Anda di halaman 1dari 2

Mengapa Korupsi Masih Marak Terjadi di Indonesia?

Negara Indonesia adalah Negara Demokrasi dengan Ideologi Pancasila, yaitu ideologi yang
mengutamakan persatuan di antara perbedaan yang berkeadilan. Namun masih banyak sekali kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia. Hal ini tentu menjadi pemicu kita untuk merefleksikan kembali,
mengapa dengan segala hukum yang ada dan Ideologi yang mengutamakan keadilan dan kesatuan,
masih terjadi juga kasus korupsi.
Secara etimologis korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau corruptus yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi didefinisikan sebagai
perilaku memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
dengan cara menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Selain itu, menurut pakar ekonomi, korupsi adalah pertukaran yang menguntungkan yang terjadi
secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya
merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat
dalam bidang umum dan swasta.
Dari situ kita dapat melihat kalau korupsi merupakan tindakan jahat yang tidak dapat
dimaafkan. Korupsi juga jelas melanggar banyaknya hukum yang berlaku dan yang paling parah,
korupsi secara jelas telah “melecehkan” dasar negara kita, Pancasila. Kembali ke pertanyaan di
awal, mengapa korupsi ini tetap terjadi?
Korupsi Sudah Menjadi Budaya
Korupsi sebenarnya sudah terjadi di Indonesia sejak lama sekali, bahkan sebelum Indonesia
merdeka. Kita dapat melihatnya pada saat zaman penjajahan, di mana penjajah mengangkat
petinggi-petinggi local lalu memberinya upeti (menyuap). Selain itu juga, mereka mengajari
petinggi local tersebut untuk mendapatkan uang dengan cara memeras rakyat dan memakai uang
dari pemerintahan. Hal ini terus menerus ada di negara kita hingga mengakar dan menjadi budaya
buruk yang turun temurun. Tidak hanya korupsi dalam skala besar, kitapun pasti masih sering
melukan korupsi kecil-kecilan misalnya saja korupsi waktu.
Hukum yang Tidak Mengerikan
Bila kita melihat kembali kasus korupsi yang telah terjadi di Negara kita, kita dapat
mengatakan korupsi bukanlah akhir dari segalanya. Kita dapat melihat koruptor masih dapat hidup
enak dan nyaman meskipun di dalam penjara. Atau dengan kata lain, hukuman yang diberikan
kepada koruptor masih sangat kurang mengerikan. Coba kita berkaca pada negara Cina. Cina
melakukan hukuman mati bagi pejabatnya yang melakukan tindakan korupsi, sehingga pejabat di
sana tentu takut untuk melakukan tindakan tersebut. Sebenarnya, hukuman mati sempat menjadi
wacana di Negara kita, tetapi hal ini tidak terjadi sampai sekarang.
Korupsi Merupakan Tindakan Banyak Orang
Korupsi yang terjadi di Indonesia tidak dilakukan oleh seorang individu saja, mereka
memang ditangkap sendirian, seperti yang kita lihat juga di media. Namun sebenarnya korupsi itu
dilakukan dengan sistem yang kuat yang melibatkan banyak sekali orang. Tidak hanya di
perusahaan itu sendiri, sistem itu bahkan dapat juga dijalankan oleh orang-orang yang berlabelkan
penegak hukum. Karena hal itu semua korupsi semakin terlihat menjadi kesalahan yang sepele
yang hukumannya tidak berat.
Kita di sini hanyalah masyarakat biasa, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada orang-
orang di atas kita, kita tidak pernah tahu bagaimana sistem yang telah dibangun oleh orang-orang
tersebut, kita juga tentu akan sulit sekali untuk menghentikan korupsi langsung dari akarnnya. Lalu
apa yang dapat masyarakat biasa seperti kita lakukan agar korupsi dapat terhenti atau setidak-
tidaknya dapat berkurang?
Dilihat dari semua alasan di atas, korupsi dapat terjadi karena kurangnya integritas, rasa
empati, dan kemauan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Dan dilihat dari berbagai alasan di
atas juga, mungkin kita harus sadar, sebenarnya kita tidak dapat berharap terlalu banyak pada
lembaga-lembaga yang disebutkan di atas.
Korupsi ini sebenarnya seperti virus, selama masih ada “media” penyebarnya dia akan tetap
ada dan membudaya. Oleh karena itu cara yang paling mudah yang dapat kita lakukan untuk
memutus rantai korupsi ini adalah dengan terus menanamkan hidup jujur, meningkatkan integritas,
dan mengamali Pancasila mulai dari diri sendiri. Ketika kita sudah melakukan pola hidup seperti
itu, kita akan merasakan bahwa tindakan korupsi sekecil apapun merupakan tindakan yang tidak
dapat dimaafkan, selain itu, ketika kita sudah berusaha sebaik-baiknya, kebaikan kita tentu akan
terpancar sehingga orang-orang di sekitar juga akan melihat, barulah di situ kita dapat
menerapkannya pada kehidupan di luar diri kita sendiri salah satu ciri-cirinya adalah kita berani
berbicara ketika ada yang salah atau berani menegur seseorang ketika tindakannya melawan
hukum, meskipun hal tersebut dirasa dapat membahayakan diri kita.
Jadi, kesimpulan yang dapat diambil, memberantas korupsi tidak hanya dilakukan oleh
lembaga-lembaga yang tercatat di Negara. Memberantas korupsi selalu dimulai dari diri sendiri,
seperti pada kasus virus sekarang ini, jika dianalogikan, lembaga seperti KPK dan lain sebagainya
itu adalah barisan terakhir untuk menuntaskan korupsi, orang yang mengambil andil paling besar
adalah kita sendiri, kita sendirilah yang ada di garda paling depan untuk memberantas korupsi,
maka mulailah berperilaku jujur, berintegritas, dan kembali mengamali Pancasila dalam kehidupan
setiap hari.

Refrensi:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49589230
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5dc22f5834ba6/penjatuhan-pidana-denda-
bagi-koruptor/
https://www.boombastis.com/korupsi-indonesia/48096

Anda mungkin juga menyukai