Anda di halaman 1dari 9

“Peninjauan Tindak Pidana Korupsi berdasarkan Pancasila, Kebudayaan

Nasional, dan Masyarakat Hukum serta Pengaruhnya terhadap Ketahanan


Nasional Indonesia ”

Disusun Oleh:

Shavira Azzahra Gisni Daryono

2006579895

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA

2020
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang:
Korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruption. Corruption memiliki makna kecurangan,
kejahatan, buruk, menyuap, dan merusak. Korupsi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pejabat
publik, baik dari kalangan pemerintah maupun pihak swasta, dengan tujuan untuk memperkaya diri
sendiri dan golongannya secara ilegal dan tidak bertanggung jawab atas jabatan yang telah
dimandatkan kepadanya.1 Bentuk tindakan korupsi sangat beragam, antara lain tindak pencucian
uang, kegiatan suap menyuap, grartifikasi, penggelapan dan pencurian uang negara atau perusahan,
pemerasan dan penyelewengan jabatan , dan lain-lain.2
Akhir-akhir ini, kasus tindak pidana korupsi ( tipikor ) di Indonesia semakin masif dan
merajalela setiap tahunnya. Padahal, Indonesia sudah berupaya keras untuk memberantas korupsi,
melalui lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ). Para pelaku ( koruptor ) bersedia
menghalalkan segala cara demi mencapai kepuasan yang tiada batas. Apalagi, dengan
berkembangnya zaman yang semakin canggih, tindakan yang dilakukan oleh koruptor semakin
terorgansasi dan terencana dengan baik. Hal inilah yang terkadang menyulitkan pihak berwajib untuk
menyelidiki tindak pidana korupsi ini hingga ke akar-akarnya. Salah satu kasus korupsi yang sempat
menggemparkan Indonesia ialah korupsi pembangunan wisma atlet Hambalang. Kasus korupsi ini
sempat menjerat banyak petinggi negara, termasuk anggota DPR. Tidak hanya itu, kasus korupsi ini
ditaksir merugikan uang negara senilai Rp 463,66 miliar. 3 Namun, akhirnya, kasus ini sudah berhasil
ditangani dan dituntaskan oleh pihak berwajib setelah para pelakunya diadili sesuai vonis hukum yang
berlaku di perundang-undangan Indonesia.
Korupsi sangat merugikan banyak pihak, khususnya rakyat dan negara. Uang negara yang
seharusnya dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana demi mewujudkan kesejahteraan
rakyat, malah digunakan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Akibatnya, banyak dari pembangunan
infrastuktur yang terpaksa ditunda bahkan dihentikan. Korupsi juga sangat bertentangan dengan nilai

1
Universitas Atma Jaya Jogjakarta, “Putusan Bebas yang Dijatuhkan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”, e-
journal Universitas Atma Jaya Jogjakarta, hlm.1
2
Miftah Ulhaq, “Bnetuk-Bnetuk Tindak Pidana Korupsi dalam Hukum Positif dan Pandagan Islam Mengenai
Pemanfaatan Harta Hasil Korupsi, http://www.pa-singkawang.go.id/berita/berita-terkini/131-artikel/181-memahami-
korupsi, diakses 19 November 2020
3
Icha Rastika, “ BPK: Kerugian Negara Karena Gagalnya Proyek Hambalang,”
https://nasional.kompas.com/read/2013/09/04/1704522/BPK.Kerugian.Negara.karena.Gagalnya.Proyek.Hambalang.
Diakses 19 Novemebr 2020
dan norma yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Seharusnya, nilai-nilai
tersebut dijiwai dan diimplementasikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan kita. Selain itu, tindak
pidana korupsi juga mengancam keberlangsungan ketananan nasional suatu negara. Apabila
pemimpin di suatu negara terbukti melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme ( KKN ), rasa
kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya semakin luntur. Hal ini dapat menimbulkan keinginan
rakyat untuk menurunkan jabatan penguasa secara paksa melalui tindakan kudeta ataupun makar.
Tindakan tersebut dapat mengancam keutuhan dan kedaulatan suatu negara. Korupsi juga
bertentangan dengan kebudayaan nasional Indonesia. Korupsi bukanlah suatu perilaku yang
berlandaskan akal budi yang baik dan tidak sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat.4
Lemahnya hukum yang mengatur tipikor di Indonesia dan koordinasi antara aparat
pengawasan dan penegakan hukum menjadi penyebab maraknya korupsi di Indonesia.5 Masih banyak
di antara mereka yang cenderung menutup-nutupi tindakan korupsi di lembaganya masing-masing.
Hal ini terjadi karena beberapa pihak yang merasa diuntungkan tersebut takut apabila kebohongannya
terbuka dan mengusik kelangsungan hidunya. Selain itu, sebagian pihak yang tidak bermoral
mengganggap korupsi sebagai suatu tindakan yang sudah biasa terjadi dan seolah-olah telah menjadi
hal yang berbudaya.6Pola pikir inilah yang seharusnya dihapuskan dan diubah. Apabila pola pikir
tersebut tidak diubah, hal ini akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau,
seperti tanpa berpengangan dengan nilai dan norma. Masyarakat tidak lagi memiliki tatanan sosial
yang teratur dan mampu mewujudkan ketertiban di tengah dinamika masyarakat..
B. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana peran serta masyarakat Indonesia sebagai masyarakat hukum dalam memberantas
tindak pidana korupsi?
2. Bagaimana peninjauan tindakan korupsi dalam perspektif budaya Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh terjadinya korupsi di Indonesia terhadap keberlangsungan ketahanan
nasional Indonesia?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam menyikapi korupsi yang marak terjadi
di Indonesia?

