Anda di halaman 1dari 35

TUGAS UAS MATA KULIAH PANCASILA

REVIEW JURNAL TENTANG KORUPSI DAN DISINTEGRASI BANGSA


Dosen pengampu:
Mohammad Yahya,S.Ag,M.Pd.I.

Nama : Khoiron Dimiati


Nim: 224101040001
Prodi : PGMI
Kelas : D4
No.Absen : 14
Semester : 1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DESEMBER 2022

PANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM BAGI ANTI KORUPSI


DAN MENJUNJUNG HAK ASASI MANUSIA
Widi Nugrahaningsih, SH., MH
Manajemen Informatika, STMIK Duta Bangsa Surakarta
widinugrahaningsih@ymail.com
Indah Wahyu Utami, ST., M.Si
Teknik Informatika, STMIK Duta Bangsa Surakarta
indahprimagama@yahoo.com
ABSTRAK
Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang perlu dihadapi oleh negara Indonesia. Korupsi
telah merugikan bangsa dan negara, bahkan dianggap sebagai suatu kejahatan luar biasa. Korupsi
sendiri memiliki arti suap, busuk, dan sebagainya. Korupsi telah mengurangi hak asasi yang
dimiliki oleh masyarakat indonesia, misalnya hak mendapatkan kesejahteraan dalam bidang
pendidikan, kesehatan, kehidupan yang layak, perlindungan hukum dan sebagainya. Indonesia
telah memiliki kebijakan yang mengatur mengenai pemberantasan korupsi, bahkan dengan
adanya hukuman mati bagi para koruptor. Hal tersebut sampai saat ini belum maksimal untuk
memberantas korupsi.
Indonesia Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dengan mendasarkan pada moral
dan nilai-nilai budaya asli masyarakat Indonesia, hal ini dapat dipergunakan untuk memberantas
korupsi dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dasar moral yang tertuang dalam
sila-sila Pancasila dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945, Pasal 27, Pasal28, Pasa l30, yang
didalamnya membahas mengenai jaminan hak asasi manusia. Nilai dalam silasila Pancasila yang
mengedepankan pada pembentukan moral untuk bebas dari korupsi di Indonesia, didasarkan
pada nilai dasar; nilai instrumental; nilai praksis. Dengan demikian, hak asasi bagi masyarakat
indonesia terpenuhi, tanpa harus menghilangkan salah satu pihak kehilangan hak asasi manusia.
Kata kunci: Pancasila, anti korupsi, HAM
A. PENDAHULUAN untuk memberantas tindak pidana
korupsi. Bahkan telah ada lembaga untuk
Salah satu issue terbesar untuk
memberantas korupsi. Namun sejauh ini,
dituntaskan oleh negara Indonesia yaitu
justru para penegak hukumlah yang
korupsi. Korupsi telah muncul disegala
melakukan tindakan korup. Bahkan
aspek kehidupan negara indonesia.
kejaksaan dianggap sebagai lembaga
Bahkan dari sektor terkecilpun korupsi
paling korup. Kenyataannya, dapat dilihat
bisa saja terjadi. Seiring berjalannya
bahwa masih banyak kasuskasus korupsi
waktu dan perkembangan kehidupan
yang belum tuntas, hal ini menjadi
masyarakat, kini korupsi makin luas
indikator bahwa lembaga yudikatif
dalam hal bentuk-bentuknya, serta
Indonesia belum dapat maksimal untuk
metode tindak pidana korupsi. Korupsi
memberantas tindak pidana korupsi.
yang makin berkembang bentuk dan
Apabila hal ini makin berlanjut, maka
metode tersebut, menjadikan korupsi
dapat berdampak pada berkurangnya rasa
sebagai masalah negara yang sangat
kepercayaan masyarakat terhadap
masif.
lembaga hukum di Indonesia untuk
Masalah korupsi yang dihadapi oleh memberantas korupsi.
pemerintah Indonesia, paling banyak
Korupsi merupakan suatu tindakan
terjadi yaitu pada sektor publik. Korupsi
yang dapat dikategorikan sebagai
dianggap sebagai masalah sosial yang
tindakan melanggar hak asasi manusia
serius, oleh sebab korupsi ini muncul
(HAM). Dikatakan melanggar HAM oleh
tidak hanya disebabkan adanya celah
karena korupsi dapat mengakibatkan hak
hukum yang ada, namun lebih kepada
orang lain terrampas, misalnya hak untuk
proses keadaan sosial masyarakat.
mendapatkan kesejahteraan
Kebiasaan masyarakat yang mendorong
(kesejahteraan kehidupan yang layak
memunculkan korupsi, menjadikan
mencakup pendidikan, tempat tinggal,
seseorang untuk mau tidak mau
fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya).
dihadapkan pada hal yang secara tidak
Pada dasarnya, HAM telah diatur dalam
langsung menharuskan untuk melakukan
Pancasila sebagai sumber hukum
tindakan-tindakan yang masuk dalam
Indonesia, yang kemudian dituangkan
bentuk-bentuk korupsi. Kebiasaan
dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945,
masyarakat tersebut misalnya ada
telah menyatakan bahwa Indonesia
kebiasaan “ewuh pekewuh” (rikuh) di
adalah negara hukum, yang kemudian
kalangan masyarakat jawa. Inilah salah
pada pasal 28 dan pasal 28a-28j
satu celah yang dapat mendorong
dijabarkan mengenai perlindungann
terjadinya korupsi dalam bentuk suap
HAM bagi seluruh masyarkat Indonesia.
atau gratifikasi.
Namun demikian tindakan korupsi tetap
Indonesia telah memiliki sistem terjadi dan bahkan meluas, korupsi juga
hukum positif yang mengakomodasi
telah dilakukan dengan cara terorganisir B. PENGERTIAN KORUPSI
serta sistematis.
Ada berbagai anggapan dan
Dalam pembentukan sistem hukum pengertian korupsi yang dikemukakan
di Indonesia, Pancasila sebagai sumber oleh masyarakat. Ada beberapa
dari segala sumber hukum. Pancasila masyarakat menganggap bahwa korupsi
adalah sumber hukum moral bagi bangsa adalah suatu tindakan penggelapan uang
Indonesia, yang diharapkan dapat negara, adapula yang mengartikan bahwa
meminimalisir terjadinya tindakan korupsi adalah tindakan mencuri hak
korupsi. Hal ini mengacu pada negara rakyat. Berbagai pendapat masyarakat
korea selatan, China, dan Jepang, yang tersebut tidaklah salah. Sesungguhnya
memilih menanamkan nilai-nilai moral korupsi berasal dari bahasa latin
dan kebudayaan yang ada dalam diri corruptio. Dan dari bahasa Arab rasuah
bangsa dan negaranya, untuk yang memiliki arti suap.
meminimalisir terjadinya tindakan
Muhammad Ali menguraikan
korupsi. Terdapat pendapat dari Sidarto
mengenai pengertian korupsi;
Danusubroto, bahwa pendidikan
moralitas dan budaya ditanamkan sejak 1. Korup: artinya busuk, suka menerima
dini seperti halnya di negara korea suap/sogok, memakai kekuasaan untuk
selatan, Cina dan Jepang. Meskipun di kepentingan sendiri.
era globalisasi, tetapi masih mempunyai 2. Korupsi: artinya perbuatan busuk
karakter bangsa. Ketiga negara tersebut seperti penggelapan uang, penerimaan
mendidik rakyatnya untuk disiplin, uang sogok.
sopan, kerja keras, bertanggung jawab, 3. Koruptor: artinya orang yang
sehingga tingkat korupsinya kecil. melakukan korupsi.
Indonesia memiliki Pancasila Dengan demikian arti kata korupsi
sebagai sumber dari segala sumber adalah suatu yang busuk, jahat dan
hukum. Yang didalamnya memuat merusak. Sedangkan korupsi menurut
mengenai dasar-dasar moral dan karakter Juniadi Suwartoyo, korupsi adalah
yang seharusnya dimiliki bangsa tingkah laku atau tindakan seseorang atau
Indonesia, meskipun jaman makin lebih yang melanggar norma-norma yang
berkembang. Pancasila menjadi suatu berlaku dengan menggunakan dan/atau
dasar moral dan karakter yang diambil menyalahgunakan kekuasaan atau
dari budaya dan kemurnian bangsa kesempatan melalui proses pengadaan,
Indonesia untuk bertindak. Karena nilai- penetapan pungutan, penerimaan atau
nilai yang terkandung dalam sila-sila pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang
Pancasila merupakan kristalisasi dari dilakukan pada kegiatan penerimaan
kebudayaan dan kepribadian luhur dan/atau pengeluaran uang atau
bangsa Indonesia. Pancasila sudah kekayaan, penyimpanan uang atau
menjadi bagian dari proses tatanan kekayaan serta dalam perizinan dan atau
kehidupan bermasyakat, berbangsa dan jasa lainnya dengan tujuan keuntungan
bernegara sehingga sudah tepat jika pribadi atau golongannya sehingga
Pancasila merupakan kepribadian bangsa.
langsung atau tidak langsung merugikan berbagai kegiatan pemerintahan yang
kepentingan dan atau keuangan negara. menyangkut kepentingan masyarakat.
Wujudnya dapat berupa jasa
Sedangkan menurut baharudin lopa,
kesejahteraan masyarakat (Pendidikan,
memberikan pengertian korupsi adalah
perumahan, pertanian, listrik, dan lain
suatu tindak pidana penyuapan dan
sebagainya), perangkat undang-undang
perbuatan melawan hukum yang
(perpajakan, pengendalian harga, dan
merugikan atau dapat merugikan
sebagainya), serta jasa (SIM, KTP,
keuangan negara atau perekonomian
sertifikat tanah, surat izin,dls )
negara, merugikan kesejahteraan atau
2. Korupsi terrencana, ruang lingkupnya
kepentingan rakyat. Menurut UU No.31
berhubungan dengan tujuan-tujuan
Tahun 1999 tentang pemberantasan
politis, bentuk ini sengaja
tindak pidana korupsi, Korupsi adalah
direncanakan bagi keperluan
perbuatan melawan hukum dengan
operasional pemerintahan yang
memperkaya diri sendiri atau orang lain
memang tidak dibiayai oleh anggaran
dengan menyalahgunakan kewenangan,
(akan nampak apabila berhubungan
kesempatan atau sarana yang ada
dengan suatu pemilihan, isu politik
padanya karena jabatan atau kedudukan
uang paling utama terjadi)
yang dapat merugikan orang lain atau
3. Korupsi pembangunan, ruang
negara. Selanjutnya, yang dapat dijerat
lingkupnya berhubungan dengan
dalam tindak pidana korupsi yaitu setiap
fungsi pemerintahan sebagai pengatur
orang yang secara melawan hukum
perekonomian yang memiliki peran
melakukan perbuatan memperkaya diri
penting dalam pemerintah sebagai
sendiri atau orang lain atau sesuatu
pengatur perekonomian yang memiliki
korporasi yang dapat merugikan
peran penting dalam berhubungan
keuangan atau perekonomian negara.
dengan para pengusaha, usahawan,
Bentuk-bentuk tindakan korupsi yang
importir, eksportir, produsen,
makin beragam, dapat di uraikan sebagai
penyalur, dan sebagainya.
berikut:
C. KONSEP HAM
1. Kerugian keuangan negara Pembahasan mengenai HAM,
2. Suap menyuap tentulah perlu melihat bahwa HAM
3. Penggelapan dalam jabatan merupakan suatu hak yang hakiki yang
4. Pemerasan dimiliki oleh setiap orang dibelahan bumi
5. Perbuatan Curang manapun termasuk Indonesia sejak
6. Benturan kepentingan dalam kemunculan manusia didunia. Dan hak
pengadaan tersebut merupakan pemberian dari
7. Gratifikasi Tuhan yang maha Esa. HAM ada bukan
karena diberikan oleh masyarakat atau
Armen Yasir juga menguraikan kebaikan dari negara, melainkan
mengenai bentuk-bentuk korupsi, yang berdasarkan martabatnya sebagai
ada dalam kehidupan sehari-hari; manusia. Setiap orang berhak memiliki
1. Korupsi epidemis: ruang lingkupnya hak asasi, di samping agar keabsahanya
berhubungan langsung dengan terjaga dalam eksistensi kemanusiaan,
juga terdapat kewajiban yang sungguh- martabat manusia sebagai makhluk
sungguh untuk dimengerti, dipahami, dan Tuhan yang maha esa, dengan segala hak
bertanggung jawab untuk dan kewajiban yang dibawanya. Selain
memeliharanya. dalam silasila Pancasila dan pembukaan
HAM merupakan hak yang UUD 1945, Hak asasi manusia juga
fundamental, dan sudah menjadi terdapat dalam batang tubuh UUD 1945
kewajiban negara untuk menberikan khususnya dalam Pasal 27, Pasal 28,
jaminan HAM bagi seluruh warga Pasal 29, Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat
negaranya. Pada realisasinya, HAM (1) dan ayat (2). Dari hal tersebut, dapat
memerlukan aktualisasi yang perlu di dilihat bahwa Indonesia memberika
implementasikan. Hal ini melihat dari kedudukan yang tinggi dan mulia atas
kebutuhan hak masyarakat dalam potensi dan martabat manusia.
menjalani kehidupan sehari-hari yang Selanjutnya ajaran HAM berdasarkan
semakin berkembang seiring negara hukum Pancasila dijiwai dan
perkembangan dan perubahan jaman. dilandasi asas normatif theismereligious:
HAM dapat diklasifikasi sebagai berikut; 1. Bahwa, HAM adalah karunia dan
1. Derogable Right; yaitu hak yang anugerah maha pencipta. Ada dalam
masih dapat ditangguhkan atau sila 1 dan sila 2 Pancasila. Ini
dibatasi atau dikurangi oleh Negara sekaligus amanat untuk menikmati dan
dalam kondisi tertentu Contoh: Hak mensyukuri kodrat manusia.
Ekonomi Sosial Budaya 2. Bahwa, menegakkan HAM senantiasa
a) Hak untuk bekerja berdasarkan asas keseimbangan
b) Hak untuk membentuk & ikut dengan kewajiban asasi manusia.
organisasi Yang artinya HAM akan dapat
c) Kebebasan menyatak an ditegakkan hanya dengan berkat
pendapat (umat) manusia yang menunaikan
2. Non Derogable Right; yaitu hak yang kewajiban asasi manusia sebagai
tidak dapat ditangguhkan atau dibatasi amanat sang pencipta, sebagai
atau dikurangi oleh negara walaupun integritas moral martabat manusia.
dalam keadaan darurat. Contoh: Hak 3. Kewajiban asasi manusia berdasarkan
sosial politik filsafat pancasila adalah:
