I WAYAN JONIARTA
149
Banalitas Korupsi di Indonesia.....(I Wayan Joniarta)
kebejatan. Intinya, korupsi adalah masalah sosial yang identik dengan penyakit
menyalahgunakan kepercayaan yang kronis yang semestinya segera diberantas.
diberikan publik atau pemilik untuk
Meminjam analogi kedokteran yaitu Ibarat
kepentingan pribadi (Alatas dalam Salma,
2014). Korupsi secara sederhana dipahami mengamputasi kanker ganas, diamputasi
sebagai upaya menggunakan kemampuan disuatu bagian tubuh bisa saja sepintas
campur tangan karena posisinya untuk
kelihatannya hilang namun kenyataan kanker
menyalahgunakan informasi, keputusan,
pengaruh, uang atau kekayaan untuk ganas tersebut menjalar menyerang saraf
kepentingan keuntungan dirinya yang lainnya karena penyakit tersebut sudah
(Haryatmoko dikutip Santosa ,dkk, 2014).
menyatu dengan darah. Demikian pula
Huntington dalam Salama (2014)
mendefinisikan korupsi sebagai “behavior of diandaikan menggosok gigi, pada saat
public officials which deviates from digosok tampak tak ada tahi gigi, tetapi
accepted norms in order to serve private dalam berselang beberapa saat kemudian
ends”. Selanjutnya dialih bahasakan bahwa
korupsi merupakan perilaku yang aklivitas makan akan dilakukan sehingga
menyimpang dari norma-norma yang muncul tahi gigi yang baru, begitu
diterima dan dianut masyarakat dengan selanjutnya.
tujuan untuk mendapatkan keuntungan
Korupsi sebenarnya dapat ditinjau dari
pribadi yang dilakukan oleh para pegawai
publik. Ini berarti korupsi terjadi tidak jauh berbagai perspektif seperti perspektif hukum,
dari wewenang dan kekuasaan. Dengan perspektif ekonomi, perspektif politik,
demikian dapat dipahami bahwa korupsi
perspektif psikologis. Tulisan ini mencermati
bisa dilihat dari dua sisi yang kontradiktif,
artinya diberikan kewenangan yang korupsi di Indonesia terutama dari perspektif
seharusnya untuk kesejahteraan masyarakat budaya. Adapun yang mendasari tinjauan
umum, tetapi disalah gunakan menjadi
dari perspektif budaya karena sepanjang
untuk keuntungan diri sendiri. Selanjuttnya
Purwantari dikutif oleh Salama (2014) perjalanan pengelolaan negara cendrung
mengatakan “praktik korupsi tidak lagi terdapat berbagai gejala-gejala kebudayaan
hanya sebatas kejahatan struktural dan yang mendorong korupsi mudah dilakukan di
pelanggaran moral, tapi lebih dari itu,
setiap lembaga negara. Untuk lebih
korupsi telah menciptakan banalitas korupsi.
Banal, sama artinya menjadikan korupsi meyakinkan dapat dicermati korupsi pada era
sebagai sesuatu yang lumrah, biasa, wajar, sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan
bahkan menjadi prinsip penggerak
sampai era reformasi sekarang. Tuntutan
kehidupan sehari - hari”.
pemberantasan korupsi yang paling
Sebagian masyarakat cendrung
memuncak pada saat tuntutan reformasi
menganggap praktek korupsi sebagai
150
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial
Volume 2, Nomor 1, Februari 2018 ISSN: 2581-2424
yang terjadi tahun 1998, namun sampai saat kondisi sebelum Indonesia merdeka dan
ini koruposi masih bersifat massif. setelah merdeka.
