Anda di halaman 1dari 8

1.

Coba diskusikan tentang "Korupsi sejak dulu sampai sekarang di


Indonesia" diatas. Apa yang bisa Anda petik dari uraian tersebut !

A. Pra-Kemerdekaan

Masa pemerintahan kerajaan : gejala korupsi dan penyimpangan kekuasaan


masih didominasi para kalangan elit bangsawan, sultan dan raja.

Masa kolonial belanda : perilaku korup tidak hanya oleh masyarakat


nusantara, tetapi pada orang belanda, portugis,dan jepang gemar mengorup
hartar-harta korups seperti kebiasaan mengambil upeti (pajak) dari rakyat.
B.Pasca-Kemerdekaan

Era orde lama


Pada era ini, di bawah kepemimpinan Sukarno, tercatat sudah dua kali dibentuk Badan
Pemberantasan Korupsi, namun ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati menjalankannya.
Adapun perangkat hukum yang digunakan adalah Undang-undang Keadaan Bahaya dengan
produknya yang diberi nama Paran (Panitia Retooling Aparatur Negara). Badan ini dipimpin oleh
AH Nasution dan dibantu oleh 2 orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir
yang disediakan istilah sekarang mungkin daftar kekayaan pejabat negara. Dalam
perkembangannya ternyata kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para
pejabat.

Era orde baru


Pada pidato kenegaraan, Pj Soeharto di depan anggota DPR/MPR menjelang hari
kemerdekaan RI tangal 16 Agustus 1967, menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu
memberantas korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana.
Pidato itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke
akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti
komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan
TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan
banyak disorot masyarakat karena diangap sebagai sarang korupsi dan ''pat gulipat''.
Era reformasi

Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau badan
baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya, Abdurrahman
Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin
Hakim Agung Andi Andojo. Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk memberantas
korupsi dari anggota tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya
dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya pemberantasan KKN.

”Berdasarkan dari uraian diatas, menurut kelompok kami sejarah korupsi


dari sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan telah terbukti
bahwasannya korupsi sudah dikenal sejak dulunya yang sudah
membudaya dan menjadi suatu kebiasaan buruk bagi bangsa
Indonesia.Kemudian sudah melekat pada jiwa dan menjadi darah daging
di negara ini, karena itu sangatlah sulit untuk menghilangkan korupsi di
Indonesia karena sudah terbiasa yang lama-kelamaan menjadi suatu
kebiasaan yang sulit untuk di hilangkan.”
2. Sejauh mana menurut pandangan Anda efektivitas peraturan
perundang-undangan di Indonesia dalam pemberantasan korupsi ?

Menurut pendapat kelompok kami keefektifan perundang-undangan di Indonesia belum


sepenuhnya efektif karena masih lemahnya hukum dan peraturan yang berlaku di
Indonesia serta kurangnya pengawasan dari aparat penegak hukum.

Dapat kita lihat korupsi seakan mengakar dalam diri pribadi koruptor itu sendiri, yang
mana bila akarnya dicabut sudah tentu dahannya pun akan ikut mati. Dengan kata lain,
koruptor akan tumbuh subur jika moral dan sistem hukum belum bisa disatukan dan
ditegakan atas rasa keadilan. Keadilan inilah yang menjadi salah satu tolok ukur dalam
menegakan hukum. Sehingga hukum benar-benar diciptakan untuk melindungi
masyarakat dari kejahatan dan juga bersifat represif terhadap pelaku tindak pidana
korupsi. Harus diakui bahwa korupsi di Indonesia sudah menjalar kesegala kehidupan,
kesemua sektor, dan segala tingkatan, baik pusat maupun daerah.
Hal ini disebabkan korupsi telah terjadi sejak puluhan tahun lalu yang dibiarkan saja
berlangsung tanpa diambil tindakan yang memadai dari kacamata hukum khususnya
hukum pidana. Banyaknya orang yang terlibat dan juga adanya sebuah kekuatan besar
dibelakangnya, membuat korupsi menjadi sulit untuk diberantas sampai keakar-
akarnya. Cara yang seperti ini sering dilakoni pelaku untuk melindungi diri dari jeratan
hukum. Kekuatan besar selalu menopangnya sehingga para koruptor tidak takut lagi
akan jeratan hukum. Ditambah lagi adanya guyonan yang menyatakan “asalkan ada
uang semua dapat dibeli”.
Oleh karenanya, diperlukan suatu konsep agar hukum itu dapat
berfungsi dengan efektif sehingga kegiatan yang berhubungan
dengan tindak pidana korupsi dapat dicegah sedini mungkin dan
diberantas habis sampai keakar-akarnya. Ini akan menimbulkan efek
jera kepada para pelakunya ataupun dapat manakuti orang lain agar
tidak malakukan perbuatan korupsi. Namun untuk mencapai hal itu
tidaklah mudah, diperlukan keseriusan seluruh komponen baik
pemerintah, aparat penegak hukum dan masyarakat untuk selalu
berperan aktif jika mengetahui telah terjadinya tindak pidana korupsi
oleh oknum yang menyalahgunakan wewenang yang menyebabkan
merugikan keuangan negara.
3.Sejauh mana peran lembaga penegak hukum dalam pemberantasan
korupsi di indonesia?

Peran lembaga penegakan hukum di Indonesia dalam pemberantasan korupsi masih


lemah Dalam penengakan hukum tindak pidana korupsi. Sehingga diperlukan
aparatur penegak hukum yang terlatih, jujur, berintegrasi dan profesional. Agar
aparat-aparat penegak hukum tersebut dapat membongkar perkara-perkara korupsi
dan berani menindak siapa saja yang salah. Tidak seperti yang terjadi saat ini dimana
para penegak hukum tidak dapat menggunakan sengatnya (kewenangan) ketika
berhadapan dengan tindak pidana yang di aktori oleh petinggi-petinggi atau para
pejabat begara.
Untuk itu perlu kiranya peran serta masyarakat didalam berbagai pengungkapan
tindak pidana ini agar upaya penanggulangan dan penindakannya dapat berjalan
dengan baik, Karena masyarakat merupakan mitra yang terpercaya dalam upaya
penanggulangan korupsi. Sampai saat ini tingkat kejahatan terhadap korupsi
semakin marak terjadi dan kian harinya makin sulit untuk dibendung oleh aparatur
Negara yakni KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang diberikan wewenang
khusus dari Undang-Undang sebagai lembaga hukum yang bertugas memberantras
persoalan korupsi di negeri ini.
4. Apa saran Anda untuk memperkuat lembaga penegak hukum dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia?

Saran dari kelompok kami adalah agar lembaga


penegak hukum di Indonesia lebih menerapkan
sistem yang transparansi serta menindak tegas
oknum pemerintah yang berbuat curang serta
merugikan negara seperti menyalahgunakan jabatan,
uang negara, serta fasilitas negara. Kemudian
meningkatkan dan menjunjung tinggi nilai moral
sesuai idealis negara kita “Pancasila” agar korupsi
dapat kita berantass dengan bersama. Serta
menanamkan kembali pada setiap orang agar dapat
menerapkan nilai-nilai anti korupsi dan tidak
membiasakan berbohong dalam hal sekecil apapun.

Anda mungkin juga menyukai