Kelas/smester : C/V
NIM : 1803050108
Demonstrasi mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Forum untuk HAM dan Demokrasi NTT itu
menyuarakan sikap untuk menuntut pemerintah dan DPR mencabut dan mengagalkan UU Omnimbus
Law yang telah disahkan dalam siding paripurna DPR.
Massa aksi demonstrasi yang dipimpin Korlap Ryaan Klau membawa serta aneka spanduk tuntutan
memulai aksi dengan melakukan longmarc dari titik kumpul di depan Pasar Kasih Naikoten, jalan
Soeharto Jupang. Mereka tiba dan mulai melakukan aksi demonstrasi di depan kantor DPRD NTT pada
pukul 12.00 WITA. Saat tiba di depan gerbang “rumah rakyat” itu, mereka langsung membentuk barisan
mengarah kearah gedung dan mulai bergantian melakukan orasi.
Aparat kepolisian dari Polres Kupang Kota yang dipimpin langsung oleh Kapolres AKBP satrya perdana PT
binti berbaris dan nelakukan pengamanan di depan gerbang gedung DPRD NTT. Meski banyak diguyur
hujan deras selama beberapa saat, massa aksi tetap bertahan melakukan demonstrasi dan orasi.
Sebagaimana pernyataan sikap mereka yang diterima POS-KUPANG.com. forum untuk HAM dan
Demokrasi menurut DPR dan pemerintah untuk membatalkan dan mencabut Omnimbus Law. Selain itu
mereka juga mendukung Buruh untuk mogok kerja dan menuntut utuk bubarkan DPR.
Forum untuk HAM dan Demokrasi dalam pernyataan sikap mereka menolak kapitalis pendidikan yang
menyebabkan biaya pendidikan menjadi mahal, menuntut penghentian perampasan tanah rakyat dan
menjalankan reforma agrarian sejati. Selain itu, mereka menuntut untuk menghentikan PHK di masa
pandemic, menghentikan kriminalisasi aktivis dan membungkam demokrasi rakyat dan membebaskan
tahanan politik yang menolak Omnimbus Law. Mereka meminta untuk mencabut UU Minerba yang
merugikan rakyat, mengesahkan RUU PKS dan RUU PRT dan menuntaskan persoalan WNI Eks Tim Tim.
Sekama orasi, mahasiswa dan pemuda terus meneriakkan yel-yel “DPR Goblok”. Kapolres Kupang Kota
AKBP Satrya Perdana Pt Binti mengatakan, meski masa aksi tidak mengantongi izin untuk
berdemonstrasi namun mereka tetap melakukan pengamanan aksi. “Walaupun kemarin untuk perizinan
tidak dapat kami terima, sebagaimana berdasarkan Undanf Undang soal jangka waktu dan sebagainya
tidak terpenuhi, tetapi kami tetap memberikan pengamanan (terhadap aksi)” kata Kapolres AKBP Satrya
Kepada POS-KUPANG>COM usai aksi.
Ia mengapresiasi massa aksi karena dapat melakukan demonstrasi dengan tertib. “Puji Tuhan untuk
rekan-rekan yang melakukan aksi, rekan-rekan mahasiswa juga dengan dapat menyampaikan
aspirasinya dengan baik dan tidak terpengaruh (daerah lain yang ricuh). Korlapnya dapat mengandalkan
massa aks” tambah perwira dengan pangkat dua melati di pundak itu.
Terkait massa aksi yang menyuarakan sikap tanpa bertemu dengan anggota DPRD NTT karena tidak
dapat nasuk ke halaman gedung, menurutnya hal itu karena aksi itu tidak mengantong izin, selain itu
karena anggota DPRD yang tidak berada di tempat. “Karena memang saar demo tidak ada izin dan DPR
memang tidak ada di tempat” terangnya.
Pihak Polres Kota Kupang, Kata AKBP Satrya, melakukan pengamanan dengan tetap memperhatikan dan
melaksanakan protocol kesehatab Covid-19. Dijelaskan Kapolres Satrya, usai melakukan pengamanan,
para personel yang bertugas disemprot menggunakan disinfektan. (Laporan Wartawan POS-
KUPANG.COM, Ryan Nong)
Teori interaksionisme simbolik menganalisis masyarakat berdasarkan makna subjektif yang diciptakan
individu sebagai basis perilaku dan tindakan sosialnya. Individu diasumsikan bertindak lebih berdasarkan
apa yang diyakininya, bukan berdasar pada apa yang secara objektif benar. Apa yang diyakini benar
merupakan produk konstruksi sosial yang telah diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang
spesifik. Hasil interpretasi ini disebut sebagai definisi situasi.
