Nim : 190710014
Matakuliah : UTS Lobby dan Negoisasi 13F
2.Jika saudara menjadi bagian dalam procurement watch, kebijakan seperti apa yang
akan saudara berikan untuk mencegah korupsi? Jelaskan argumentasi Saudara!
Ketika saya menjadi bagian dalam procurement watch, kebijakan yang akan saya ambil untuk
mencegah korupsi adalah tetap berupaya untuk membangun pemahaman melalui edukasi
kepada masyarakat tentang pentingnya perhatian dan pengawasan terhadap penanganan kasus
tindakan korupsi, khususnya dalam proyek pengandaan barang dan jasa. kebijakan lainnya
adalah memberikan tindakan nyata melalui film dokumenter. Seperti, film dokumenter
“Korupsi Abadi di Negeri Setengah Hati” dengan menonton film tersebut, saya baru
menyadari bahwa fasilitas atau infrastruktur untuk kepentingan masyarakat yang berada di
perbatasan wilayah Indonesia ternyata jauh dari hangar bingar nasionalisme di Jakarta. Saya
pun menjadi bertanya-tanya kemana anggaran tersebut? Apa itu nasionalisme? serta masih
banyak pertanyaan lainnya yang menghantui pemikiran saya. Saya sangat percaya, melalui
film dokumenter dapat dijadikan sebagai sarana untuk membuka mata dan pikiran
masyarakat tentang praktik korupsi yang masih abadi di Negara Indonesia tercinta ini.
Dengan demikian, masyarakat akan menjadi aktif, kritis serta bersuara untuk melawan
tindakan korupsi yang membuat rakyat kian sengsara
Transparansi dari pemerintah terhadap sistem pengadaan barang dan jasa untuk
meminimalisir tindakan kasus korupsi akan terus saya suarakan melalui tulisan dalam bentuk
artikel ataupun opini. Menurut saya, transparansi sangat penting karena memberikan peluang
besar untuk menutup kesempatan terhadap tindakan korupsi. Selain itu, terciptanya
transparansi dalam kasus pengadaan barang dan jasa akan memberikan kesepakatan yang
lebih baik bagi pemerintah, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pelaku usaha,
mewujudkan pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan dan membantu dalam mengatasi
selisih dalam pendanaan.
Procurement watch sebagai lembaga indipenden nonprofit harus mampu untuk mengawal
kasus praktik korupsi bersama masyarakat yang semakin kerap dimainkan oleh orang-orang
yang memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan dari uang rakyat. untuk itu,
tentu saja strategi lobby dan negoisasi yang tidak terlepas dalam dimensi komunikasi, sangat
membantu dalam memperoleh dukungan dari masyarakat. Dengan adanya penerapan lobbi
dan negoisasi bisa membantu pihak Procurement Watch untuk mempengaruhi persepsi dan
tindakan masyarakat, khususnya bagi para pemangku kepentingan. Adapun tujuannya adalah
untuk membantu melawan dan mengawal kasus korupsi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat
oleh procurement watch tidak akan pernah terlepas dari peran dan kepentingan masyarakat,
sebab mereka merupakan aktor utama untuk membawa Indonesia menjadi negara yang bebas
dari praktik korupsi.
3. Menurut argumentasi saudara, bentuk lobby dan negosiasi seperti apa yang bisa
dilakukan untuk mengatasi problem korupsi pada pengadaan barang!
Bentuk lobby yang bisa dilakukan untuk mengatasi problem korupsi pada pengadaan barang
dan jasa sebaiknya dilakukan secara resmi, komunikatif, interaktif dan transparan. Kendati
lobby lebih bersifat santai, namun jika berkaitan dengan hajat orang banyak (masyarakat)
seharusnya praktik lobby dilaksanakan secara akuntabel. Selain itu, membangun komunikasi
yang efektif saat terjadinya aktivitas lobby sangat penting guna menciptakan hubungan yang
baik diantara kedua belah pihak. Terciptanya hubungan yang baik dapat membuka
kesempatan untuk melanjutkan ke tahap negoisasi.