a) Hak hidup a) Manusia wajib mengakui sumber
b) Hak bebas dari perbudakan HAM adalah dari Tuhan yang maha
c) Hak diakui didepan hukum esa yang menganugerahkan dan
Indonesia sebagai negara hukum, telah mengamanatkan potensi
menjunjung tinggi HAM yang kepribadian jasmani dan rohani
diwujudkan dalam Pancasila dan UUD sebagai martabat luhur
1945. Perwujudan tersebut berupa adanya kemanusiaan.
”kemanusiaan yang adil dan beradab” b) Manusia wajib mengakui dan
Pembukaan UUD 1945 sekaligus sila ke- menerima kedaulatan maha
2 Pancasila tersebut memberikan pencipta atas semesta, termasuk
penekanan bahwa negara Indonesia atas nasib dan takdir manusia.
menjunjung dan mengakui harkat dan
c) Manusia wajib berterimakasihh dan hukum di Indonesia. Yang menjadi hal
berkhidmat kepada maha pencipta, pokok dalam mengisi kemerdekaan
atas anugerah dan amanat yang tersebut yaitu meningkatkan kemajuan
dipercayakan kepada (kepribadian negara Indonesia dalam segala bidang.
manusia). Mengenai kesejahteraan dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan
Sedangkan Albert Hasibuan, memberikan
pertahanan keamanan. Salah satu untuk
pemahaman mengenai HAM dalam negara
mempertahankan eksistenti negara
hukum Pancasila, didasarkan pada:
Indonesia yaitu dengan memberantas
1. HAM dipahami dalam terminologi korupsi yang merupakan suatu masalah
hubungan atau relationship. Hak harus yang sangat masif di Indonesia. Dampak-
dilihat dalam hubunganya dengan dampak korupsi yang menyentuh segala
masyarakat secara keseluruhan, dan aspek, bahkan mengurangi implementasi
pada saat yang sama masyarakat atau dari sumber hukum indonesia untuk
suatu komunitas berhubungan dengan melindungi hak-hak asasi manusia
hakhak seseorang individu. seluruh masyarakat, khususnya hak untuk
2. Dalam pengembangan hak asasi mendapatkan kesejahteraan.
manusia, berarti menerima adanya Perlu sistem hukum yang dapat
kewajiban atau tanggung jawab mengakomodasi suatu tindak pidana yang
manusia, hak asasi manusia tidak dapat telah dianggap kejahatan luar biasa oleh
dibicarakan tanpa adanya implikasi pemerintah saat ini. Kebijakan berupa
langsung dari kewajiban masyarakat undangundang tentang tindak pidana
untuk menghormati hak asasi manusia. korupsi yang saat ini telah manyatakan
3. HAM harus dipahami sebagai suatu adanya hukuman mati untuk para
kesatuan yang tidak dapat dipisah- koruptorpun senyatanya tidak membuat
pisahkan. Pemahaman ini menunjukkan para pelaku korupsi takut melakukan
bahwa pada akhirnya hanya ada suatu korupsi. Keadaan ini dapat ditelaah
hak, yaitu hak untuk menjadi manusia, bahwa adanya hukuman mati bagi para
atau right to be human. koruptor sesungguhnya juga merupakan
D. PANCASILA SEBAGAI SUMBER pengurangan hak asasi manusia dalam
HUKUM UNTUK MEMBERANTAS bidang hak hidup. Hal ini dikarenakan
KORUPSI DAN MENJUNJUNG HAK acuan negara Indonesia dalam pembuatan
ASASI MANUSIA. kebijakan mengacu pada Kitab undang-
Indonesia merupakan negara yang undang hukum pidana, yang merupakan
telah merdeka, dan saat ini perlu adanya peninggalan kolonial belanda.
suatu sistem hukum yang dapat Dari hal ini, perlu suatu kaidah yang
memberikan kepastian eksistensinya progresif seperti yang dinyatakan oleh
sebagai negara yang merdeka. Bahkan Karl Von Savigny bahwa hukum itu tidak
untuk mempertahankan kemerdekaan, dibuat, melainkan tumbuh dan
indonesia telah memiliki sumber hukum berkembang bersama masyarakat (das
yang mumpuni, berupa Pancasila, yang rech wird gemacht, est ist und wird mit
sejak awal kemerdekaan hingga detik ini dem volke). Oleh karena itulah Indonesia
menjadi sumber dari segala sumber perlu membangun sistem hukum yang
mengedepankan dasar moral yang berasal sesungguhnya menjadi batu uji apakah
dari budaya bangsa Indonesia. Moral nilai dasar dan nilai instrumental itu
dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai benar-benar hidup dalam masyarakat
kejujuran dan dedikasi pengabdian bagi indonesia. Misalnya kepatuhan
bangsa dan negara. masyarakat terhadap hukum atau
Pancasila sebagai dasar falsafah penegakan hukum. Selanjutnya,
Indonesia memberikan konsekuensi logis dengan dasar nilai ±nilai pancasila,
berupa segala bentuk aturan hukum yang sistem hukum nasional Indonesia
ada di indonesia didasarkan Pancasila. sudah seharusnya dibangun dengan
Hukum positif yang ada di indonesia, dasar sebagai berikut:
tidak boleh bertentangan dari nilai-nilai 1. Ketuhanan yang maha esa, artinya
Pancasila. Perlu diingat bahwa bahwa dalam pembentukan hukum
keberadaan Pancasila sebagai falsafah di Indonesia harus dilandasi oleh
bangsa indonesia, dibentuk dan diambil nilai-nilai ketuhanan atau
dari kebudayaan dan kebiasaan murni keagamaan. Selain itu juga, dalam
bangsa Indonesia. Selanjutnya nilai-nilai setiap pembentukan hukum harus
Pancasila dijabarkan dalam UUD 1945 ada jaminan bagi kebebasan dan
sebagai dasar Konstitusi negara tidak boleh ada hukum yang
Indonesia, yang kemudian diturunkan mengistimewakan dan melandaskan
pada peraturanperaturan perundangan pada salah satu agama tertentu dan
lain yang ada dibawahnya. Dengan mengantikritik agama yang lain.
demikian, pancasila sebagai tolok ukur Diperlukan adanya toleransi dalam
segala tindakan pemerintah dalam kehidupan beragama.
membuat kebijakan, dan masyarakat 2. Kemanusian yang adil dan beradab,
dalam melakukan tindakantindakan artinya bahwa dalam setiap
kehidupan sehari-hari. pembentukan hukum harus ada
Cita hukum pancasila dalam jaminan dan penghormatan hak-hak
membangun sistem hukum, mempunyai asasi manusia. Karena hak asasi
tiga nilai sebagai berikut: manusia (HAM) adalah hak dasar
1. Nilai Dasar; yaitu asas-asas yang yang dimiliki dan melekat pada diri
diterima sebagai dalil yang sedikit manusia sejak lahir. Sehingga
banyak mutlak. Nilai dasar Pancasila diperlukan jaminan terhadap
tersebut adalah keTuhanan, perlindungan HAM.
kemanusiaan, persatuan, nilai 3. Persatuan Indonesia, artinya bahwa
kerakyatan, nilai keadilan. dalam setiap pembentukan hukum
2. Nilai Instrumental; yaitu pelaksanaan harus memperhatikan persatuan
umum dari nilai-nilai dasar terutama atau integritas bangsa dan negara.
berbentuk norma hukum yang Dalam pembentukan hukum tidak
selanjutnya dikristalisasikan dalam bolah mengakibatkan perpecahan
peraturan perundangundangan. (disintegrasi) dan memecah belah
3. Nilai Praksis, nilai praksis bangsa dan negara.
sesungguhnya menjadi batu uji apakah 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh
nilai kenyataan. Nilai praksis hikmat dalam permusyawaratan
perwakilan. Berarti bahwa, dalam hukum di Indonesia dapat memberikan
setiap pembentukan hukum, harus bangunan sistem hukum, yang bebas dari
mengedepankan nilai-nilai korupsi serta tetap menjunjung tinggi hak
demokrasi yang melibatkan semua asasi manusia bagi seluruh warga negara
unsur yang ada di negara baik Indonesia. Cara Pancasila sebagai sumber
pemerintah leggislatif maupun hukum membentuk sistem hukum, yaitu
masyarakat. Hal ini seperti asas dengan mendasarkan seluruh kebijakan
dalam demokrasi, yaitu adanya nasional berdasarkan moral dan
keikutsertaan masyarakat dalam karakteristik asli bangsa Indonesia.
pembuatan keputusan politik. Sehingga korupsi dapat dicegah bukan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat karena adanya hukuman mati dalam
Indonesia. Artinya bahwa, dalam undang-undang, namun korupsi dapat
pembentukan hukum nasional harus dicegah oleh karena bangunan moral dan
bertujuan untuk memberikan bentukan moral yang ada dalam
keadilan dan kesejahteraan bagi Pancasila. Disinilah letak Pancasila
seluruh rakyat indonesia. dalam memberantas korupsi dengan tetap
Kesejahteraan tersebut meliputi menjunjung tinggi Hak asasi masnusia.
berbagai aspek kehidupan yang ada F. DAFTAR PUSTAKA
di negara Indonesia. Armen Yasir, 2007. Penanggulangan
Selanjutnya nilai-nilai Pancasila Masalah Korupsi Dari Perspektif
yang melandaskan moral dalam Ketatanegaraan. Bandar Lampung:
kehidupan berbangsa dan bernegara Makalah Pada Seminar Dies Natalis Ke
tersebut kemudian diimplementasikan 42 Universitas Lampung, 6-7 September
kedalam norma-norma hukum. 2007.
Pembangunan sistem hukum melalui Bagir Manan, dkk, 2006. Perkembangan
Pancasila sebagai dasar falsafah dalam Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi
pemberantasan korupsi sekaligus Manusia di Indonesia. Bandung: PT.
memberikan perwujudan hak asasi Alumni.
manusia bagi masyarakat korban korupsi Baharudin, Lopa, 1997. Masalah Korupsi
serta hak asasi manusia bagi pelaku Dan Pemecahannya. Jakarta: Kipas Putih
korupsi dalam menjalankan kewajiban Aksara.
mereka dalam kehidupan berbangsa dan Kemendikbud RI Dirjen Dikti. 2013.
bernegara. Pancasila dapat memberikan Pendidikan Anti Korupsi Untuk
kepastian hukum dan memberikan Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemendikbud,
bangunan sistem hukum untuk DIKTI.
memberantas korupsi dengan tetap Majda El-Muhtaj. 2006. Hak Asasi
melihat nilai-nilai hak asasi manusia yang Manusia Dalam Konstitusi Indonesia.
melekat pada seluruh warga negara Jakarta: Prenada Media Grup.
Indonesia. Teguh Prasetyo dan Abdul Halim
E. PENUTUP Barkatullah. 2012. Filsafat, Teori dan
Dari seluruh pemaparan diatas, maka Ilmu Hukum; Pemikiran Menuju
dapat disimpulkan bahwa Pancasila Masyarakat yang Berkeadilan dan
sebagai sumber dari segala sumber
Bermartabat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Teguh Prasetyo. 2013. Hukum Dan
Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Suseno, Franz Magnis. 2004. Etika
Politik. Jakarta: PT Gramedia Group.
Winarno. 2012. Pendidikan Pancasila Di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Yuma
Pustaka
Korupsi Sebuah kerusakan yang marak di lakukan oleh para petingi-petinggi
negara dengan berkenaan pakain rapi penuh wibawa tapi tindakanya merugikan
semuanya. Tentu korupsi bukanlah hal yang kecil, Korupsi sendiri memiliki arti suap,
busuk, dan sebagainya. dengan banyaknya para koruptor yang menggerigiti sedikit demi
sedikit untuk kepuasan pribadi. Rakyat kecil menjadi semakin ingin mencambuk tapi
apalah daya yang tidak bisa apa-apa, wakil rakyat yang semestinya mendengarkan
keluhan rakyat malah tidak ada ruang untuk berpendapat sungguh asik negara ini untuk
kami yang terlalu dini. Pastinya para pejabat dulunya juga di cekoki sebuah Pendidikan
pancasila.
Penyelenggara Pendidikan pancasila di perguruan tinggi merupakan kebijakan
yang tidak serta merta untuk diimplementasikan. Keadaan tersebut terjadi karena dasar
hukum yang mengatur berlakunya Pendidikan pancasila di perguruan tinggi khususnya.
Mata kuliah Pendidikan pancasila lebih memfokuskan dalam pembinaan pemahaman dan
penghayatan mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian di
harapkan menjadi roh dalam pembentukan jati diri mahasiswa guna pengembangan jiwa
personalitasnya.1
Indonesia pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Menjadi dasar
negara kesatuan republic Indonesia. Pembentukanya penuh dengan rasa keyakinan
hubungan antara jagad alam semesta dan tuhan menjadi satu kesatuan untuk kedaulatan.
Dengan mendasarkan pada moral dan nilai-nilai budaya asli Indonesia, inilah yang
dipergunakan untuk memberantas korupsi dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Korupsi bukanlah sebuah issue. Jangan pernah berlindung di belakang kata issue,
semua nyata terlihat ada bahkan seperti raja yang terfasilitasi di setiap keadaan
sempitnya. Korupsi telah muncul di berbagai aspeknya yang semakin luas serta metode
tindak pidana korupsi perlu untuk di tuntaskan oleh negara. Jangan sampai menjadi
masalah negara yang berskala tinngi dan membesar.
Korupsi paling banyak banyak terjadi di sector publik di anggap masalah social
yang serius, oleh karena itu korupsi muncul tidak hanya disebabkan karena adanya celah
hukum, namun lebih kepada proses keadaan social masyarakat. Sudah menjadi sebuah
kebiasaan yang bahkan dilestarikan. Mendorong memunculkan seseorang untuk
melakukan Tindakan-tindakan yang masuk dalam bentuk-bentuk korupsi.
Pencapaian etika dalam usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya
fikiranya dalam pemecahan masalah setiap kehidupan, Tindakan yang terbaik mengarah
kepada kebenaran, kebaikan dan ketepatan. Etika secara luas tidak hanya berbicara baik
dan buruk, tetapi lebih dari itu, yaitu bertindak secara “benar, baik, dan tepat” memang
sesuatu yang susah dan berat, etika dapat mencapai ketiga hal dimaksud, tetapi arah dan