4
Arif Khuzaini, “Korupsi Bukan Budaya Bangsa,” https://radarjember.jawapos.com/opini/09/12/2019 /korupsi-
bukan-budaya-bangsa/, diakses 20 November 2020
5
Wicipto Setiadi, “ Penyebab, Hambatan, Bahaya, Upaya Pemberantasan, dan Regulasi Korupsi di Indonesia, “
e-journal Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, hlm4-5
6
Ibid
2.1 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menyikapi Tindak Pidana Korupsi yang Terjadi
di Indonesia

Indonesia memiliki dasar negara dan pandangan hidup berupa pancasila. Pancasila tersebut
dijadikan sebagai pegangan dan landasan dalam melaksanakan setiap sendi-sendi kehidupan
bernegara, termasuk kehidupan sehari-hari masyarkat Indonesia. Di dalam pancasila terdapat lima
sila yang harus dijiwai dan diimplementasikan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Sila pertama ialah Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini juga sesuai dengan pasal 29 UUD 1945
yang mengatakan bahwa Indonesia mengaku adanya Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, setiap
waga negara Indonesia diharuskan untuk memeluk salah satu dari agama yang diakui di Indonesia.
Tidak hanya itu, Indonesia juga menjamin kebebasan setiap waga negaranya untuk memilih
agamanya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.1 Setiap agama mengajarkan kepada
umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun. Salah satunya ialah untuk selalu
bertindak jujur dalam situasi dan kondisi apapun. Korupsi merupakan salah satu tindakan tidak jujur
dan melawan integritas yang ada. Hal ini jelas-jelas dilarang oleh Tuhan. Siapapun yang terbukti
melakukan tindakan korupsi, tidak hanya mendapatkan vonis hukuman di dunia tetapi juga akan
diadili oleh Tuhan ketika di akhirat nanti dan akan mendapatkan dosa yang setimpal

Sila kedua ialah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Korupsi merupakan suatu tindakan
yang biadab karena tidak lagi mempedulikan sisi kemanusiaaan. 2 Secara nyata, para koruptor telah
merampas hak-hak dari rakyat secara sepihak, hanya untuk memenuhi kepuasaannya semata yang
tiada batas. Mereka hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan golongannya tanpa peduli
kerugian besar yang ditimbulkannya setelah itu.

Sila ketiga ialah Persatuan Indonesia. KKN yang dilakukan oleh para penguasa negara dapat
melunturkan rasa kepercayaan rakyat kepada para pemimpinnya. Sebelumnya, rakyat telah
memberikan kepercayaan dan mandatnya kepada pemimpin yang telah ia pilih. Namun, hal ini justru
dinodai oleh tindakan KKN. Akibatnya, hal tersebut memicu rakyat untuk meluapkan rasa
kekecewaannya itu. Rakyat bisa saja memaksa para pemimpin negara yang telah melakukan KKN
untuk mengundurkan diri melalui demo, makar, atau bahkan kudeta. Hal ini dapat memicu
perpecahan kubu di tengah masyarakat dan mengancam keutuhan dan kedaulatan suatu negara.