Sedangkan untuk strategi negoisasi dalam mengatasi problem korupsi dapat dilakukan
dengan menumbuhkan sikap saling percaya (developing truths) diantara kedua belah pihak,
bersikap tegas (tidak plin-plan) dan teguh dalam pendirian. Dengan memiliki sikap tersebut,
maka dapat menghindari terjadinya rayuan-rayuan dari salah satu pihak yang nantinya dapat
membawa ke rana tindakan korupsi. Langkah selanjutnya yang dapat diambil dalam
negoisasi adalah berorientasi pada masa depan (future-oriented) demi mendukung
keberhasilan dari negoisasi. Orientasi untuk masa depan sangat penting dalam mengatasi
problem korupsi, sebab kedua belah pihak akan memikirkan betapa bahayanya jika suatu saat
nanti tindakan korupsi yang mereka lakukan terbongkar sehingga terjerat tindak pidana.
Maka dari itu, kebijakan yang diambil untuk menghindari terjadinya praktik korupsi,
sebaikanya kedua belah pihak menerapkan strategi pendekatan integratif atau yang dikenal
sebagai win-win solution. strategi ini sangat ideal karena secara umum dipandang lebih
produktif dalam menghasilkan kesepakatan bersama kendati memiliki tujuan yang berbeda.
Untuk itu, kedua belah pihak harus menetapkan taktik BATNA (Best Alternative of The
Negotiation Agreements).
Dari paparan diatas, saya menyimpulkan bahwa seharusnya praktik korupsi pada pengandaan
barang sulit terjadi ketika satu atau kedua belah pihak memiliki prinsip yang kuat dan
pendirian teguh terhadap penolakan-penolakan yang berhubungan dengan suap-menyuap.
Namun demikian, mereka yang dipenuhi dengan ketamakan akan selalu berusaha mencari
cela agar memperoleh keuntungan pribadi. Untuk mencegah terjadinya praktik korupsi
pengandaan barang dan jasa pada instansi pemerintah, salah satu caranya dilakukan secara
terbuka yang dikawal oleh masyarakat dan lembaga-lembaga nonprofit yang perduli terhadap
tindak pidana kasus korupsi di Indonesia.
4. Jika saudara menjadi bagian dari KPK, langkah dan strategi apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi deadlock pada permasalahan korupsi ini?
Ketika saya menjadi bagian dari KPK, untuk mengatasi segala deadlock dalam permasalahan
korupsi. Adapun langkah awal yang saya ambil adalah menciptakan hubungan kerja sama
dalam internal organisasi. Membangun hubungan harmonis diantara internal organisasi akan
membantu untuk menumbuhkan sikap saling percaya dan saling bekerja sama, guna
menangani kasus korupsi. Menurut saya, KPK sebagai lembaga yang dimandatkan dalam
upaya pemberantas korupsi harus berani untuk mengambil sikap tegas dan jujur untuk
menangkap siapa saja yang terlibat dalam kasus korupsi tanpa takut untuk terintimidasi.
Pada dasarnya deadlock yang terparah bukan berasal dari eksternal melainkan dari internal
yang nantinya dapat menghambat kinerja dari lembaga. Selain itu, saya juga akan menjalin
hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga nonprofit yang perduli terhadap isu korupsi,
seperti IPW (Indonesia Procurement watch). Menurut saya lembaga nonprofit lebih berani
untuk speak up dan data-data yang diperoleh juga sangat akuntabel. Untuk mengatasi
deadlock, saya juga akan berkerja sama dengan lembaga kepolisian dan penegak hukum agar
mereka bisa bersikap adil terhadap penanganan kasus korupsi yang kian marak di Indonesia.
Langkah yang terakhir, saya akan mengunakan strategi distributif terhadap para koruptor di
Indonesia. Strategi distributif merupakan bentuk negoisasi menang-kalah yang dilakukan oleh
pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini, saya akan menjadikan KPK sebagai lembaga yang
menang dan para koruptor menjadi pihak yang kalah. Dengan demikian, lembaga KPK akan
mencapai tujuannya dalam menangani kasus korups. Untuk menjadikan KPK sebagai
lembaga yang menang, tentu saja dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti-bukti yang
bisa memperkuat tindakan korupsi sehingga bisa membuat para koruptor dijatuhi hukuman
yang seberat-beratnya.
Referensi:
https://antikorupsi.org/id/article/mengawasi-e-procurement-mencegah-korupsi
https://antikorupsi.org/sites/default/files/dokumen/icw-lkpp_mengawal_pbj_di_indonesia.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=OKShJqZyB5E
Euis Heryati, “Komunikasi Dalam Lobby”, Jakarta, 2006.
Siswanto Arie “Pendekatan Dan Strategi Negoisasi Dalam Normalisasi Hubungan
Diplomatik Amerika Serikat- Kuba”, Salatiga, 2017.