1
Arianus Harefa, S.H., M.H. dan Sodialman Daliwu, S.H. “Teori Pendidikan Pancasila Yang Intergrasi Pendidikan
Anti Korupsi”
tujuan untuk selalu berbuat yang menguntungkan semuanya sangat jelas dan memerlukan
upaya-upaya yang sangat keras dalam mencapai tiga hal tersebut.2
Sejauh ini bangsa kita sudah memiliki sebuah system hukum positif yang
mengakomodasi untuk memberantas tindak pidana korupsi, memudahkan bangsa kita
menyelesaikan permasalahan tersebut, Namun sejauh ini, justru para penegak hukumlah
yang melakukan tindakan korupsi tersebut.
Sudah tidak perlu ditegaskan lagi, korupsi adalah masalah utama bangsa kita.
Tentu saja masih banyak masalah bangsa yang lain. Tetapi korupsi adalah akar
masalahnya. Maka kemerdekaan kita di rampas oleh koruptor. Negara ini telah merdeka
tapi, namun efek pembangunan belum dirasakan oleh banyaknya warga bangsa, karena
korupsi yang merajalela. Pendidikan di korupsi, kesehatan dikorupsi, biaya ibadah haji di
korupsi, pengadaan pangan dikorupsi, tidak ada satupun bidang yang terbebas dari
penyakit korupsi.3
Banyak kasus-kasus korupsi yang belum tuntas, hal ini menjadi indikator bahwa
lembaga yudikatif Indonesia belum dapat maksimal untuk memberantas tindak pidana
korupsi. Apabila hal ini makin berlanjut, maka dapat berdampak pada berkurangnya rasa
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum di Indonesia untuk memberantas
korupsi.
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan menggunakan
berbagai cara, sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat, namun hampir setiap hari
kita masih membaca atau mendengar adanya berita mengenai korupsi.4
Korupsi Tindakan yang di kategorikan dalam melanggar Hak Asasi Manusia
(HAM). Karena korupsi termasuk dalam merampas hak orang lain, semacam
kesejahteraan semua warga bangsa negara sangat memerlukan kesejahteraan tersebut.
Membutuhkan Pendidikan tempat tinggal fasilitas kesehatan yang layak. Dalam UUD
1945, telah menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum, yang kemudian pada
pasal 28 dan pasal 28a-28j dijabarkan mengenai perlindungann HAM bagi seluruh
masyarkat Indonesia. Namun korupsi semakin meluas dan merajalela, bahkan sudah
terorganisir dan sistematis.
Bahwa korupsi sekurang-kurangnya menguntungkan beberapa orang yang duduk
dalam kekuasaan membuat menjadi suatu masalah yang sulit di atasi namun banyak
pemimpin dan pejabat pemerintah di negara-negara berkembang ingin lebih baik dalam
dalam mengendalikan hal tersebut. Apa yang sesuai dengan hukum, dan juga yang tidak
sesuai dengan hukum, tergantung pada negara dan kebudayaan komunitas yang
bersangkutan. Meskipun pemahaman yang sahih ini tidak boleh diabaikan, namun
pemahaman itu tidak boleh di hapuskan penelitian kita untuk mencari kebijakan-

2
Dr.Drs. ismail nurdin, M.Si “Etika pemerintahan”
3
Denny indrayana, “Jangan bunuh KPK, pembunuhan berulang”
4
Wicipto Setiadi “KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta
Regulasi).
kebijakan anti korupsi yang manjur. Tentu saja mayoritas negara-negara dan kebudayaan
mengutuk Sebagian besar penipuan, suap, pemerasan, penyogokan dan segala bentuk
penyerahan Kembali uang yang telah di terima secara diam-diam oleh kontrak
pemerintah. Mengenai luasnya kegiatan ‘korupsi” tidak banyak yang menyangkal bahwa
Tindakan-tindakan tersebut salah dan merugikan masyarakat.5
Tindak pidana korupsi sudah mengkristal dalam sendi-sendi kehidupan bangsa
Indonesia. Tidak hanya mengancam perekonomian Negara, nyatanya korupsi juga dapat
mengancam lingkungan hidup, lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan
hak-hak dasar kemerdekaan, dan yang paling buruk adalah menghambat jalannya
pembangunan dan semakin memperparah kemiskinan.6
Pancasila adalah sumber hukum moral bagi bangsa Indonesia, yang diharapkan
dapat meminimalisir terjadinya tindakan korupsi. Terdapat pendapat dari Sidarto
Danusubroto, bahwa pendidikan moralitas dan budaya ditanamkan sejak dini seperti
halnya di negara korea selatan, Cina dan Jepang. Meskipun di era globalisasi, tetapi
masih mempunyai karakter bangsa.
Indonesia memiliki Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Yang
didalamnya memuat mengenai dasar-dasar moral dan karakter yang seharusnya dimiliki
bangsa Indonesia, meskipun jaman makin berkembang. Pancasila menjadi suatu dasar
moral dan karakter yang diambil dari budaya dan kemurnian bangsa Indonesia untuk
bertindak. Karena nilai- nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan
kristalisasi dari kebudayaan dan kepribadian luhur bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara di tegaskan lagi dengan adanya ketetapan MPR
NO. XVIII/MPR1998 tentang penjabutan P4 dan penetapan tentang penegasan pancasila
sebagai dasar negara. Pada ketetapan ini dinyatakan bahwa pancasila sebagai dimaksud
dalam pembukaan undang-undang dasr 1945 adalah dasar negara dari negara kesatuan
republic Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Dalam
penjelasan ketetapan inipun dinyatakan bahwa kedudukan pancasila sebagai dasar negara
di dalamnya mengandung makna sebagai ideologi nasional, cita-cita dan tujuan negara.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai
kaidah negara yang mendasar dan fundamental sehingga sifatnya tetap. Kuat dan tidak
dapat di ubah oleh siapapun termasuk oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum. Mengubah
pancasila berarti membubarkan negara kesatuan republic Indonesia yang di proklamirkan
17 Agustus 1945.7
Korupsi adalah suatu tindakan penggelapan uang negara, adapula yang
mengartikan bahwa korupsi adalah tindakan mencuri hak rakyat. Arti kata korupsi adalah
suatu yang busuk, jahat dan merusak. Armen Yasir menguraikan mengenai bentuk-
bentuk korupsi, yang ada dalam kehidupan sehari-hari, Korupsi epidemis ruang
lingkupnya berhubungan langsung dengan berbagai kegiatan pemerintahan yang
5
Robert klitgaard, “membasmi korupsi”
6
Lasmauli Noverita Simarmata “KORUPSI SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG”
7
Ronto. S.Pd.I., M.S.I. “Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara”
menyangkut kepentingan masyarakat. Korupsi terrencana, ruang lingkupnya
berhubungan dengan tujuan-tujuan politis. Korupsi pembangunan, ruang lingkupnya
berhubungan dengan fungsi pemerintahan sebagai pengatur perekonomian yang memiliki
peran penting dalam pemerintah.
HAM merupakan suatu hak yang hakiki yang dimiliki oleh setiap orang dibelahan
bumi manapun termasuk Indonesia sejak kemunculan manusia didunia. HAM merupakan
hak yang fundamental, dan sudah menjadi kewajiban negara untuk menberikan jaminan
HAM bagi seluruh warga negaranya. Indonesia sebagai negara hukum, telah menjunjung
tinggi HAM yang diwujudkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Perwujudan tersebut
berupa adanya “kemanusiaan yang adil dan beradab” Pembukaan UUD 1945 sekaligus
sila ke-2 Pancasila tersebut memberikan penekanan bahwa negara Indonesia menjunjung
dan mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang maha esa,
dengan segala hak dan kewajiban yang dibawanya.
Pancasila sebagai sumber hukum untuk memberantas korupsi dan menjunjung
hak asasi manusia indonesia telah memiliki sumber hukum yang mumpuni, berupa
Pancasila, yang sejak awal kemerdekaan hingga detik ini menjadi sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. Mengenai kesejahteraan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Salah satu untuk mempertahankan eksistenti
negara Indonesia yaitu dengan memberantas korupsi yang merupakan suatu masalah yang
sangat masif di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang melandaskan moral dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut kemudian diimplementasikan kedalam
norma-norma hukum.
Hak-hak Asasi Manusia (HAM) merupakan elemen yang sangat fundamental
dalam negara modern berdasarkan asas rule of law dalam arti luas. Darumurti (2012)
menyatakan HAM meletakkan Batasan terhadap negara dalam hubungan rakyat/warga
negara, baik berkenaan dengan kekuasaan rule making, rule executing, maupun rule
adjudicating. Karenanya merupakan kaidah yang normal bahwa Tindakan deskresi
pemerintah tidak boleh melanggar HAM (baik sipil, politik, ekonomi, social, maupun
budaya).8
Dalam lingkungan masyarakat sendiri, korupsi hingga saat ini masih sulit untuk
dibendung. Dari tahun ke tahun, kasus korupsi selalu meningkat dengan jumlah kerugian
yang selalu bertambah banyak juga. Belum lagi kasus korupsi yang masih belum
terungkap. Contoh kecil yang terjadi di sekitar kita tentang mengambil sesuatu yang
bukan milik kita itu juga termasuk dalam kategori korupsi di karenakan merugikan orang
lain seperti halnya mengambil keuntungan yang banyak, menyuap, menyogok dan masih
banyak yang lainya.

8
Dr.Drs. ismail nurdin, M.Si “Etika pemerintahan”
Solusi dalam menyelesaikan hal semacam ini adalah dengan memberikan
pengertian terhadap pelakunya, pembentukan moral dan etika yang baik, agar sifat
kejujuran tumbuh dalam diri, dan di haruskan adanya transparansi kepada pihak yang
lain, agar tidak ada rasa kecurigaan di pergunakan untuk apa, dan sejauh mana hasil atas
finansial yang telah di keluarkan. Dan harus adanya hukuman yang serius dan di
perlihatkan kepada public agar setelah kejadian tersebut masyarakat menjadikan sebuah
pelajaran dan kepercayaan masyarakat tumbuh Kembali kapada atasan.