1
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 29 ayat (2)
2
Angelina Dina, Nilai-Nilai Pancasila dalam Memyikapi Korupsi,” hlm.10
Sila keempat ialah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Para koruptor terbukti telah menyelewengkan dan menyalahgunakan
kekuasaan yang telah rakyat berikan kepadanya melalui pemilu. Selain itu, para koruptor juga
melakukannya atas dasar kepentingan pribadi, bukan kepentingan bersama. Sila kelima ialah
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adanya korupsi memperparah kesenjangan sosial
dan ekonomi di tengah masyarakat. Para koruptor telah merampas hak-hak yang dimiliki oleh rakyat,
seperti hak untuk hidup sejahtera, adil, dan makmur. 3 Uang negara tersebut tidak lagi dialokasikan
dengan baik oleh pemerintah. Seharusnya, anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan
pembangunan yang merata demi mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Akhirnya,
kesempatan rakyat untuk mendapatkan keadilan sosial lenyap seketika Pancasila bersifat
dinamis. Ini berarti implementasi dari setiap nilai-nilai pancasila tidak bersifat kaku dan mengikuti
perkembangan zaman.4 Implementasi nilai pancasila dapat dilakukan dari tingkatan terkecil telebih
dahulu, seperti dimulai dari diri sendiri dan keluarga kecil kita. Apabila setiap individu benar-benar
menjiwai nilai pancasila, kehidupan pun akan berjalan tertib

2.2 Peninjauan Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Kebudayaan Nasional Indonesia

Kebudayaan nasional mencakup segala hal tentang cara berpikir, berpengetahuan, dan
berhukum suatu masyarakat dan menjadi ciri khas (jati diri) masyarakat itu sendiri di suatu bangsa.
Kebudayaan mencakup bahasa, ilmu pengetahuan, teknlogi, ekonomi, hukum (organisasi sosial),
kepercayaan, agama, larangan,dan kesenian.5 Maka dari itu, adanya kebudayaan yang dimiliki oleh
suatu bangsa harus bernilai positif dan tidak bertentangan dengan dasar-dasar nilai yang berlaku di
masyarakat. Tindakan korupsi jelas bertentangan dengan kebudayaan Indoensia karena korupsi
merupakan perbuatan negatif yang hanya mendatangkan kemudaratan bagi banyak pihak.

Di dalam kehidupan sehari-hari, seringkali, tindakan korupsi dianggap biasa oleh sebagian
orang. Mereka melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini terlihat jelas pada
perilaku masyarakat Indonesia yang secara tidak langsung melestarikan kebudayaan tersbut. Pada
zaman feodal, masyarakat Indonesia sudah terbiasa memberikan ‘uang pelicin’ kepada atasannya agar
urusannya dimudahkan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk tindakan korupsi, yaitu suap-

3
Iwan Irawan, “Sila-Sila Pancasila terhadap Korupsi,” https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-
pancasila-terhadap-tindakan-korupsi/, diakses 21 November 2020
4
Amstrong Harefa, “ Pancasila sebagai IdeologI Dinamis,” Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains, dan
Pembelajaran,” 2017
5
Nurdien Harry Kristianto, “Tentang Konsep Kebudayaan,” Jurnal Humanika, Vol.3 No.1 (2016), hlm.2
menyap. Selain itu, pemberian hadiah ataupun bingkisan kepada pihak-pihak tertentu juga termasuk
dalam tindakan korupsi, yaitu pemberian gratifikasi. Namun, hal ini tidak disadari oleh masyarakat
Indonesia. Lama kelamaan, korupsi akan menjadi penyakit akut di masyarat jika terus dibiarkan tanpa
adanya perubahan pola pikir dan tindakan tegas oleh para pihak berwajib. Namun, saat ini, seringkali
ditemukan pejabat penegak hukum yang seharusnya menegakkan keadilan malah melakukan praktik-
praktik hukum yang kurang transparan dan masih kotor. Hal ini sangat menodai kepercayaan
(mandat) dari Tuhan dan rakyat serta mencoreng integritas di dunia peradilan yang seharusnya malah
dijunjung tinggi.

Kebiasaan masyarakat yang secara tidak sadar melakukan tindakan-tindakan korupsi harus
diubah dan dikikis agar moral bangsa bisa terselamatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan megubah
pola pikir dari individu itu sendiri. Kita harus menanamkan kejujuran dimanapun dan kapanpun
karena hal itu merupakan salah satu perintah Tuhan. Segala perilaku kita diwasi oleh Tuhan.
Kejujuran suatu masyarakat akan menjadi modal besar bagi pembangunan suatu negara menuju
kehidupan yang lebih bermoral dan beradab.

