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. Peraturan
perundang-undangan: Jenis dan hierarkinya

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan


yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur. Termasuk dalam Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun
yang berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan
Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Baca
juga: Revisi UU KPK Segera Disahkan Jadi Undang-Undang dalam Rapat Paripuna

Perda Kabupaten atau Kota Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama
Bupati atau Walikota. Termasuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota adalah
Qanun yang berlaku di Kabupaten atau Kota di Provinsi Aceh. Makna tata urutan
Peraturan Perundang-undangan Dalam Penjelasan Pasal 7 ayat 2 Undang-undang Nomor
12 Tahun 2011, yang dimaksud dengan hierarki adalah penjenjangan setiap jenis
Peraturan Perundang-undangan. Penjenjangan didasarkan asas bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Asas tersebut sesuai dengan Stufen Theory atau
Teori Tangga dari ahli hukum Hans Kelsen dalam General Theory of Law and State
(1945).
Sumber : Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Peraturan perundang-
undangan: Jenis dan hierarkinya", Klik untuk
baca: https://caritahu.kontan.co.id/news/peraturan-perundang-undangan-jenis-dan-
hierarkinya. 

Kesimpulan sebagai berikut dalam melaksanaakan suatu pendapat dimuk aumum sebaik
nya kita harus memperhatikan beberapa peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dan
kita sebagai demonstran dalam melakukan domenstran tersebut harus memperhatikan
lingkungan sekitar sehinga kegiatan yang dilaksanakan tidak terjerak hukum lain yang
terjadi

Anda mungkin juga menyukai