Resume Jurnal” Tentang Korupsi Di Indonesia”


Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang perlu dihadapi oleh negara Indonesia. Korupsi
telah mengurangi hak asasi yang dimiliki oleh masyarakat indonesia, misalnya hak mendapatkan
kesejahteraan dalam bidang pendidikan, kesehatan, kehidupan yang layak, perlindungan hukum
dan sebagainya. Indonesia telah memiliki kebijakan yang mengatur mengenai pemberantasan
korupsi, bahkan dengan adanya hukuman mati bagi para koruptor. Dasar moral yang tertuang
dalam sila-sila Pancasila dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945, Pasal 27, Pasal28, Pasa l30,
yang didalamnya membahas mengenai jaminan hak asasi manusia.

Indonesia sebagai negara hukum, telah menjunjung tinggi HAM yang diwujudkan dalam
Pancasila dan UUD 1945. Perwujudan tersebut berupa adanya "kemanusiaan yang adil dan
beradab" Pembukaan UUD 1945 sekaligus sila ke-2 Pancasila tersebut memberikan penekanan
bahwa negara Indonesia menjunjung dan mengakui harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang maha esa, dengan segala hak dan kewajiban yang dibawanya. Dari hal
tersebut, dapat dilihat bahwa Indonesia memberika kedudukan yang tinggi dan mulia atas potensi
dan martabat manusia. Yang artinya HAM akan dapat ditegakkan hanya dengan berkat Manusia
wajib berterimakasihh dan berkhidmat kepada maha pencipta, atas anugerah dan amanat yang
dipercayakan kepada .

Nilai praksis sesungguhnya menjadi batu uji apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat indonesia. Misalnya kepatuhan masyarakat terhadap hukum atau
penegakan hukum. Selain itu juga, dalam setiap pembentukan hukum harus ada jaminan bagi
kebebasan dan tidak boleh ada hukum yang mengistimewakan dan melandaskan pada salah satu
agama tertentu dan mengantikritik agama yang lain. Diperlukan adanya toleransi dalam
kehidupan beragama.

Yang adil dan beradab, artinya bahwa dalam setiap pembentukan hukum harus ada jaminan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia. Karena hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki
dan melekat pada diri manusia sejak lahir.

Persatuan Indonesia, artinya bahwa dalam setiap pembentukan hukum harus


memperhatikan persatuan atau integritas bangsa dan negara. Dalam pembentukan hukum
tidak bolah mengakibatkan perpecahan dan memecah belah bangsa dan negara.
yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan. Berarti bahwa,
dalam setiap pembentukan hukum, harus mengedepankan nilai-nilai demokrasi yang
melibatkan semua unsur yang ada di negara baik pemerintah leggislatif maupun
masyarakat. Hal ini seperti asas dalam demokrasi, yaitu adanya keikutsertaan masyarakat
dalam pembuatan keputusan politik.
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya bahwa, dalam pembentukan hukum
nasional harus bertujuan untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat indonesia. Kesejahteraan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan yang ada di
negara Indonesia.
Selanjutnya nilai-nilai Pancasila yang melandaskan moral dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara tersebut kemudian diimplementasikan kedalam norma-norma
hukum. Pembangunan sistem hukum melalui Pancasila sebagai dasar falsafah dalam
pemberantasan korupsi sekaligus memberikan perwujudan hak asasi manusia bagi
masyarakat korban korupsi serta hak asasi manusia bagi pelaku korupsi dalam
menjalankan kewajiban mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
dapat memberikan kepastian hukum dan memberikan bangunan sistem hukum untuk
memberantas korupsi dengan tetap melihat nilai-nilai hak asasi manusia yang melekat
pada seluruh warga negara Indonesia.
Suseno, Franz Magnis. 2004. Etika Politik. Jakarta: PT Gramedia Group.
Winarno. 2012. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Yuma
PustakaKorupsi Sebuah kerusakan yang marak di lakukan oleh para petingi-petinggi
negara dengan berkenaan pakain rapi penuh wibawa tapi tindakanya merugikan
semuanya. Tentu korupsi bukanlah hal yang kecil, Korupsi sendiri memiliki arti suap,
busuk, dan sebagainya. dengan banyaknya para koruptor yang menggerigiti sedikit demi
sedikit untuk kepuasan pribadi. Rakyat kecil menjadi semakin ingin mencambuk tapi
apalah daya yang tidak bisa apa-apa, wakil rakyat yang semestinya mendengarkan
keluhan rakyat malah tidak ada ruang untuk berpendapat sungguh asik negara ini untuk
kami yang terlalu dini. Pastinya para pejabat dulunya juga di cekoki sebuah Pendidikan
pancasila.
Penyelenggara Pendidikan pancasila di perguruan tinggi merupakan kebijakan
yang tidak serta merta untuk diimplementasikan. Keadaan tersebut terjadi karena dasar
hukum yang mengatur berlakunya Pendidikan pancasila di perguruan tinggi khususnya.
Mata kuliah Pendidikan pancasila lebih memfokuskan dalam pembinaan pemahaman dan
penghayatan mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian di
harapkan menjadi roh dalam pembentukan jati diri mahasiswa guna pengembangan jiwa
personalitasnya.
Indonesia pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Menjadi dasar
negara kesatuan republic Indonesia. Pembentukanya penuh dengan rasa keyakinan
hubungan antara jagad alam semesta dan tuhan menjadi satu kesatuan untuk kedaulatan.
Dengan mendasarkan pada moral dan nilai-nilai budaya asli Indonesia, inilah yang
dipergunakan untuk memberantas korupsi dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Korupsi bukanlah sebuah issue. Jangan pernah berlindung di belakang kata issue,
semua nyata terlihat ada bahkan seperti raja yang terfasilitasi di setiap keadaan
sempitnya. Korupsi telah muncul di berbagai aspeknya yang semakin luas serta metode
tindak pidana korupsi perlu untuk di tuntaskan oleh negara. Jangan sampai menjadi
masalah negara yang berskala tinngi dan membesar.
Korupsi paling banyak banyak terjadi di sector publik di anggap masalah social
yang serius, oleh karena itu korupsi muncul tidak hanya disebabkan karena adanya celah
hukum, namun lebih kepada proses keadaan social masyarakat. Sudah menjadi sebuah
kebiasaan yang bahkan dilestarikan. Mendorong memunculkan seseorang untuk
melakukan Tindakan-tindakan yang masuk dalam bentuk-bentuk korupsi.
Namun korupsi semakin meluas dan merajalela, bahkan sudah terorganisir dan
sistematis.
Bahwa korupsi sekurang-kurangnya menguntungkan beberapa orang yang duduk
dalam kekuasaan membuat menjadi suatu masalah yang sulit di atasi namun banyak
pemimpin dan pejabat pemerintah di negara-negara berkembang ingin lebih baik dalam
dalam mengendalikan hal tersebut. Apa yang sesuai dengan hukum, dan juga yang tidak
sesuai dengan hukum, tergantung pada negara dan kebudayaan komunitas yang
bersangkutan. Meskipun pemahaman yang sahih ini tidak boleh diabaikan, namun
pemahaman itu tidak boleh di hapuskan penelitian kita untuk mencari kebijakan-
kebijakan anti korupsi yang manjur. Tentu saja mayoritas negara-negara dan kebudayaan
mengutuk Sebagian besar penipuan, suap, pemerasan, penyogokan dan segala bentuk
penyerahan Kembali uang yang telah di terima secara diam-diam oleh kontrak
pemerintah. Mengenai luasnya kegiatan ‘korupsi" tidak banyak yang menyangkal bahwa
Tindakan-tindakan tersebut salah dan merugikan masyarakat.
Tindak pidana korupsi sudah mengkristal dalam sendi-sendi kehidupan bangsa
Indonesia. Tidak hanya mengancam perekonomian Negara, nyatanya korupsi juga dapat
mengancam lingkungan hidup, lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan
hak-hak dasar kemerdekaan, dan yang paling buruk adalah menghambat jalannya
pembangunan dan semakin memperparah kemiskinan.
Pancasila adalah sumber hukum moral bagi bangsa Indonesia, yang diharapkan
dapat meminimalisir terjadinya tindakan korupsi. Terdapat pendapat dari Sidarto
Danusubroto, bahwa pendidikan moralitas dan budaya ditanamkan sejak dini seperti
halnya di negara korea selatan, Cina dan Jepang. Meskipun di era globalisasi, tetapi
masih mempunyai karakter bangsa.
Indonesia memiliki Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Yang
didalamnya memuat mengenai dasar-dasar moral dan karakter yang seharusnya dimiliki
bangsa Indonesia, meskipun jaman makin berkembang. Pancasila menjadi suatu dasar
moral dan karakter yang diambil dari budaya dan kemurnian bangsa Indonesia untuk
bertindak. Karena nilai- nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan
kristalisasi dari kebudayaan dan kepribadian luhur bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara di tegaskan lagi dengan adanya ketetapan MPR
NO. XVIII/MPR1998 tentang penjabutan P4 dan penetapan tentang penegasan pancasila
sebagai dasar negara. Pada ketetapan ini dinyatakan bahwa pancasila sebagai dimaksud
dalam pembukaan undang-undang dasr 1945 adalah dasar negara dari negara kesatuan
republic Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Dalam
penjelasan ketetapan inipun dinyatakan bahwa kedudukan pancasila sebagai dasar negara
di dalamnya mengandung makna sebagai ideologi nasional, cita-cita dan tujuan negara.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai
kaidah negara yang mendasar dan fundamental sehingga sifatnya tetap. Kuat dan tidak
dapat di ubah oleh siapapun termasuk oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum. Mengubah
pancasila berarti membubarkan negara kesatuan republic Indonesia yang di proklamirkan
17 Agustus 1945.
Korupsi adalah suatu tindakan penggelapan uang negara, adapula yang
mengartikan bahwa korupsi adalah tindakan mencuri hak rakyat. Arti kata korupsi adalah
suatu yang busuk, jahat dan merusak.
Menurut ahli pakar Tindak pidana korupsi tidak hanya sebuah kejahatan terstruktur, namun juga
“penyakit” akut sebuah negara yang jika tidak diobati akan terus menjalar dan merusak bangsa dari
dalam. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Universitas
Gadjah Mada, Dr. Oce Madril dalam Studium Generale KU 4078 di Aula Barat Kampus ITB
Ganesha (20/11/2019).
Menurutnya, saat ini pola korupsi di Indonesia tidak hanya didominasi oleh oknum di pemerintahan
daerah saja bahkan hingga pemerintahan desa. Hal ini dinilai miris, mengingat semakin akutnya
tindakan korupsi yang dilakukan hingga ke tingkat terbawah sekali pun. Ia memperikirakan hal ini
dipicu oleh digelontorkannya anggaran desa yang mencapai Rp. 5 Miliar/desa, sehingga celah
perbuatan korupsi pun semakin melebar.
Ia mengungkapkan, dalam kurun waktu tahun 2003 hingga 2018, Indonesia melakukan
pemberantasan  korupsi, dan trend-nya memang naik. Dalam satu index saja, bisa memperlihatkan
bagaimana tren pemberantasan korupsi di Indonesia, namun hal tersebut tidak cukup. Jika dilihat
dari angka kenaikannya, dalam kurun waktu tahun 2003 hingga 2018, kenaikannya sangat tipis,
hanya 1,9 persen.
“Kenaikan tren pemberantasan korupsi di Indonesia memang naik, tapi sangat lambat, bahkan bisa
dikatakan merangkak. Maka tak heran jika ada yang mengatakan bahwa pemberantasan korupsi di
Indonesia ya begitu-begitu saja, jalan di tempat. Dari tren inilah kita bisa lihat bahwa pemberantasan
korupsi itu harus semakin keras karena perilaku korupsi pun semakin keras,” ujar Pakar Hukum Tata
Negara tersebut.
Oce menyebutkan, jika dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Singapura, Brunai Darusalam,
dan Malaysia, maka Indonesia berada di rangking ke-4 (data tahun 2017-2018) dalam upaya
pemberantasan korupsi. Ada banyak kasus koruspi yang diusut oleh penegak hokum Indonesia,
yang jumlahnya mencapai ratusan kasus per tahun dengan melibatkan ribuan tersangka.
Berdasarkan data Indonesian Corruption Watch (ICW) Februari 2019, terdapat beberapa sektor
korupsi tertinggi di sepanjang tahun 2018, mulai dari anggaran desa, pemerintah, pendidikan,
transportasi, kesehata, hingga sosial kemasyarakatan.
“Melihat dari berbagai dampak dari korupsi dan efeknya yang berpengaruh dalam jangka waktu
yang lama, seharusnya pemerintah tahu benar bahwa pemberantasan korupsi harus sangat serius
dilakukan dan bukan hal yang bisa ditawar-tawar. Ada jembatan yang roboh, bahan
pembangunannya dikorupsi mengakibatkan akses publik sangat terganggu. Ada pula sekolah yang
bahan bangunannya dikorupsi sehingga rubuh tiba-tiba dan mengakibatkan banyak anak-anak tidak
bisa sekolah dan bahkan ada korban jiwa. Mau bagaimana lagi? Kita membutuhkan usaha yang
lebih keras dan lebih kuat jika ingin benar-benar memberantas korupsi di negeri ini,” pungkasnya.
Solusi
Banyak cara yang bisa kamu terapkan buat bisa memberantas korupsi. Mulai dari hal yang paling
kecil yaitu diri sendiri, sampai ke tingkat Negar, diantaranya:
1. Membangun Supremasi Hukum dengan Kuat
Hukum merupakan pilar keadilan.
Saat hukum gak sanggup lagi menegakkan sendi-sendi keadilan, maka runtuhlah kepercayaan
publik pada institusi ini.
Ketidakjelasan kinerja para pelaku hukum akan memberi ruang pada tipikor buat berkembang
dengan leluasa.
Makanya, sangat perlu dilakukan membangun supremasi hukum yang kuat. Gak ada manusia
yang kebal hukum dan penegak hukum gak tebang pilih dalam mengadili.
2. Menciptakan Kondusifitas Nyata di Semua Daerah
Salah satu rangsangan tumbuhnya tipikor dengan subur yaitu kondisifitas semu di suatu wilayah
otonom.
Kondusifitas yang selama ini dielu-elukan yaitu kondusifitas semu belaka. Kejahatan korup terus
tumbuh dengan subur tanpa ada yang menghentikannya.
Gimana suatu otonomi daerah semestinya dikatakan kondusif? Yaitu, daerah yang terbebas dari
penyakit tipikor, bersih penyelewengan dan gak ada lagi tindak kejahatan yang merugikan
bangsa dan negara.
3. Eksistensi Para Aktivis
Para aktivis, contohnya seperti LSM harus gencar menyerukan suaranya buat melawan tindak
kejahatan korupsi. Disini, peran aktif para aktivis sangat diharapkan.
4. Menciptakan Pendidikan Anti Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilaksanakan, karena gak bisa
dipungkiri kalo pendidikan merupakan wahana yang sangat startegis buat membina generasi
muda supaya menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi.
5. Membangun Pendidikan Moral dari Kecil
Mengapa banyak pejabat negara ini yang korupsi? Karena, mereka semua bermoral miskin,
bertabiat penjahat, dan gak bermartabat.
Kalo seseorang mempunyai moral yang rendah, maka setiap gerak langkahnya akan merugikan
orang. Makanya, sangat penting sekali membekali pendidikan moral pada generasi muda.
6. Pembekalan Pendidikan Religi yang Intensif
Semua agama mengajarkan pada kebaikan. Gak ada satupun agama yang menyuruh kamu
berbuat untuk merugikan orang lain, seperti tindak kejahatan korupsi ini.