2.3 Pengaruh Terjadinya Korupsi di Indonesia terhadap Keberlangsungan Ketahanan


Nasional Indonesia

Adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para penguasa negara dapat mengancam
keberlangsungan ketahanan nasional suatu bangsa. Di bidang politik, suatu kekuasaan yang diperoleh
dengan cara yang tidak benar, seperti dengan melakukan KKN, kekuasaan tersebut tidak akan
6
berjalan dengan langgeng. Hal ini terjadi karena rakyat sudah tidak lagi percaya dengan para
pemimpinnya dan mengakibatkan gesekan serta konflik antara penguasa dengan rakyatnya..
Biasanya, rakyat akan mulai melakukan pembangkangan terhadap pemerintah. Hal ini dapat
mengakibatkan kekacauan dan ketidakstabilan sistem sosial politik di masyarakat. Secara perlahan,
kekuasaan penguasa tersebut dapat jatuh dengan tidak terhormat.

Di bidang ekonomi, adanya korupsi menghambat pembangunan nasional. Dana yang


dikorupsi oleh segelintir orang dapat menjadi kendala bagi pemerintah dalam mewujudkan
pemerataan pembangunan.7 Efeknya pun sangat besar dan saling berakitan satu sama lain. Salah

6
Redasi Komisi Pemberantasan Korupsi, “Politik dan Demokrasi,”, https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-
dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-politik-dan-demokrasi , diakses 18 November 2020
7
Direktorat Pendidika dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan, “ Dampak Sosial Korupsi”,
Modul 3 Integritas, diakses 20 November 2020
satunya ialah meningkatnya kemiskinan dan kebodohan. Rencana pemerintah untuk memberantas
pemerintah dengan memberikan subsidi silang kepada rakyat miskin menjadi terhambat. Selain itu,
anggaran dana BOS dari pemerintah untuk memajukan pendidikan juga tidak dapat terealisasikan dengan
baik. Akhirnya, hal ini berakibat pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Rendahnya SDM
menjadikan suatu negara dapat dipandang sebelah mata oleh negara lain. Hal ini terjadi karena negara
tersebut dianggap tidak berkompeten atau tidak mampu bersaing di lingkup internasional. Kesenjaan
sosial dan ekonomi di masyarakatpun semakin melebar.

Di bidang pertahanan dan keamanan, anggaran dana pemerintah yang seharusnya digunakan
untuk pembelanjaan alutsista seringkali dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Hal
tersebut menjadikan keterbatasan jumlah dan kurangnya pembaruan dalam hal kelengkapan alutsista.
Kurang canggihnya alutsista juga menghambat perkembangan kualitas SDM prajurit TNI dan Polri dalam
mempelajari strategi persiapan menghadapi perang. 8

2.4. Peran Serta Masyarakat Indonesia sebagai Masyarakat Hukum dalam Memberantas Tindak
Pidana Korupsi

Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945, setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia haruslah berlandakan dan sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Secara tidak
langsung, hal ini juga mengartikan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat hukum. Dalam
memberantas tindak pidana korupsi, pemerintah tidak bisa mewujudkannya sendirian. Pemerintah
membutuhkan kontribusi, peran serta, dan dukungan dari masyarakat Indonesia. Pemerintah dan rakyat
harus saling bersinergi demi mewujudkan negara yang bebas dan bersih dari tindak pidana korupsi.
Kontribusi masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, antara lain melakukan pencarian,
mengumpulkan serta memberikan informasi, data, dan bukti tipikor dengan penuh kejujuran dan tanggung
jawab, kepada pihak yang berwajib. Dalam hal ini, masyarakat yang melakukan pelaporan akan mendapat
perlindungan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ( LPSK ) dan dijamin kerahasiaan serta
keamanannya. Tidak hanya itu, para pelapor tipikor juga akan mendapatkan apresisasi serta penghargaan
dari pemerintah. Apresiasi ini sebagai ungkapan terimakasih atas jasanya dalam menegakkan kebenaran,
khususnya memberantas korupsi.9 Sebagai warga negara yang baik, kita jangan pernah takut dan ragu
untuk melaporkan setiap tipikor yang berada di sekitar kita.