Sebagai contoh, tindakan orang yang merokok. Fakta objektif yang ditunjukkan ilmu medis menyatakan
bahwa merokok berakibat buruk bagi organ tubuh. Namun sekelompok anak muda memilih untuk
merokok bukan karena mereka tidak tahu kebenaran objektif yang menjadi resiko merokok, tetapi
karena mereka meyakini bahwa merokok itu meningkatkan image positif tentang dirinya setidaknya
dilingkungan pergaulannya.
Pertama, kita bertindak dan berperilaku berdasarkan makna yang kita interpretasikan dari perilaku atau
tindakan kita. Sebagai contoh, kita makan di cafe. Ketika duduk kita menginterpretasikan bahwa diri kita
adalah pelanggan sedangkan orang yang mendekati kita menawari menu adalah pelayan cafe. Maka
ketika ditanya mau makan apa, kita menjawab sebagaimana pelanggan ditanya pelayan.
Kedua, makna sosial merupakan hasil konstruksi sosial. Ketika kita berpikir sebagai pelanggan, maka kita
berperilaku dan bertindak sesuai peran kita sebagai pelanggan. Peran sebagai pelanggan dan juga
pelayan restoran, pemilik restoran dan sebagainya secara konstan dikomunikasikan sehingga
berlangsung dalam interaksi sosial. Proses interaksi sosial tersebut menciptakan makna yang ajeg
tentang apa itu pelanggan, bagaimana harus bertindak, apa itu pelayan, bagaimana harus bertindak, dan
sebagainya. Makna tentang bagaimana menjadi pelanggan atau pelayan adalah produk konstruksi sosial.
Ketiga, lanjutan dari sebelumnya, penciptaan makna sosial dan pemahaman makna sosial merupakan
proses interaktif yang terus berlangsung. Makna sosial biasanya sudah eksis jauh sebelumnya. Proses
interaksi bisa melanggengkannya, mengubahnya perlahan, atau menggantinya secara radikal. Misalnya,
ketika pelayan menawarkan makanan, kita marah karena menunya nggak ada yang kita sukai. Lalu,
pelayan tersebut bingung kemudian menenangkan kita. Ketika bingung, pelayan tersebut sedang
memaknai ulang bagaimana bertindak sebagai pelayan ketika pelanggan tiba-tiba marah sehingga
menenangkan kita.
Teori interaksionisme simbolik melihat realitas sebagai konstruksi sosial yang dibentuk melalui proses
interaksi yang terus berlangsung. Teori ini sering digolongkan sebagai teori mikro sosiologi karena ranah
analisisnya sampai pada aspek individu.
Dengan demikian dapat kita kaitkan Teori Interaksionalisme Simbolis dengan contoh Fenomena
Komunikasi yang saya ambil berupa Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dalam menolak Omnimbus
Law di Kota Kupang ini.
Demonstrasi merupakan tindakan penyampaian gagasan atau tindakan unjuk rasa yang disampaikan
beberapa orang atau sekumpulan orang di depan umum untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang
sebuah permasalahan yang ada maupun ungkapan kekecwaan terhadap suati instantsi atau lembaga
pemerintahan.
Di Indonesia Demonstrasi merupakan hal yang wajar karena diatur dalam peraturan hokum. Namun
dibeberapa kejadian demonstrasi terjadi kekeliruan dari sisi pendemo maupun pihak yang didemo,
sehingga terdapat beberapa anggapan bahwa setiap aksi demo itu harus dipenuhi segala tuntutannya,
dan bahwa ada yang beranggapan bahwa demonstrasi itu tidak perlu dilakukan.
Supaya konsep demokrasi di Indonesia berjalan lancar demonstrasi juga memerlukan respon yang
baik dari pihak pemerintah, di mana pemerintah menampung semua pendapat dan aspirasi dari para
demonstran.
Pemerintah tidak bisa sembarangan membatasi ruang dan gerak dan para demonstran terkecuali
demonstran sudah melanggar hak dan kewajiban demonstrasi.
Namun apabila sikap pemerintah sewenang-wenang dalam menanggapi demosntrasi, justru akan
menimbulkan kegaduhan dan para demonstran akan menganggap pemerintah tidak memberikan
ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya di muka umum.
Indonesia adalah negara demokrasi dengan ideologi Pancasila. Alangkah baiknya sistem demonstrasi
di Indonesia berjalan baik dari segala pihak mulai dari pihak pendemo dengan cara mematuhi segala
peraturan yang berlaku dari pihak pemerintah yang memberikan ruang dan gerak yang layak untuk
para pendemo, sehingga sistem pemerintah di Indonesia berjalan dengan baik.
Demonstrasi yang terjadi di Kota Kupang sendiri adalah salah satu tindakan kekecewaan dari sebagian
masyarakat dengan adanya pengesahan Omnimbus Law yang notabennya merugikan sebagian
masyarakat kecil, sehingga mahasiswa mahasiswa Kota Kupang juga ingin menyampaikan aspirasinya
dan bentuk kekecewaan mereka terhadap pemerintah melalui demonstrasi ini.