DESINTEGRASI
(Suatu Tinjauan Sosiologis)

Oleh: Dahlan Hi. Hasan17

ABSTRAK Awalnya kita begitu yakin bahwa Ideologi Pancasila sebagai Dasar
Negara dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika dianggap mampu merajut perbedaan
yang ada sehingga menjadi pilihat terbaik dari sekian banyak Ideologi pda saat itu, dan
dalam perjalanan bangsa ini kita menyaksikan adanya dukungan masyarakat, setidaknya
pada tataran elit, interaksi antara mereka yang berbeda suku bangsa, agama dan golongan
dengan mudah biasa dirajut. Terlebih dengan tingkat pendidikan memiliki korelasi yang
kuat terhadap tumbuhnya semangat saling bisa memahami perbedaanperbedaan
pandangan, seperti yang ditunjukkan kerjasama antar suku bangsa yang berbeda, dengan
mudah bisa dilakukan dengan pertimbangan yang rasional. Tetapi kita dikagetkan dengan
adanya gejala desintegrsi yang dimulai pada lapisan ”Grassroot” dimana konvergensi
antara suku bangsa, agama yang berbeda sudah tidak mudah diciptakan, kalaupun ada
(yang sudah terbentuk) bisa ditelusuri, bahwa realitas semacam itu berakar pada tradisi
yang sudah cukup lama, ketika intevensi state belum terlampau banyak mempengaruhi
mereka.
Kata Kunci: Desintegrasi, Konflik, Ssiologis
PENDAHULUAN Keragaman, terlebih dikaitkan dengan integrasi dan konflik
dalam atmosfer sosiopolitik Indonesia adalah sebuah terminology yang penuh
problemastik. Tidak saja ia mencerminkan labirin persoalan dipermukaan tetapi juga
menyimpan endapan emosi yang amat eksplosif. Rezim Orde Baru pada satu sisi berhasil
mereduksi benih ketegangan dan konflik hingga pada titik paling minimal, namun disisi
lain tetap tidak mampu mengeliminasi inti masalah yang sebenarnya. Beberapa kasus
kerusuhan, yang demikian berlarut-larut adalah bukti riel betapa telah terjadi upaya
sistematik serta rekayasa membelokkan ruang isu dari horizontal semata menjadi vertikal.
Ironisnya fakta demikian tetap saja dicover up sebagai kejadian biasa yang secara
potensial bisa terjadi dimana saja di wilayah Indonesia. Jika realitas ini terus berlanjut,
yang rugi bukan hanya orang perorang, kelompok orang dalam lingkup suku bangsa,
agama dan golongan tertentu saja akan tetapi juga mencakup komunitas kita sebagai
bangsa. Itu juga menunjukkan bahwa
1 Staf Pengajar Pada Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Tadulako
7
1102 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013
ISSN 1411- 3341

persoalannya bukan hitam putih. Hl yang amat urgen dilakukan adalah bagaimana
menciptakan suasana kondusif bagi semua pihak agar pluralis masyarakat Indonesia
bukan hanya retorika para pejabat maupun para pemimpin agama dan golongan, namun
lebih mendarat pada tataran realitas praktis. Pada tataran elit interaksi antara mereka yang
berbeda suku bangsa, agama dan golongan mungkin dengan mudah biasa diciptakan,
sebab tingkat pendidikan memiliki korelasi yang kuat terhadap tumbuhnya semangat
saling bisa memahami perbedaan-perbedaan pandangan hingga pada yang paling ekstrim
sekalipun. Meski tidak semuanya, tetapi sebagian besar kerjasama antar suku bangsa
yang berbeda, dengan mudah bisa dilakukan dengan pertimbangan yang rasional. Tetapi
pada tataran ”Grassroot” konvergensi antara suku bangsa, agama yang berbeda tidak
mudah diciptakan, kalaupun ada (yang sudah terbentuk) bisa ditelusuri, bahwa realitas
semacam itu berakar pada tradisi yang sudah cukup lama, ketika intevensi state belum
terlampau banyak mempengaruhi mereka. Dalam konteks yang demikian integrasi dan
konflik menjadi semacam dua sisi dalam kehidupan kebangsaan di Indonesia yang tidak
mudah ditiadakan satu sama lainnya. Sebab itu agar masing-masing lebih banyak
menyumbang sisi positifnya (integratif) dibanding sisi destruktifnya maka diperlukan
upaya dialog yang berkelanjutan. Dengan dialog itu berarti kita membuka sekat-sekat
budaya primordial yang secara psychologis mengungkung kita.
TARIK ULUR ANTARA KONFLIK DAN INTEGRASI Konflik dalam
hubungan terutama antar etnis, agama dan golongan sebenarnya merupakan kenyataan
yang wajar dalam kehidupan masyarakat, lebih-lebih dalam masyarakat Indonesia dengan
populasi sekitar 200 juta orang lebih. Namun menurut Nasir (1993) kenyataannya
menunjukkan bahwa bersamaan munculnya konflik timbul pula proses integrasi yang
mengarah kepada penataan kembali satua-satuan sistem sosial dalam masyarakat dimana
antar suku bangsa, pemeluk agama itu hidup berinteraksi satu sama lain dalam
masyarakat. Dengan menerima realitas konflik sebagai kenyataan yang biasa tidak lain
ini disebabkan masyarakat Indonesia itu sendiri yang pluralistik adanya disamping pula
faktor agama-agama besar yang bersifat ofensif. Jelas ini menunjukkan bahwa peluang
terjadinya benturan-benturan kepentingan bersifat kompleks. Namun demikian hal ini
tidak serta merta mengarah kepada terjadinya gerakan sentrifugalis yang berkepanjangan
tanpa adanya penyelesaian. Pada tataran selanjutnya antara suku bangsa, antar agama
sellau muncul tindakan yang mengarah kepada proses integrasi yang menekankan
penyatuan kembali satuan-satuan sosial dalam masyarakat. Sebab itu dalam setiap
masyarakat senantiasa adanya pola-pola hubungan sosial antara lain diwujudkan dalam
proses interaksi menurut Garang (1985) adalah proses peleburan semua jalur sistem
sosial yang ada ditengah masyarakat hingga terwujud satu sentrum sebagai identitas dan
pola orientasi bersama. Sementara konflik menurut

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013


1103
ISSN 1411- 3341
Saifuddin (1986) adalah pertentangan yang bersifat langsung dan disadari antara
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Dengan demikian konflik dan
integrasi merupakan proses dan aspek yang melekat dalam struktur kehidupan
masyarakat. Masyarakat sebagai satu system yang terdiri atas peranan dan kelompok-
kelompok yang saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi yang diwujudkan
dalam tindakan-tindakan sosial bukanlah hal yang statis, tetapi cenderung berkarakter
dinamis. Relasi social yang terbangun pun amat mengekspresikan kenyataan-kenyataan
obyektif tersebut. Karena gejala yang wajar terlebih lagi jika dalam masyarakat tersebut
juga mengalami perubahan sosial sekaligus perubahan kebudayaan. Tidak ada satu
masyarakat pun yang dalam proses perkembangannya tidak mengalami adanya konflik
social. Hal itu disebabkan oleh antara lain bahwa manusia sebagai mahkluk social tidak
dapat hidup terus-menerus dalam suatu ketaraturan dan ketertiban abadi. Olehnya itu
menurut Ismail (1993) dalam hubungan social antar suku bangsa, antar agama dan antar
golongan, dapat terjadi penyesuaian untuk menghindari pertentangan dan supaya dapat
hidup berdampingan dan saling memberi imbalan atau pengorbanan, baik secara materi
maupun secara social. Adanya hubungan positif negatif ini juga menunjukkan adanya
hidup rukun, tidak rukun. Pada titik inilah bias dielaborasi lebih jauh bahwa hubungan
antar suku bangsa, Agama dan antar golongan menjadi bertendensi konflik atau
berintegrasi, sejauhmana mereka menyadari makna penting Togetherness Spirit dalam
interaksi sosialnya. Jika roh kebersamaan itu dijauhi, maka konfliklah yang terjadi,
namun bila roh tersebut menjadi tarikan nafas kehidupan mereka, maka lekatan
integrasipun akan menjadi kokoh. Menurut Suparlan, ada 6 (enam) hal yang perlu
dicermati, bekaitan dengan terminologi rukun tersebut : Pertama, tidak ada kontak
hubungan, masing-masing tidak peduli karena mempunyai kesibukan-kesibukan dan
kegiatan sendiri-sendiri; Kedua, adanya hubungan yang informal dan spontan melalui
system kekerabatan, kekeluargaan, pertemanan, hobi dan hubungan-hubungan pribadi
lainnya seperti merasa behutang budi; Ketiga, adanya hubungan formal melalui upacara
nasional, sosial atau lokal. Keempat, adanya hubungan kerja yang saling menguntungkan;
Kelima, karena adanya aturan pemerintah atau perintah atasan dan; Keenam, adalah
factor-factor lain karena pemahaman ajaran agama, tradisi dan kebiasaan, adanya interest
ekonomi, takut dikucilkan dan lain-lain. Sementara tak rukun menurut Nahrorwi dapat
dilihat pada : Factor curiga dan prasangka lama, sikap ekslusif suku-suku bangsa yang
ada, kelompok-kelompok agama, persaingan atau perebutan pengaruh keagamaan,
politik, social dan perbedaan pendapat dalam beberapa masalah.

1104 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013


ISSN 1411- 3341

Bentuk rukun dan tidak rukun dapat dilihat dalam bidang kegiatan ekonomi,
politik, kekeluargaan, kekerabatan, upacara linkaran hidup tradisi dan kebudayaan
setempat, kesenangan dan hiburan pendidikan dan lain-lainnya. Berkait dengan itu,
menurut simmel, dijelaskan bahwa konflik dalam suatu masyarakat terkait dengan
berbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan social dan bukan sekedar lawan
persatuan atau integrasi. Konflik dan intergrasi dengan demikian, dapat dilihat sebagai
bentuk laih dari sosiasi (yaitu proses dimana masyarakat itu terjadi yang meliputi
interaksi timbal balik) yang satu tidak lebih penting atau lebih mutlak dari yang lainnya.
Tetapi bagi Simmel, meskipun konflik merupakan gejala alamiah dan tidak dapat
dihindarkan dalam kehidupan masyarakat, konflik itu tidaklah harus berkepanjangan
sekurang-kurangnya dalam bentuk lahirnya.

