Anda di halaman 1dari 3

a. Beberapa UU dan pasal serta isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi.

Salah
satu pasal yang dapat menjerat pelaku perusakan fasilitas umum adalah Pasal 170 ayat
(1) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (“KUHP”), yang selengkapnya berbunyi:
“Barang siapa dengan terang – terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan”.
Tentang pasal ini, menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar – Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal (hal. 147), kekerasan yang dimaksud harus dilakukan di muka umum karena
kejahatan ini memang dimasukkan ke dalam golongan kejahatan ketertiban umum.
Sebagai informasi tambahan, di samping pelakunya dapat dijerat pidana berdasarkan
KUHP, perbuatan tersebut juga dilarang di dalam peraturan daerah. Sebagai contoh di
Jakarta yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun
2007 tentang Ketertiban Umum (“Perda DKI Jakarta 8/2007”).
Pasal 54 Perda DKI Jakarta 8/2007:
1. “Setiap orang atau badan dilarang merusak prasarana dan sarana umum pada
waktu berlangsungnya penyampaian pendapat, unjuk rasa dan/atau pengerahan
massa”
2. “Setiap orang atau badan dilarang membuang benda – benda dan/atau sarana yang
digunakan pada, waktu penyampaian pendapat, unjuk rasa, rapat-rapat umum dan
pengerahan massa di jalan, jalur hijau, dan tempat umum lainnya”.
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam Pasal 54 ayat (1) di atas,
dikenakan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
Tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana kejahatan.

b. Urutan peraturan perUUan dari peraturan yang tertinggi (UUD 1945) sampai dengan
peraturan pelaksananya
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum;
4. Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 7 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan Perkara Penyampaian
Pendapat di Muka Umum;
5. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban
Umum.

c. Berdasarkan argumentasi saya mengenai Aksi demonstrasi merupakan hak warga


negara yang telah diakomodir dalam UUD 1945. Pada bulan Oktober 2020, terjadi
serangkaian aksi demonstrasi terkait UU Omnibus Law. Dampak dari serangkaian
demonstrasi tersebut diantaranya kerusakan fasilitas publik, di antaranya 25 halte
Trans-Jakarta. Kerugian demonstrasi di Jakarta tersebut diperkirakan mencapai Rp 65
miliar Pertanyaan: Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut tentu
melanggar undang-undang (UU) yang mengatur tentang demonstrasi. Saya sangat
tidak setuju dengan aksi yang dilakukan oleh para demonstran yang melakukan
Tindakan anarkis dengan merusak fasilitas umum yang merugikan hingga miliaran
rupiah. Jika ingin melakukan demonstrasi seharusnya dilakukan dengan aman dan
tertib tanpa merugikan pihak manapun. Aksi demonstrasi harus dilakukan dengan
persiapan yang matang karena melibatkan masa yang cukup banyak, oleh karena itu
diperlukan tim untuk mengkoordinasi para demonstran agar tidak melakukan suatu
tindakan yang anarkis. Namun tidak dapat dipungkiri pada saat melakukan aksi
demonstrasi terdapat beberapa oknum yang memancing untuk melakukan tindakan
yang anarkis tersebut. Peran aparat negara sangat dibutuhkan dalam kasus ini baik itu
Polisi maupun TNI untuk mengawal aksi demonstran agar tidak terjadi pengerusakan
fasilitas umum. Dalang atau oknum dari pengerusakan fasilitas umum harus segara
diamankan dan ditindak dengan tegas. Bagaimanapun tujuan dari aksi demonstrasi
adalah memperjuangkan aspirasi rakyat bukannya mempersulit rakyat ataupun
merugikan negara. Bentrokan antara aparat negara dengan para demonstran tidak bisa
dihindarkan, aparat negara harus menangkap provokotar yang mengadu domba untuk
memecah NKRI, pelaku harus ditindak tegas sesuai UU yang berlaku dan dimintai
pertanggungjawaban atas tindakannya. Demonstrasi seharusmya berjalan dengan
aman dan tertib, dibutuhkan kerjasama antara para demonstran dan aparat negara guna
saling berkoordinasi dan saling merangkul agar tercipnya demonstrasi yang aman dan
kondusif dan menghindari terjadinya kericuhan. Dengan terjalinnya kerjasama
tersebut diharapkan penyampaian aspirasi rakyat tentang UU Omnibus law dapat
lebih mudah tersampaikan ke pemerintah dan tidak adanya kerugian negara akibat
perusakan fasilitas umum pada saat aksi demonstrasi.
Sumber :

1. Hukumonline.com
2. https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum
3. Medcom.id
4. Kompas.com
5. Mediaindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai