IPA TERPADU
ZAT ADITIF
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Zat aditif atau zat tambahan makanan merupakan bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan baik dalam memproses, mengolah, mengemas dan menyimpan
makanan. Menurut Peraturan Pemerintah no. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu
dan gizi pangan, yang dimaksud bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.Di
Indonesia pemakaian zat aditif diatur oleh Departemen Kesehatan, sedangkan
pengawasanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengwasan Obat dan makanan
(Dirjen POM).
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat
aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di
definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk :
pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal,
pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah
merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan
dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan
sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari
mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk
bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan
mana yang berbahaya. Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan
tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa,
mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan
lain sebagainya.
b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah
sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang
mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia,
maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada
umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan
lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan,
dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker
pada hewan dan manusia.
b. Zat pemanis
Pemanis alami yang sering dipakai yaitu gula pasir, gula merah, dan juga madu.
Sedangkan zat pemanis sintetis yang sering di gunakan yaitu sakarin, aspartam,
sorbitol dan siklamat. Pemanis sangat sintetis dan cocok di konsumsi oleh
seseorang yang menjalani diet gula, seperti diabetes melitus karena pemanis
sintetis tidak memiliki kalori serta nilai gizi.
d. Zat pewarna
Zat pewarna bisa di bedakan menjadi dua yaitu zat pewarna alami serta zat
pewarna sintetis.
Warna Pewarna Alami Sumber pewarna Pewarna Buatan
Alami
Kuning Kurkumin Kunyit Tartrazin
Hijau Klorofil Daun suji Fast Green,
Lisamine Green
FCF
Orange Bata Karoten Wortel Sunset Yellow
FCF
Merah Kapxantin Cabai merah Eritrosin,
karmiosin
Biru - - Indigotine
Brilliant Blue
Selain itu terdapat juga pewarna nonpangan yaitu pewarna tekstil yang kerap di
salahgunakan untuk pewarna makanan. Seperti Rhodamin B yang memberi warna
merah sedangkan Methanil Yellow yang memberi warna kuning. Penggunaan
pewarna tekstil pada makanan akan mengakibatkan iritasi kulit, iritasi mata,
iritasi saluran pencernaan, keracunan, bahkan kerusakan ginjal.