PERMASALAHAN DESINTEGRASI
Konflik berdimensi etnisitasi yan ditandai dengan melemahnya semangat
integrasi, dan ditandai dengan menguatnya solidaritas dan loyalitas primordial berdimensi
politik, tak jarang dapat menggiring suatu bangsa yang majemuk kedalam sikap
bermusuhan dikalangan mereka. Akhirnya kesemuanya itu bermuara kepada desintegrasi
(kehancuran, perpecahan, artinya tidak berfungsinya masing-masing bagian dalam suatu
sistem sosial, tidak mempunyai hubungan timbal balik yang pas, sehingga karena itu
tidak membentuk keseluruhan). Kalau dijabarkan dalam pengertian sehari-hari maka
desintegrasi bangsa itu adalah tidak terpadu dalam keragamannya artinya terakumulasi
kesenjangan-kesenjangan yang dirasakan dan diamati dalam kehidupannya sehingga
membuat warga masyarakat terkotak-kotak. Hal ini menjadi sumber masalah bagi bangsa
dan negara yang pada akhirnya dengan tuntutan pembagian wilayah sehingga
memungkinkan munculnya nation baru yang lebih homogen. Apa peduli kita terhadap
lepasnya Timor-Timor ataupun Aceh yang dilanda tragedi? Tentu saja kita harus peduli
dengan kedua wilayah itu. Ketika penyelesaian politik dan militer terperangkap kedalam
situasi desintegrasi (sebenarnya ingin dihindari itu) karena lebih mengutamakan
pendekatan kekuatan dan kekuasaan. Tentulah orangorang akan mencari-cari solusi
kebudayaan. Orang akan mencari cara untuk merangkul bahu rakyat yang hatinya sedang
terluka. Orang akan mencari-cari ciriciri kulturalnya; apa yang mereka mau, apa yang
membangkitkan percaya dirinya, apa yang bisa membangkitkan empatinya kepada negara
indonesia. Disitulah diperlukan pengetahuan tentang budaya suatu suku bangsa, bukan
hanya untuk kepentingan integrasi politik nasional, lebih lagi guna integrasi cultural atau
mungkin lebih tepat lagi adalah reintegrasi cultural”; membuhul kembali benang merah
pengikat kebangsaan secara cultural. Dalam kajian budaya cenderung melihat bahwa
tindakan individu ataupun kelompok individu dalam hidup bermasyarakat sangat
dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
”menghujat orang bukanlah budaya

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013


1105
ISSN 1411- 3341

bangsa kita”, ”kita tidak mengenal budaya mundul bila masa jabatan berakhir,”
membuat kerusuhan bukan nilai budaya bangsa kita” Dari contoh diatas dapat diartikan
bahwa perilaku tertentu dalam masyarakat ditentukan dan dipengaruhi oleh : orientasi
nilai-nilai budaya yang ditentukan oleh pranata-pranata primodial dan ikatan kekerabatan,
meyakini ikatan sosial adat karena mengaku sama-sama berasal dari daerah yang sama,
memiliki persilangan darah yang sama sumbernya; melintasi dan meniadakan perbedaan
asal-usul agama dan ras; aturan-aturan agama, khususnya ajaran agama-agama besar
yang memiliki umat dan pengikut; dan orientasi nilai kepada aturan-aturan hidup secara
nasional yang biasanya dikembangkan dalam bentuk pranata-pranata politik dan
ekonomi. Bila ada penyimpangan perilaku pada individu atau kelompok individu maka
hal itu adalah ulah oknum tertentu, bukanlah suatu sistem atau nilai yang dianut
masyarakat luas. Apakah menjarah dan membakar milik orang lain adalah kebudayaan,
yang mengesalkan, jum’at kliwon pun mereka beroperasi pada hal seseuai tradisi tidak
boleh menangkap ikan, ujar seorang nelayan, ”mereka” yang dimaksud dalam kasus ini
adalah para nelayan atau perahu Trawi milik Taoke Cina yang berasal dari bagan siapi-
api (Peristiwa kerusuhan di Cilacap, sept 1998). Dari contoh ini tampak nilai yang dianut
oleh kelompok masyarakat menjadi salah satu pemicu suatu tindakan sosial, terlebih lagi
sasarannya adalah orang luar atau orang-orang yang dianggap pendatang yang
melecehkan warga masyarakat setempat. Pendatang adalah orang lain, dalam setiap
kebudayaan selalu dikenal dengan kelompok kita (we) dan kelompok mereka (they).
Dalam konteks masyarakat Indonesia secara menyeluruh konflik (bernuansa sara’, antara
kita dan mereka) dapat terjadi antara yang merasa pribumi dan non pribumi, antar suku
dan agama). Tetapi dalam konteks yang lebih kecil dapat terjadi konflik seperti peristiwa
Sanggau ledo (kalbar) antara Etnik Madura dan dayak, peristiwa belum lama juga terjadi
di Luwu Sulsel (12/9 1998) antara Dusun (Baebunta dan Rante malino), dimana warga
Baebunta yang merasa penduduk Asli membumi hanguskan Dusun Rante malino yang
dinilai sebagai pendatang (Surya 15 Sept.1998) Contoh-contoh lain penggolongan kita
dan mereka misalnya pensiunan ABRI tidak bergabung ke Partai Politik yang
bersebrangan dengan pemerintah”. Demikian seorang tokoh masyarakat ketika berbicara
di layar TV, artinya ada partai yang mendukung pemerintah dan ada yang anti
pemerintah. Ada gerakan-gerakan kelompok sekuler (sebagai lawan dari kelompok
Religius) yang ingin menggulingkan pemerintah yang syah. Demikian seorang tokoh
yang lain dalam siaran berita TV pula. Sekarang ada partai ”Hairam” alias halal tapi
haram. Atau halal dan haram bercampur menjadi satu, sehingga sulit membedakan
apakah partai tersebut sesuai dengan keinginan umat islam atau tidak. Partai ini biasanya
berdalih demi kebangasaan dan keterbukaan lalu susunan kepengurusannya bercamput
antara islam dan non islam. Mengenai partai begini, umat islam harus hati-hati, demikian
kata seorang tokoh masyarakat (pewarta Siang, 18 September 1998).

1106 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad


VOL.05 No. 02 Oktober 2013
ISSN 1411- 3341

Munculnya konflik antar agama, kerap disulut pertarungan politik atau oleh
ketidakmauan/ kekerasan hati agama-agama lama itu untuk menerima penetrasi ’agama
baru’, agama baru secara cepat dituduh sebagai pembawa ancaman terhadap
kemungkinan runtuhnya kedaulatan wilayah / ruang kedaulatan Agama tertentu.
Terjadinya konflik antara islam dan Kristen soal pendirian, penggunaan rumah ibadah
sebagaimana hasil temuan penelitian ismail, tidak semata-mata persoalan doktrin, tetapi
lebih pada persoalan karena tokoh islam merasa kepentingan islam terancam dan
dirugikan, dilampauinya peraturan pemerintah khususnya yang mengatur pembangunan
dan pemakaian rumah ibadat, kurang eratny pendekatan antar tokoh agama dari luar
sehingga kurang dapat berintegrasi dengan kehidupan masyarakat setempat. Bagaimana
penjelasan dari sisi pendekatan budaya bila kerusuhan dan penjarahan itu terjadi dalam
desa yang sama atau pada masyarakat yang memiliki budaya yang sama. Temuan sangat
menarik pada beberapa waktu lampau, yang menyebutkan bahwa ada perasaan dan
pikiran yang berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu terutama masyarakat yang
mayoritas masih hidup di pedesaan menganggap bahwa jumlah barang yang ada dan
dapat diperoleh dari kerja keras sangat terbatas yang disebut ”Image Limited Good”
artinya bila disebuah desa atau tempat sudah ada orang yang sukses hidupnya terutama
dalam bidang ekonomi, maka anggota masyarakat yang lain walaupun sudah bekerja
keras tidak akan mendapatkan kesuksesan yang sama, karena apa yang dicapai sudah
diambil oleh orang yang sukses tadi. Hal ini terkait dengan faham bahwa jumlah benda
termasuk jasa itu terbatas, sehingga bila ada orang lain yang sudah mengambilnya maka
saya tidak akan mendapatkan hal yang sama, palingpaling mendapatkan sisa atau bahkan
tidak sama sekali. Karena jumlah sumber daya yang serba terbatas itu, maka bila
masyarakat yang merasa dirinya kurang beruntung, bolehlah mengambil sedikit
bagiannya dari orang yang lebih beruntung. Penjarahan oleh warga masyarakat yang
terhadap harta benda dipusat-pusat pertokoan, penjarahan kayu milik ”Negara”, dan
penjarahan-penjarahan modus lain selama ini mungkin termasuk tindakan yang
terpengaruh oleh faham Image of Limited Good ini. Realitas sosial yang terjadi dan
temuan penelitian yang dikutip ini secara jujur harus diakui bahwa itu belum
mencerminkan realitas obyektif yang sesungguhnya. Namun ada pretensi umum bahwa
problematika pluralistik bangsa ini tidak akan terlalu jauh dari titik singgung yagn amat
rentan sensitive. Realitas itu kita terima dalam beradaban kita (terutama setelah terjadinya
peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan suku-suku bangsa dan agama akhir-akhir ini)
yang berarti ikatan solidaritas sebagai warga bangsa yang cenderung melonggar,
persaingan social yang semakin meningkat, ketidakmampuan kita untuk mengelola,
memenuhi keperluan-keperluan untuk kehidupan yang harmonis, layak menurut
kemampuan budi-days masing-masing warga masyarakat, pada ketiadaan rasa solidaritas,
ketiadaan benda-benda untuk keperluan hidup.

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013


1107

ISSN 1411- 3341

Dalam tulisannya mengenai heterogenitas politik suku bangsa di Indonesia,


William Liddle (1970) mengidentifikasi ada dua jenis penghalang integrasi nasional,
ialah : Pertama, yang berakar pada dimensi pembelahan horizontal; dan Kedua, pada
tingkat pertikaian berupa perbedaan latar belakang pendidikan elite kota yang
berpendidikan, dan masa pedesaan yang berpandangan tradisional. Jonathan Friedman
(1994;122) mengemukakan bahwa dalam era globalisasi, setiap kelompok etnik ingin
menunjukkan identitasnya dan melepaskan diri dari ikatan kebangsaan yang dapat
merugikan kepentingan kebudayaannya. Demikian pula era reformasi yang telah
digulirkan telah melahirkan suasana demokrasi yang sebenarnya dan memerberikan
ruang besar kepada individu, golongan dan kelompok etnik untuk berani mengemukakan
pendapat dan menuntut hak azasi yang telah lama dirampas oleh orde baru. Dalam realita
berbagai interaksi sosial dikalangan suku-suku bangsa, mereka tidak berada pada suatu
posisi yang sama. Ada suku-suku bangsa tertentu yang menduduki posisi sebagai
kelompok dominan dan memiliki hak-hak istimewa, dan sebaliknya ada juga suku-suku
bangsa yang ada pada kelompok subordinat. Untuk lebih memahami permasalahan
disintegrasi pada masyarakat Indonesia maka secara umum dapat disebutkan :
Kemungkinan penyebabnya secara garis besar adalah : 1. Sebab dari dalam diri sendiri
yaitu yang menyangkur kemampuan internal atau kualitas pribadi manusia. Hal ini
kadang terjadi dari sistem pemahaman dan interprestasi yang kurang tepat terhadap
sistem nilai budaya, sehingga menjadi rujukan perilaku yang fatalistik, tidka saling
menghargai martabat masingmasing, tidak saling mengetahui dan menghargai identitas
individu, penggunaan bahasa yang tidak proporsional, menonjolkan/ mengagung-
agungkan filosofi suku bangsanya ditenga-tengah perkauman lainnya, lemah wataknya
bangsa Indonesia: dikuasai oleh indoktrinasi dan pemujaan terhadap materi. 2. Sebab
Kultural, Ykni yakni yang menyangkut pandangan nilai dan sikap mental serta perilaku
masyarakat. Hal ini tumbuh dari sistem nilai budaya yang menghargai cara-cara
kehidupan yang menghindari kesenanagan dan keharmonisan hidup duniawi. Orang atau
kelompok yang demikian itu menghindar dari tekanan hidup duniawi dengan memilih
melakukan kegiatankegiatan yang selalu meresahkan masyarakat dan akhirnya membawa
dampak pada kesengsaraan orang banayk. Nilai budaya yang dianutnya semakin
melonggar baik sebagai akibat perubahan sosial yang melanda hampir semua aspek
kehidupan maupun kurang fungsionalnya tokoh-tokoh agama dalam mengekspresikan
nilai-nilai adat dan agama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak saling mengenal dan saling
menghargai kebudayaan kelompok etnis masingmasing, tidak diterimanya nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat setempat, penggunaan bahasa daerah yang tidak
proporsional, dan ynag tidak kalah

