A. Pra-Kemerdekaan
Dapat kita lihat korupsi seakan mengakar dalam diri pribadi koruptor itu sendiri, yang
mana bila akarnya dicabut sudah tentu dahannya pun akan ikut mati. Dengan kata lain,
koruptor akan tumbuh subur jika moral dan sistem hukum belum bisa disatukan dan
ditegakan atas rasa keadilan. Keadilan inilah yang menjadi salah satu tolok ukur dalam
menegakan hukum. Sehingga hukum benar-benar diciptakan untuk melindungi
masyarakat dari kejahatan dan juga bersifat represif terhadap pelaku tindak pidana
korupsi. Harus diakui bahwa korupsi di Indonesia sudah menjalar kesegala kehidupan,
kesemua sektor, dan segala tingkatan, baik pusat maupun daerah.
Hal ini disebabkan korupsi telah terjadi sejak puluhan tahun lalu yang dibiarkan saja
berlangsung tanpa diambil tindakan yang memadai dari kacamata hukum khususnya
hukum pidana. Banyaknya orang yang terlibat dan juga adanya sebuah kekuatan besar
dibelakangnya, membuat korupsi menjadi sulit untuk diberantas sampai keakar-
akarnya. Cara yang seperti ini sering dilakoni pelaku untuk melindungi diri dari jeratan
hukum. Kekuatan besar selalu menopangnya sehingga para koruptor tidak takut lagi
akan jeratan hukum. Ditambah lagi adanya guyonan yang menyatakan “asalkan ada
uang semua dapat dibeli”.
Oleh karenanya, diperlukan suatu konsep agar hukum itu dapat
berfungsi dengan efektif sehingga kegiatan yang berhubungan
dengan tindak pidana korupsi dapat dicegah sedini mungkin dan
diberantas habis sampai keakar-akarnya. Ini akan menimbulkan efek
jera kepada para pelakunya ataupun dapat manakuti orang lain agar
tidak malakukan perbuatan korupsi. Namun untuk mencapai hal itu
tidaklah mudah, diperlukan keseriusan seluruh komponen baik
pemerintah, aparat penegak hukum dan masyarakat untuk selalu
berperan aktif jika mengetahui telah terjadinya tindak pidana korupsi
oleh oknum yang menyalahgunakan wewenang yang menyebabkan
merugikan keuangan negara.
3.Sejauh mana peran lembaga penegak hukum dalam pemberantasan
korupsi di indonesia?