Fenomena tersebut memunculkan “Sejarah sebelum Indonesia merdeka
keinginan untuk meninjaunya kenapa justru sudah diwarnai oleh budaya tradisi korupsi
dengan semakin banyak aturan dan lembaga yang tiada henti karena didorong oleh motif
yang menangani korupsi justru korupsi kekuasaan, kekayaan dan wanita” (Rahayu,
semakin membudaya di Indonesia 2013). Ternyata pada jaman kerajaan
sebutan tahta, harta dan wanita sudah saling
KORUPSI DI INDONESIA DALAM bergandengan. Hal tersebut dapat
PERJALANANNYA diperkirakan sebagai faktor penyebab
Mencermati kondisi Indonesia dalam runtuhnya raja-raja pada jamannya. Seperti
perkembangannya, tampaknya korupsi dikatakan bahwa “sebenarnya kehancuran
tetap lestari atau bila boleh dikatakan sudah kerajaan-kerajaan besar ( Sri Wijaya, Maja
membudaya sejak lama, sehingga cendrung Pahit dan Mataram) adalah karena perilaku
dianggap wajar para pelaku dalam korup dari sebagian besar para
melakukan korupsi, walaupun disisi lain bangsawannya” (Rahayu, 2013). Selanjutnya
dikatakan “korupsi di tanah negeri ibarat Mochtar Lubis dan James C. Scott (Indriana :
warisan haram tanpa surat wasiat” 2013) bahwa ”... bahkan budaya korupsi
(Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan sudah berakar dari orang-orang terdahulu
Tinggi, 2011 : 39). Walaupun berbagai yaitu pada masa kerajaan di mana kekuasaan
upaya telah dilakukan baik melalui aturan bertumpu pada birokrasi patrimonial dalam
hukum, pencerahan moral, dan sejenisnya kerangka kekuasaan feodal ” Korupsi pada
untuk memberantas korupsi, tetapi jaman kerajaan merambah pada tataran
kenyataannya korupsi tampaknya tetap dibawah raja, Sebagai pendukung pernyataan
lestari. Untuk meyakinkan bahwa korpsi tersebut Rahayu (2013) mengemukakan ”
telah mendarah daging di Indonsia perlu Budaya yang sangat tertutup dan penuh
kiranya mengadakan penelusuran terhadap keculasan itu turut menyuburkan budaya
perjalanan sistem pemerintahan yang korupsi… Tidak jarang abdi dalem juga
pernah diterapkan di Indonesia. Untuk melakukan korup dalam mengambil upeti
itulah melalui tulisan ini akan dicoba (pajak) dari rakyat yang akan diserahkan
mendapatkan informasi tentang situasi dan kepada Demang (Lurah) selanjutnya oleh
151
Banalitas Korupsi di Indonesia.....(I Wayan Joniarta)
Demang akan diserahkan kepada untuk melakukan korupsi. Mudah-mudahan
Turnenggung”. ……………..+ tidak salah apa yang disampaikan dalam
Teriring runtuhnya pemerinahan – tulisan ini bahwa setelah Indonesia merdeka
pemerintahan jaman kerajaan di Indonesia, terbagi menjadi Era Orde Lama, Era Orde
selanjutnya pada saat Indonesia dijajah oleh Baru dan Era Reformasi.
Belanda selama tiga setengah abab, Pada era Orde Lama Lembaga
tampaknya pemerintah Belanda memahami pemberantasan korupsi dikenal dengan
betul karakter bangsa Indonesia. Seiring istilah “Operasi Budhi”. Sasarannya adalah
dengan itu dikatakan bahwa “. perusahaan-perusahaan negara serta
……penyebab utama mudahnya bangsa lembaga-lembaga negara lainnya yang
asing (Belanda) mampu menjajah Indonesia dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi.
sekitar 350 tahun), lebih karena perilaku elit Operasi Budhi ternyata juga mengalami
bangsawan yang korup, lebih suka hambatan. Misalnya, “untuk menghindari
memperkaya pribadi dan keluarga, kurang pemeriksaan, Dirut Pertamina mengajukan
mengutamakan aspek pendidikan moral, permohonan kepada Presiden untuk
kurang memperhatikan “character building” menjalankan tugas ke luar negeri, sementara
( Rahayu :(2013). Melalui politik devide et direksi yang lain menolak diperiksa dengan
imperanya, bangsa Indonesia cendrung dalih belum mendapat izin dari atasan.
mudah ditaklukkan. Disamping itu justru Rahayu (2013)
cara yang diterapkan pada jaman kerajaan Pada era Orde Baru, pada pidato
ditiru oleh penjajah Belanda, misalnya hasil kenegaraan di depan anggota DPR/MPR
tanggal 16 Agustus 1967, Pj Presiden
penelitian Rahayu (2013) menyebutkan
Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama
”mengambil upeti dari rakyat kecil yang yang tidak mampu memberantas korupsi
dilakukan oleh raja Jawa ditirun oleh sehingga segala kebijakan ekonomi dan
gelombang protes dan unjuk rasa yang
Belanda ketika menguasai Nusantara ( 1800-
dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi
1942)”. Soeharto dengan membentuk Komite Empat
Perkembangan selanjutnya yaitu beranggotakan tokoh-tokoh tua yang
dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof
sesudah Indonesia merdeka budaya korupsi
Johannes, IJ Kasimo, Mr Wilopo dan A
yang sudah mengakar dan mendarah daging Tjokroaminoto. Tugas mereka yang utama
justru bukannya menghilang tetapi tumbuh adalah membersihkan antara lain
subur, para koruptor cendrung tidak jera Departemen Agama, Bulog, CV Waringin,
PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina.