1108 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad


VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341


parahnya adalah sikap ekspolifis dikalangan suku-suku bangsa tertentu yang pada
akhirnya menimbulkan kecemburuan bagi perkauman yang lain. 3. Sebab Struktural,
artinya ada struktur kekuasaan yang memberikan runag/peluang bagi lahirnya
desintegrasi bangsa seperti rendahnya legitimasi pemerintahan, kekacauan ekonomi,
tingginya represi, banyaknya pelanggaran HAM dan ketidakadilan pemerintah pusat
dalam memperlakukan daerah terutama persoalan keuangan daerah, porsi pembangunan
yang kecil, penempatan aparat pemerintah yang tidak memperhatikan dan tidak
memperhitungkan elit-elit local, penyalahgunaan kekuasaan dan hukum, pertarungan misi
antar segenap unsur kekuasaan, penataan ruang kota tanpa memberdayakan warga
masyarakat lokal yang tergusur, pembangunan prasarana umum (pasar) yang cenderung
tidak memperhatikan kemampuan warga lokal, serta pembangunan berbagai fasilitas
umum yang menimbulkan dampak rusaknya kebudayaan lokal. Para terakhir tahun 1990-
an bangsa indonesia memang ada dalam ujian yang amat berat. Disharnoni yang
cenderung melecehkan kita sebagai bangsa yang bermoral ternyata hampir menyebar
diseluruh tanah air. Simbol-simbol pembinaan dan pembentukan watak anak bangsa
dengan mudah dihancurkan tanpa rasa bersalah dan berdosa. Masjid, gereja,
vihara/klenteng dan sekolah-sekolah, bahkan tanaman yang menjadi sumber kehidupan
dibumi hanguskan begitu saja. Untuk menciptakan/membangun integrasi bangsa yang
hakiki dimasa depan maka perlu penataan kembali berbagai kebijakan yang telah
dilakukan selama ini dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya dan porsi yang
adil kepada daerah, saling mengenal dan menghargai identitas individu masing-masing
dan menggunakan bahasa (daerah) secara proporsional.

Kepada Siapa Kita Mengadu ?

PENUTUP Indonesia dimasa depan adalah indonesia yang amat bermasalah.


Melihat abad ini seakan kita melihat tumpukan beban yang amat memenatkan. Bahaya
desintegrasi, isolasi internasional mengancam. Badut-badut politik bergentayangan.
Agama sebagai benteng terakhir patokan moral bersandar dalam situasi apapun harus
tetap menjadi pegangan anak bangsa negeri ini. Tulisan ini merekomendasikan satu kata
kunci kendalikan diri sendiri. Hubungan yang harmonis antara warga masyarakat bisa
dimulai jika dalam hati kita bersemi benih-benih pengendalian diri untuk tidak melukai
orang lain dalam tutur kata terlebih dalam perbuatan nyata.
JURNAL ACADEMICA Fisip Untad
VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1109

ISSN 1411- 3341

DAFTAR PUSTAKA Doyle, paul Jonhson, (1986). Teori Sosiologi Klaik Dan
Modern. Jakarta Gramedia,
Friedman, Jonathan, (1944). Cultural Identity And Global Proces, London: SAGE
Publication Ltd. Garang, J.Prisma (1985). pilihan Artikel Prisma, Jakarta
Ismail, Nawawi., Pola Hubungan Sosial Tokoh-tokoh Agama dalam rangka
kerukunan Umat beragama, kasus dikelurahan cigugur tengah, cimahi jabar (dalam
Sintesis Vol.1 No 1 tahun 1983). Nashir, Haedar,(1983). Proses Integrasi Dan Konflik
Dalam Hubungan Antar Pemeluk Agama. Kasus Dikelurahan Babakan Bandung, Sintesis
Vol I No.1 tahun 1983
Purwanto, Hari, (1988). Integrasi Nasional Dan Kasus Banyuwangi: Perilaku Dan
Sikap Politik Di era Redormai, Wacana Antropologi, Nop-Des, 1988

RESUME JURNAL” DISINTEGRASI BANGSA”


DESINTEGRASI1 Staf Pengajar Pada Jurusan Sosiologi Fisip Universitas
Tadulako7Oleh: Dahlan Hi. Hasan17ABSTRAKAwalnya kita begitu yakin bahwa
Ideologi Pancasila sebagai Dasar Negara dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
dianggap mampu merajut perbedaan yang ada sehingga menjadi pilihat terbaik dari
sekian banyak Ideologi pda saat itu, dan dalam perjalanan bangsa ini kita menyaksikan
adanya dukungan masyarakat, setidaknya pada tataran elit, interaksi antara mereka yang
berbeda suku bangsa, agama dan golongan dengan mudah biasa dirajut. Terlebih dengan
tingkat pendidikan memiliki korelasi yang kuat terhadap tumbuhnya semangat saling bisa
memahami perbedaanperbedaan pandangan, seperti yang ditunjukkan kerjasama antar
suku bangsa yang berbeda, dengan mudah bisa dilakukan dengan pertimbangan yang
rasional. Tetapi kita dikagetkan dengan adanya gejala desintegrsi yang dimulai pada
lapisan "Grassroot" dimana konvergensi antara suku bangsa, agama yang berbeda sudah
tidak mudah diciptakan, kalaupun ada bisa ditelusuri, bahwa realitas semacam itu berakar
pada tradisi yang sudah cukup lama, ketika intevensi state belum terlampau banyak
mempengaruhi mereka.Kata Kunci: Desintegrasi, Konflik,
SsiologisPENDAHULUANKeragaman, terlebih dikaitkan dengan integrasi dan konflik
dalam atmosfer sosiopolitik Indonesia adalah sebuah terminology yang penuh
problemastik. Tidak saja ia mencerminkan labirin persoalan dipermukaan tetapi juga
menyimpan endapan emosi yang amat eksplosif. Rezim Orde Baru pada satu sisi berhasil
mereduksi benih ketegangan dan konflik hingga pada titik paling minimal, namun disisi
lain tetap tidak mampu mengeliminasi inti masalah yang sebenarnya.Beberapa kasus
kerusuhan, yang demikian berlarut-larut adalah bukti riel betapa telah terjadi upaya
sistematik serta rekayasa membelokkan ruang isu dari horizontal semata menjadi vertikal.
Ironisnya fakta demikian tetap saja dicover up sebagai kejadian biasa yang secara
potensial bisa terjadi dimana saja di wilayah Indonesia.Jika realitas ini terus berlanjut,
yang rugi bukan hanya orang perorang, kelompok orang dalam lingkup suku bangsa,
agama dan golongan tertentu saja akan tetapi juga mencakup komunitas kita sebagai
bangsa. Itu juga menunjukkan bahwa solusi JURNAL ACADEMICA Fisip Untad
VOL.05 No. 02 Oktober 2013 1101ISSN 1411- 3341 persoalannya bukan hitam putih.
Sementara konflik menurut 1102 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02
Oktober 2013ISSN 1411- 3341 Saifuddin adalah pertentangan yang bersifat langsung dan
disadari antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.Dengan
demikian konflik dan integrasi merupakan proses dan aspek yang melekat dalam struktur
kehidupan masyarakat. Masyarakat sebagai satu system yang terdiri atas peranan dan
kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi yang
diwujudkan dalam tindakan-tindakan sosial bukanlah hal yang statis, tetapi cenderung
berkarakter dinamis. Relasi social yang terbangun pun amat mengekspresikan kenyataan-
kenyataan obyektif tersebut. Karena gejala yang wajar terlebih lagi jika dalam
masyarakat tersebut juga mengalami perubahan sosial sekaligus perubahan kebudayaan.
Tidak ada satu masyarakat pun yang dalam proses perkembangannya tidak mengalami
adanya konflik social. Hal itu disebabkan oleh antara lain bahwa manusia sebagai
mahkluk social tidak dapat hidup terus-menerus dalam suatu ketaraturan dan ketertiban
abadi.Olehnya itu menurut Ismail dalam hubungan social antar suku bangsa, antar agama
dan antar golongan, dapat terjadi penyesuaian untuk menghindari pertentangan dan
supaya dapat hidup berdampingan dan saling memberi imbalan atau pengorbanan, baik
secara materi maupun secara social.Adanya hubungan positif negatif ini juga
menunjukkan adanya hidup rukun, tidak rukun. Pada titik inilah bias dielaborasi lebih
jauh bahwa hubungan antar suku bangsa, Agama dan antar golongan menjadi bertendensi
konflik atau berintegrasi, sejauhmana mereka menyadari makna penting Togetherness
Spirit dalam interaksi sosialnya. Jika roh kebersamaan itu dijauhi, maka konfliklah yang
terjadi, namun bila roh tersebut menjadi tarikan nafas kehidupan mereka, maka lekatan
integrasipun akan menjadi kokoh.Menurut Suparlan, ada 6 hal yang perlu dicermati,
bekaitan dengan terminologi rukun tersebut :Pertama, tidak ada kontak hubungan,
masing-masing tidak peduli karena mempunyai kesibukan-kesibukan dan kegiatan
sendiri-sendiri;Kedua, adanya hubungan yang informal dan spontan melalui system
kekerabatan, kekeluargaan, pertemanan, hobi dan hubungan-hubungan pribadi lainnya
seperti merasa behutang budi;Ketiga, adanya hubungan formal melalui upacara nasional,
sosial atau lokal.Keempat, adanya hubungan kerja yang saling menguntungkan;Kelima,
karena adanya aturan pemerintah atau perintah atasan dan;Keenam, adalah factor-factor
lain karena pemahaman ajaran agama, tradisi dan kebiasaan, adanya interest ekonomi,
takut dikucilkan dan lain-lain. Tentulah orangorang akan mencari-cari solusi kebudayaan.
Orang akan mencari cara untuk merangkul bahu rakyat yang hatinya sedang terluka.
Orang akan mencari-cari ciriciri kulturalnya; apa yang mereka mau, apa yang
membangkitkan percaya dirinya, apa yang bisa membangkitkan empatinya kepada negara
indonesia. Disitulah diperlukan pengetahuan tentang budaya suatu suku bangsa, bukan
hanya untuk kepentingan integrasi politik nasional, lebih lagi guna integrasi cultural atau
mungkin lebih tepat lagi adalah reintegrasi cultural"; membuhul kembali benang merah
pengikat kebangsaan secara cultural.Dalam kajian budaya cenderung melihat bahwa
tindakan individu ataupun kelompok individu dalam hidup bermasyarakat sangat
dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
"menghujat orang bukanlah budaya 1104 JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05
No. 02 Oktober 2013ISSN 1411- 3341 bangsa kita", "kita tidak mengenal budaya mundul
bila masa jabatan berakhir," membuat kerusuhan bukan nilai budaya bangsa kita"Dari
contoh diatas dapat diartikan bahwa perilaku tertentu dalam masyarakat ditentukan dan
dipengaruhi oleh : orientasi nilai-nilai budaya yang ditentukan oleh pranata-pranata
primodial dan ikatan kekerabatan, meyakini ikatan sosial adat karena mengaku sama-
sama berasal dari daerah yang sama, memiliki persilangan darah yang sama sumbernya;
melintasi dan meniadakan perbedaan asal-usul agama dan ras; aturan-aturan agama,
khususnya ajaran agama-agama besar yang memiliki umat dan pengikut; dan orientasi
nilai kepada aturan-aturan hidup secara nasional yang biasanya dikembangkan dalam
bentuk pranata-pranata politik dan ekonomi. Bila ada penyimpangan perilaku pada
individu atau kelompok individu maka hal itu adalah ulah oknum tertentu, bukanlah suatu
sistem atau nilai yang dianut masyarakat luas.Apakah menjarah dan membakar milik
orang lain adalah kebudayaan, yang mengesalkan, jum’at kliwon pun mereka beroperasi
pada hal seseuai tradisi tidak boleh menangkap ikan, ujar seorang nelayan, "mereka"
yang dimaksud dalam kasus ini adalah para nelayan atau perahu Trawi milik Taoke Cina
yang berasal dari bagan siapi-api . Dari contoh ini tampak nilai yang dianut oleh
kelompok masyarakat menjadi salah satu pemicu suatu tindakan sosial, terlebih lagi
sasarannya adalah orang luar atau orang-orang yang dianggap pendatang yang
melecehkan warga masyarakat setempat. SOOMER.
Temuan sangat menarik pada beberapa waktu lampau, yang menyebutkan bahwa
ada perasaan dan pikiran yang berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu terutama
masyarakat yang mayoritas masih hidup di pedesaan menganggap bahwa jumlah barang
yang ada dan dapat diperoleh dari kerja keras sangat terbatas yang disebut "Image
Limited Good" artinya bila disebuah desa atau tempat sudah ada orang yang sukses
hidupnya terutama dalam bidang ekonomi, maka anggota masyarakat yang lain walaupun
sudah bekerja keras tidak akan mendapatkan kesuksesan yang sama, karena apa yang
dicapai sudah diambil oleh orang yang sukses tadi. Hal ini terkait dengan faham bahwa
jumlah benda termasuk jasa itu terbatas, sehingga bila ada orang lain yang sudah
mengambilnya maka saya tidak akan mendapatkan hal yang sama, palingpaling
mendapatkan sisa atau bahkan tidak sama sekali. Karena jumlah sumber daya yang serba
terbatas itu, maka bila masyarakat yang merasa dirinya kurang beruntung, bolehlah
mengambil sedikit bagiannya dari orang yang lebih beruntung. Penjarahan oleh warga
masyarakat yang terhadap harta benda dipusat-pusat pertokoan, penjarahan kayu milik
"Negara", dan penjarahan-penjarahan modus lain selama ini mungkin termasuk tindakan
yang terpengaruh oleh faham Image of Limited Good ini.Realitas sosial yang terjadi dan
temuan penelitian yang dikutip ini secara jujur harus diakui bahwa itu belum
mencerminkan realitas obyektif yang sesungguhnya. Namun ada pretensi umum bahwa
problematika pluralistik bangsa ini tidak akan terlalu jauh dari titik singgung yagn amat
rentan sensitive. Sebab dari dalam diri sendiri yaitu yang menyangkur kemampuan
internal atau kualitas pribadi manusia. Hal ini kadang terjadi dari sistem pemahaman dan
interprestasi yang kurang tepat terhadap sistem nilai budaya, sehingga menjadi rujukan
perilaku yang fatalistik, tidka saling menghargai martabat masingmasing, tidak saling
mengetahui dan menghargai identitas individu, penggunaan bahasa yang tidak
proporsional, menonjolkan/ mengagung-agungkan filosofi suku bangsanya ditenga-
tengah perkauman lainnya, lemah wataknya bangsa Indonesia: dikuasai oleh indoktrinasi
dan pemujaan terhadap materi.2. Sebab Kultural, Ykni yakni yang menyangkut
pandangan nilai dan sikap mental serta perilaku masyarakat. Hal ini tumbuh dari sistem
nilai budaya yang menghargai cara-cara kehidupan yang menghindari kesenanagan dan
keharmonisan hidup duniawi. 02 Oktober 2013 1107ISSN 1411- 3341 parahnya adalah
sikap ekspolifis dikalangan suku-suku bangsa tertentu yang pada akhirnya menimbulkan
kecemburuan bagi perkauman yang lain.3. Sebab Struktural, artinya ada struktur
kekuasaan yang memberikan runag/peluang bagi lahirnya desintegrasi bangsa seperti
rendahnya legitimasi pemerintahan, kekacauan ekonomi, tingginya represi, banyaknya
pelanggaran HAM dan ketidakadilan pemerintah pusat dalam memperlakukan daerah
terutama persoalan keuangan daerah, porsi pembangunan yang kecil, penempatan aparat
pemerintah yang tidak memperhatikan dan tidak memperhitungkan elit-elit local,
penyalahgunaan kekuasaan dan hukum, pertarungan misi antar segenap unsur kekuasaan,
penataan ruang kota tanpa memberdayakan warga masyarakat lokal yang tergusur,
pembangunan prasarana umum yang cenderung tidak memperhatikan kemampuan warga
lokal, serta pembangunan berbagai fasilitas umum yang menimbulkan dampak rusaknya
kebudayaan lokal.Para terakhir tahun 1990-an bangsa indonesia memang ada dalam ujian
yang amat berat.

