Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1

“Pengantar Ilmu Politik”

Dosen Pengampu: Abd. Hamid, S.IP., M.IP.

Disusun oleh:

Nama : Nadila Kustiana Febianti

NIM : 049824551

Prodi : Ilmu Komunikasi

Nama Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

Kode Mata Kuliah: ISIP4212

Universitas Terbuka

2023
Soal:

Aksi demonstrasi merupakan hak warga negara yang telah diakomodir dalam UUD
1945. Pada bulan Oktober 2020, terjadi serangkaian aksi demonstrasi terkait UU Omnibus
Law. Dampak dari serangkaian demonstrasi tersebut diantaranya kerusakan fasilitas publik, di
antaranya 25 halte Trans-Jakarta. Kerugian demonstrasi di Jakarta tersebut diperkirakan
mencapai Rp 65 miliar Pertanyaan: Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut
tentu melanggar undang-undang (UU) yang mengatur tentang demonstrasi..

a. Telusuri secara online peraturan perUUan tersebut. Sebutkan UU tersebut dan


pasalnya serta jelaskan isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi tersebut?
b. Urutkan peraturan perUUan tersebut dari peraturan yang tertinggi (UUD 1945)
sampai dengan peraturan pelaksananya?
c. Beri kesimpulan (argumentasi Anda)!

Jawaban:

Pengaturan unjuk rasa atau demonstrasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (UU No. 9 Tahun
1998). Undang-undang tersebut mengatur hak dan kewajiban, bentuk-bentuk dan tata cara
penyampaian pendapat di muka umum, serta sanksi bagi pengunjuk rasa maupun pihak yang
menghalangi masyarakat untuk berpendapat di muka umum. Secara eksplisit Pasal 1 butir 3
UU No. 9 Tahun 1998 menyebutkan bahwa unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara demonstratif di muka umum. Maksud di muka umum juga dijelaskan dalam
undang-undang tersebut, yaitu di hadapan banyak orang, atau orang lain termasuk juga di
tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. Sementara itu, dalam Peraturan
Kepala Kepolisisan Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat di
Muka Umum menyebutkan penyampaian pendapat di muka umum adalah penyampaian
pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab di hadapan
orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan/ atau dilihat
orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berpendapat di muka umum
merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM) karena termasuk hak kemerdekaan dasar
setiap insan sejak dilahirkan ke dunia, sehingga harus memperoleh perlindungan hukum dari
negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28D (1) UUD 1945 yaitu bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum. Indonesia menjunjung tinggi kebebasan berpendapat sebagai
bentuk partisipasi masyarakat dalam menjalankan roda pemerintahan negara dan
pengejawantahan negara demokrasi. Contoh konktitnya mengikut sertakan masyarakat melalui
partisipasi politik dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari pembuatan keputusan, penilaian
keputusan, sampai pelaksanaan keputusan baik secara langsung (sistem demokrasi langsung)
menggunakan lisan atau tulisan melalui lembaga perwakilan rakyat atau jalur-jalur lainnya
seperti media massa, sosial media, dan sebagainya atau secara perwakilan (sistem demokrasi
klasik) melalui pemilu, pemilihan kepala daerah langsung, serta aksi demonstrasi yang tertib,
damai dan santun. Demonstrasi menjadi perwujudan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 28 UUD 1945 berbunyi, “Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.” Selain itu, ada juga Pasal 28E Ayat 3 yang berbunyi,
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.” Tak
hanya itu, sebagai hak asasi dimanusia, kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum
tentu juga tercantum dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 25
UU Nomor 39 Tahun 1999 berbunyi, “Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di
muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.”
Kemudian, mengenai kebebasan berpendapat dalam konteks aksi demonstrasi juga telah diatur
dalam Pasal 28 UUD 1945 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” Di kutip dari situs
kompolnas.go.id, aturan tata cara untuk rasa ada di Peraturan Kepala Kepolisian RI Nomor 7
tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan
Perkara Penyampaian Pendapat di Muka Umum. Salah satu aturan utamanya, penyampaian
pendapat di muka umum wajib diberitahukan secara tertulis kepada Satuan Polri sesuai dengan
tingkat kewenangannya. Sehingga, jika dirunutkan, demonstrasi sudah diatur sejak dari hulu,
yaitu dari Undang-undang Daaar 1945, kemudian diatur oleh Undang-undang Nomor 9 Tahun
1998 yang mengatur aksi demonstrasi. Kemudian, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999,
mengenai hak asasi manusia atas hak penyampaian dimuka umum. Selanjutnya, Pasal 28 UUD
1945 mengenai kebebasan berserikat. Terakhir dari peraturan polri Nomor 7 Tahun 2012
mengenai aksi unjuk rasa. Jika dirunutkan lebih ringkas: UUD 1945 (Pembukaan), UU Nomor
9 Tahun 1998, UU Nomor 39 Tahun 1999, Pasal 28 UUD 1945, Peraturan Polri Nomor 7 Tahun
2012.Diakhir, penulis berkesimpulan bahwa aksi demonstrasi merupakan suatu hal yang sah
dilakukan di Indonesia, karena mendapat perlindungan dari Undang-undang dan merupakan
hak dari masyarakat untuk menyampaikan keresahannya. Di negara demokrasi, itu merupakan
hal yang lumrah dan merupakan suatu nafas dari demokrasi itu sendiri. Oleh karenanya, aksi
demonstrasi perlulah didukung dan dilindungi, agar suatu pemerintahan dapat berjalan dengan
seimbang. Akan tetapi, sesuai dengan peraturan pun, aksi demonstrasi harus tertib dan damai,
jangan sampai merusak fasilitas umum yang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Oleh
karenanya, aksi demonstrasi harus jelas, merujuk pada hasil, dan kepentingan bersama dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, K. U. 2021. Kuasa Oligarki Atas Minerba Indonesia? :Analisis Pasca


Pengesahan U Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Minerba. Jakarta: Universitas
Paramadina.
Badrun, Ubedilah. 2016. Sistem Politik Indonesia: Kritik dan Solusi Sistem Politik
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiarjo, M. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rodee, Clyner Carlton. Pengantar Ilmu Politik. 2000. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Database JDIH BPK RI. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Akses:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/45478/uu-no-9-tahun-
1998#:~:text=UU%20No.%209%20Tahun%201998,Muka%20Umum%20%5BJDIH
%20BPK%20RI%5D.
Database JDIH DPR RI. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Akses:
https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/467.

Anda mungkin juga menyukai