8
Redasi Komisi Pemberantasan Korupsi, “Dampak Korupsi terhadap Pertahanan dan Keamanan,” https://aclc.
kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-pertahanan-dan-keamanan, diakses
18 November 2020
9
Felicia Regina, “Peran Masyarakat dalam Memberantas Korupsi” https://www.kompasiana.com/felrss26
/5bfec995c112fe63ee375005/peran-masyarakat-dalam-pemberantasan-korupsi, diakses 18 November 2020
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Tindak pidana korupsi harus diberantas dan dimusnahkan dari kehidupan masyarakat.
Kebiasaan masyarakat yang terbiasa melakukan tindakan-tindakan tidak jujur lama kelamaan akan
mengakar dan merusak generasi penerus bangsa. Korupsi tidak dapat dibenarkan dan bertentangan
oleh ajaran apapun, baik ajaran agama, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, dan kebudayaan
masyarakat karena korupsi merupakan perbuatan negatif yang hahya mendatangkan kesengsaraan
bagi banyak pihak. Pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan oleh pemerintah secara sendirian.
Dalam hal ini diperlukan kontribusi dan person serta dari masyarakat Indonesia. Perilaku korupsi
disebabkan oleh adanya pola pikir yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah
dimilikinya saat ini. Pola pikir ini harus mulai diubah agar moral bangsa bisa terselamatkan,. Kita
dapat memulainya darinhal-hal kecil, seperti membiasakan diri untuk bertindak jujur dimanapun
dan kapanpun karena segala perilaku kita selalu diawasi oleh Tuhan. Rasa takut akan melanggar
perintah Tuhan akan menghindarkan individu dari tindakan yang tidak jujur. Apabila hal tersebut
sudah dibiasakan, segala sendi kehidupan bernegara akan dijauhkan dari praktik-praktik kotor
Tindakan koruosi juga akan memecah belah suatu bangsa. Kedauatan dan kesatuan suatu negara
dapat terancam keutuhannya. Hal ini karena rakyat sudah tidak percaya lagi dengan pemimpinnya.
Rakyat seperti akan kehilangan nahkodanya dan kehidupan pun akan menjadi kacau karena
kehilangan arah dan nilai. Maka dari itu, kita harus membiasakan diri untuk selalu berbuat jujur.
Kita harus memulainya dari hal-hal kecil terlebih dahulu karena dari hal kecil itulah suatu pondasi
moral akan terbentuk.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis bersedia menerima segala masukan, kritik, serta saran agar dapat membangun tulisan ini
lebih baik lagi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan
bagi para pembacanya
Daftar Pustaka

Redasi Komisi Pemberantasan Korupsi, “Politik dan Demokrasi,”, https://aclc.kpk.go.id


/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-politik-dan-
demokrasi , diakses 18 November 2020
Redasi Komisi Pemberantasan Korupsi, “Dampak Korupsi terhadap Pertahanan dan Keamanan,”
https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-
terhadap-pertahanan-dan-keamanan, diakses 18 November 2020

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945

Amstrong, Harefa, “ Pancasila sebagai Ideologi Dinamis,” Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora,
Sains, dan Pembelajaran,” 2017

Felicia, Regina. “Peran Masyarakat dalam Memberantas Korupsi” https://www.


kompasiana.com/felrss26/5bfec995c112fe63ee375005/peran-masyarakat-dalam-
pemberantasan-korupsi, diakses 18 November 2020
Kristianto, Harry Nurdin. “Tentang Konsep Kebudayaan,” Jurnal Humanika, Vol.3 No.1 (2016)

Khuzaini, Arif. “Korupsi Bukan Budaya Bangsa,” https://radarjember.jawapos.


com/opini/09/12/2019 /korupsi-bukan-budaya-bangsa/, diakses 20 November 2020
Setiadi, Wicipto. “ Penyebab, Hambatan, Bahaya, Upaya Pemberantasan, dan Regulasi Korupsi di
Indonesia, “ e-journal Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Universitas Atma Jaya Jogjakarta, “Putusan Bebas yang Dijatuhkan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi”, e-journal Universitas Atma Jaya Jogjakarta, hlm.1
Ulhaq,Miftah. “Bnetuk-Bnetuk Tindak Pidana Korupsi dalam Hukum Positif dan Pandagan Islam
Mengenai Pemanfaatan Harta Hasil Korupsi, http://www.pa-
singkawang.go.id/berita/berita-terkini/131-artikel/181-memahami-korupsi, diakses 19
November 2020
Rastika,Icha. “ BPK: Kerugian Negara Karena Gagalnya Proyek Hambalang,”
https://nasional.kompas.com/read/2013/09/04/1704522/BPK.Kerugian.Negara.karena.Ga
galnya.Proyek.Hambalang. Diakses 19 Novemebr 2020

Anda mungkin juga menyukai