Menurut Jenderal Gatot Soebroto


berganti menjadi Komandan Devisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang
dianggap gemilang dalam pertempuran Ambarawa.Gatot Soebroto adalah Gubernur
Militer Jawa Tengah yang membantu TRI dalam melawan NICA, Sekutu dan Belanda
pada Palagan Ambarawa, Serangan Umum 1 Maret, dan Serangan Umum Surakarta.
Pada tahun 1948 terdapat Peristiwa Madiunatau Madiun Affairsyang melibatkan pihak
Partai Komunis Indonesia(PKI) dan Tentara Nasional Indonesia. Pemberontakan tersebut
berada diwilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berakhir diatasi dengan baik oleh
TKR di bawah pimpinan Gatot Soebroto. Saat melawan PKI, Gatot Soebroto
melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan. Di sebelah barat, Gatot
Soebroto yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta)
tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi II.Ia dimakamkan di
Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan sebagai pahlawan
Kemerdekaan Nasional menurut SSK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga
merupakan aah angkat daro Bob Hasan. Seorang pengusaha ternama dan mantan menteri
Indonesia pada era
SOLUSINYA
Kali ini saya akan menjelaskan tentang beberapa upaya pencegahan disintegrasi bangsa. Dalam
menjalani kehidupan, tentu tidak bisa lepas dari apa yang namanya perubahan. Perubahan yang
terjadi ada yang bisa menerimanya dengan lapang dada. Namun tidak sedikit juga yang tidak
menerima dan bahkan menentangnya sampai bermaksud ingin melakukan tindakan anarkis.
Hal ini bisa menimbulkan sebuah permasalahan yang dinamakan disintegrasi. Disintegrasi di sini
bisa terjadi baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun juga dalam ranah bernegara.
Seperti contoh orang atau sekelompok orang yang biasanya tergabung dalam sebuah organisasi
menolak sebuah perubahan yang dilakukan oleh pemerintah.
Mereka bahkan secara terang-terangan menolak sebuah perubahan tersebut. Selain itu, muncul
gerakan atau tindakan-tindakan yang di dalamnya berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa.
Untuk itulah, pentingnya tindakan pencegahan agar tidak sampai menimbulkan permasalahan
yang semakin rumit.
Sebenarnya disintegrasi juga dinamakan dengan konflik. Jadi, disintegrasi bangsa merupakan
sebuah konflik yang terjadi dalam ranah atau domain bangsa. Salah satu contoh dari disintegrasi
bangsa yang terjadi adalah kerusuhan pada 22 Mei yang lalu yang mana massa menolak hasil
keputusan KPU tentang kemenangan salah satu paslon.

Jenis-jenis Disintegrasi

Selain itu, secara teori terdapat beberapa jenis disintegrasi, yaitu:


1. Disintegrasi vertikal
Untuk disintegrasi vertikal ini terjadi dalam sebuah strata atau tingkatan yang berbeda. Strata
yang satu lebih tinggi dibandingkans strata yang lainnya.. Misalnya, sebuah disintegrasi yang
terjadi antara anak dengan orang tua maupun antara suami dengan istri. Sudah tentu dalam hal ini
strata atau tingkatan orang tua lebih tinggi dibandingkan dengan anak. Strata suami pun juga
lebih tinggi dibandingkan dengan istri.
Selain itu, disintegrasi vertikal ini juga bisa muncul diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah yang dinilai tidak pro terhadap rakyat. Meskipun sebenarnya kebijakan
yang dibuat pemerintah sudah melalui perundingan dan perencanaan yang matang, namun tetap
saja terkadang banyak masyrakat yang menilai kebijakan tersebut kurang tepat atau bahkan
salah.
2. Disintegrasi horizonal
Jika sebelumya disintegrasi vertikal disebabkan karena perbedaan strata atau tingkatan, maka
untuk disintegrasi horizontal ini terjadi pada masyarakat yang memiliki strata yang sama.
Maksudnya, masyarakat yang mengalami konflik tersebut sama-sama memiliki kedudukan dan
tidak ada yang lebih tinggi atau lebih dominan. Biasanya, konflik seperti ini terjadi akibat
kurangnya komunikasi sehingga menimbulkan salah paham.
Perbedaan pendapat yang terjadi tersebut tidak dibarengi dengan komunikasi yang baik. Selain
itu, kedua pihak juga tidak memiliki sifat legowo untuk bisa menerima pendapat dari orang lain.
Salah satu contoh disintegrasi aatau konflik horizontal yang terjadi adalah kerusuhan yang ada di
Poso dan juga Sampit.
Mungkin anda sudah tahu bahwa kerusuhan tersebut, khususnya di Sampit sangatlah
menyeramkan dimana banyak sekali korban meninggal. Selain itu, konflik horizonal yang lebih
sederhana dan mungkin anda pernah mengalaminya adalah konflik yang terjdi antara pendukung
kesebelasan. Kerusuhan ini biasanya karena rivalitas dari kedua klub yang sudah berlangsung
selama puluhan tahun.
Lalu bagaimana upaya pencegahan disintegrasi bangsa? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah disintegrasi bangsa tidak sampai terjadi. Bagi anda yang ingin tahu
selengkapnya, silahkan simak penjelasan di bawah ini. Namun sebelum itu kami juga telah
menyajikan informasi penting seputar sejarah Republik Catalunya dan sejarah Korea Selatan.

Upaya Pencegahan Disintegrasi Bangsa

1. Memberikan pemahaman tentang patriotisme


Upaya pencegahan disintegrasi bangsa yang bisa dilakukan adalah masyarakat harus memiliki
jiwa patriotisme atau cinta tanah air. Masyarakat harus mulai berpikir bahwa kepentingan negara
jauh lebih berfaedah dan lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi maupun juga
kelompok. Rasa cinta tanah air, rasa persaudaraan, dan jiwa pancasila memang harus ditanamkan
oleh setiap individu.
Mereka harus sadar bahwa apapun dan bagaimana pun kondisinya, Indonesia harus tetap menjadi
negara yang bersatu. Istilah ini biasanya dislogankan sebagai “NKRI harga mati”. Lalu
bagaimana jika ada keputusan yang tidak pro rakyat? Jalan yang dilakukan adalah dengan
berdiskusi melalui lembaga-lembaga yang memang bertugas sebagai pihak penengah untuk
penyelesaian permasalahan tersebut. Dengan begitu, sikap maupun tindakan yang dilakukan
berdasarkan argumentasi dan bukan sentimen. Hal ini akan mencegah terjadinya disintegrasi
bangsa yang dapat merugikan semua pihak.
2. Menghilangkan hal-hal yang berbau primodalisme
Primodalisme merupakan sebuah pandangan atau sikap yang memegang kuat mengenai hal-hal
yang sudah dibawa sejak kecil. Hal-hal tersebut bisa berhubungan dengan tradisi, kepercayaan,
adat-istiadat, dan lain sebagainya. Semua orang harus mulai meninggalkan primodalisme sempit
yang bisa mempengaruhi stabilitas berbangsa dan bernegera.
Selain itu, tindakan-tindakan lainnya yang berhubungan atau berpotensi menimbulkan KKN atau
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme juga harus ditinggalkan. Ketiga hal juga bisa memicu
munculnya rasa ketidakpercayaan masyarakat sehingga kemudian masyarakat berpotensi
melakukan perlawan yang akhirnya mengakibatkan disintegrasi bangsa.
3. Rakyat harus punya sikap selektif
Tidak bisa kita pungkiri bahwa ada pihak-pihak yang saat ini sudah berusaha untuk memecah
belah bangsa. Usaha pemecah belah bangsa tersebut biasanya dilakukan dengan membawa isu-
isu yang sensitifi, seperti agama. Terlebih lagi, perkembangan dunia komunikasi sudah semakin
maju dimana berita akan sangat mudah menyebar melalui media sosial.
Oleh karena itu, masyarakat diminta harus lebih cerdas dan selektif di dalam membaca dan
memilih berita yang muncul atau sedang viral. Tidak semua berita yang viral tersebut terbukti
benar alias fakta. Masyarakat harus pandai mengecek kebeneran dari berita atau isu-isu yang
dimunculkan oleh berbagai akun di media sosial. Dengan begitu, mereka tidak akan mudah
termakan isu tersebut.
4. Meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat
Upaya mencegah disintegrasi bangsa juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Saat ini kepercayaan masyarakat menurun terhadap lembaga-lembaga yang
sebelumnya dinilai masyarakat memiliki kredibilitas dan netralitas. Lalu bagaimana
mengatasinya? Pemerintah harus benar-benar mampu membangun kepercayaan mereka dengan
penjelasan dan berbagai bukti yang dilakukan.
5. Melawan berbagai gerakan separatis
Pemerintah juga harus melawan berbagai gerakan separatis yang muncul yang dapat
mengganggu stabilitas negara. Tentu hal ini juga harus diimbangi dengan keterlibatan
masyarakat di dalam mengakses berita tersebut. Pemerintah harus menjelaskan secara jelas
mengenai gerakan yang mereka lawan berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Dengan
begitu, disintegrasi bangsa bisa dicegah.

Anda mungkin juga menyukai