Anda di halaman 1dari 2

DEMO OMNIBUS LAW YANG TIDAK SELOW

Miftha Novelixa Cahyanda, 223140514111051, Administrasi Bisnis, Fakultas Vokasi,


Universitas Brawijaya

Unjuk rasa Undang-Undang Cipta Kerja atau dikenal sebagai demo tolak Omnibus
Law adalah rangkaian aksi unjuk rasa yang dilaksanakan sejak Januari 2020 untuk menolak
diberlakukannya undang-undang sapu jagat Cipta Kerja yang disusun oleh Pemerintah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pemerintah beralasan bahwa penetapan
undang-undang sapu jagat ini bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin usaha
dan proses pembebasan lahan. Namun, masyarakat tidak setuju dan memprotes materi
undang-undang sapu jagat yang dirasa masih belum matang sehingga merugikan banyak
pihak.Untuk menentang rancangan undang-undang tersebut, pihak-pihak seperti serikat buruh
dan dibantu oleh mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di berbagai kota untuk menuntut
didengarkannya aspirasi buruh dalam menyelesaikan undang-undang ini, alih-alih hanya dari
pihak pengusaha.
Mengacu pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia  Nomor 9 Tahun
1998 tentang tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, pasal 1
berbunyi;  (1) Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) di muka
umum adalah dihadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat
didatangi dan atau dilihat setiap orang; (3) demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara
demonstratif di muka umum.
Mencemati aksi massa di depan gedung DPR/MPR beberapa tahun yang lalu, bahwa
demonstrasi tersebut tidak hanya diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat saja, tapi juga diikuti
oleh sekelompok pelajar dari SMK yang turun ke jalan. Aksi demonstrasi pelajar beberapa
waktu yang lalu perlu diapresiasi karena telah  menunjukkan tumbuhnya kesadaran generasi
muda untuk peduli terhadap tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekitarnya. Mereka
bersama-sama melakukan unjuk rasa demi tercapainya negara demokrasi, dengan menerapkan
nilai-nilai kewarganegaraan yang sudah mereka pelajari sebelumnya seperti : memahami
hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); menampilkan sikap positif
terhadap sistem hukum dan peradilan nasional; menampilkan peran serta dalam upaya
pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM); menganalisis
hubungan dasar negara dengan konstitusi; menghargai persamaan kedudukan warga negara
dalam berbagai aspek kehidupan; menganalisis sistem politik di Indonesia.
Namun demonstrasi pelajar beberapa waktu yang lalu juga dibubarkan karena
memang sudah melewati batas waktu terkait aturan penyampaian pendapat, pelajar yang
demo juga terlibat bentrokan dengan petugas, bahkan mereka melemparkan batu, botol, dan
bom molotov ke arah gedung DPR, dan juga melakukan perusakan fasilitas publik, sehingga
pihak kepolisian mengambil tindakan  dengan menangkap sebagian pelajar yang ikut
demonstrasi.
Banyak yang menyayangkan aksi unjuk rasa yang diikuti para pelajar tersebut
berakhir dengan ricuh dan terjadi seperti tawuran pelajar, karena menyampaikan pendapat di
muka umum secara perorangan atau kelompok sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, barbangsa, dan bernegara. Hal itulah yang
membuat masyarakat melupakan pancasila sebagai pedoman hidupnya. Seharusnya sebagai
seorang warga negara yang baik harus menerapkan nilai-nilai pancasila di kehidupan sehari-
hari. Perilaku seperti tawuran akan menimbulkan perpecahan bangsa dan tidak mencerminkan
nilai pancasila yaitu Sila Ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Kemudian disamping itu
juga seharusnya pemerintah menerapkan Sila Keempat yang berbunyi Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, misalnya dengan
meminta pendapat dan mendengarkan pendapat rakyat terkait pengesahan Undang-Undang
Cipta Kerja dengan konsep omnibus law, bukannya malah mengambil keputusan sendiri.
Karena sesuai cita-cita bangsa yang ingin menjadi negara demokrasi, maka harus memenuhi
hakikat demokrasi yaitu dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Daftar Pustaka

visinews.net, “perlunya penguatan pendidikan demokrasi untuk pelajar”, 7 Oktober 2019.


<https://visinews.net/opini-perlunya-penguatan-pendidikan-demokrasi-untuk-pelajar/>
[Diakses, 10 Desember 2022]

wikipedia.org, “Unjuk rasa Undang-Undang Cipta Kerja”, 31 Oktober 2022


< https://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa_Undang-Undang_Cipta_Kerja>
[Diakses, 10 Desember 2022]

Anda mungkin juga menyukai