152
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial
Volume 2, Nomor 1, Februari 2018 ISSN: 2581-2424
Namun kornite ini hanya “macan ompong” murni, kecuali secara “konkesuen” alias
karena hasil temuannya tentang dugaan “kelamaan”. ( Rahayu:(2013).
korupsi di politik berpusat di Istana. Pidato
itu memberi isyarat bahwa Soeharto ERA REFORMASI
bertekad untuk membasmi korupsi sampai Reformasi merupakan satu kata yang
ke akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad tampak sederhana, tetapi bila ditelusuri dan
itu tak lama kemudian dibentuklah Tim dicermati lebih jauh justru mempunyai
Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai makna yang amat berarti. Reformasi
Jaksa Agung. Rahayu (2013) Tahun 1970, diartikan sebagai pembaharuan, reformation
terdorong oleh ketidak-seriusan TPK dalam (bahasa Inggris). Reformasi bertujuan
memberantas korupsi seperti komitmen membawa Indonesia pada perubahan yang
Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan besar, teriring dengan turunnya Ptesiden
unjuk rasa memprotes keberadaan TPK. Soeharto dari panggung politik melalui
Perusahaan-perusahaan negara seperti pembacaan teks pidatonya memutuskan
Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan lengser sebagai presiden pada tanggal 21
banyak disorot masyarakat karena dianggap Mei 1998. Lengsernya Soeharto yang
sebagai sarang korupsi. Maraknya Pertamina selama tiga puluh dua tahun sebagai
tak direspon pemerintah. Ketika Laksamana presiden menjadikan bangsa Indonesia
Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, berada dalam posisi transisi.
Gerakan
dibentuklah Opstib (Operasi Tertib) derigan reformasi merupakan jawaban atas krisis
tugas antara lain juga memberantas korupsi.( yang merambah berbagai bidang kehidupan,
Rahayu:(2013) seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis
Jika pada masa Orde Baru dan hukum, dan krisis sosial.
Berbagai krisis
sebelumnya “korupsi” lebih banyak tersebut merupakan faktor pemicu
dilakukan oleh kalangan elit pemerintahan, munculnya gerakan reformasi.
Tak kalah
maka pada Era Reformasi hampir seluruh pentingnya yang amat menentukan
elemen penyelenggara negara sudah munculnya gerakan reformasi yaitu krisis
terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat kepercayaan.
Dengan demikian reformasi
ganas. Di era pemerintahan Orde Baru, tampaknya merupakan suatu gerakan yang
korupsi sudah membudaya sekali, menginginkan perubahan kehidupan
kebenarannya tidak terbantahkan. Orde Baru bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke
yang bertujuan meluruskan dan melakukan arah yang lebih baik dan memenuhi amanah
koreksi total terhadap ORLA serta masyarakat luas. Tujuan utamanya adalah
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 adanya perubahan kehidupan dalam bidang
secara murni dan konsekwen, namun yang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya
terjadi justru Orde Baru lama-lama rnenjadi yang lebih baik, demokratis tak
Orde Lama juga dan Pancasila maupun mengabaikan prinsip kebebasan.
UUD 1945 belum pernah diamalkan secara Bila diperbolehkan melalui tulisan ini
sepakat bahwa terdapat pihak-pihak yang
153
Banalitas Korupsi di Indonesia.....(I Wayan Joniarta)
diberikan kepercayaan oleh masyarakat www.bbc.com/Indonesia/Indonesia-
untuk memimpin melakukan perubahan. 39279011, 15 Maret 2017
Pihak-pihak itu dinamakan sebagai agent of
change. Berbagai perubahan yang terjadi Pada 2010, KPK menjerat 26 tersangka
anggota DPR dalam kasus cek pelawat.
pada era reformasi seperti: 1). pada bidang Kasus korupsi pengadaan alat kesehatan,
politik, yaitu sistem pemilu dimana pada Era malah menjadikan pejabat-pejabat teras di
Orde Baru pemilihan melaui perwakilan, Kementerian Kesehatan, termasuk
namun pada Era Reformasi pemilu secara menterinya Siti Fadilah Supari sebagai
langsung dan tahun 2018 mulai mengarah tersangka.
pada pemilu serentak, 2). Sistem sentralisasi www.bbc.com/Indonesia/Indonesia-
39279011, 15 Maret 2017
pada era Orde Baru berubah menjadi
desentralisasi (otomi daerah).dan "KPK juga pernah mengusut korupsi
sebagainya. 3).bidang hukum, pengadaan mobil pemadam kebakaran, itu
......4)......5)....., dll. Dari beberapa melibatkan menteri dan kepala-kepala
perubahan di atas, fenomena korupsi daerah di Indonesia," kata Haryono Umar,
termasuk strategi memberantas korupsi, bekas salah seorang pejabat senior KPK
pembentukan lembaga yang menangani dalam seminar yang sama. Kata dia, "Semua
pejabat berpotensi terseret korupsi."
korupsi seperti KPK
www.bbc.com/Indonesia/Indonesia-
Tidak sedikit kasus dugaan korupsi 39279011, 15 Maret 2017
di Indonesia yang menjadi sorotan publik.
Jadi koruptor tak mesti pejabat kelas kakap,
Seperti dikemukakan Arini dalam judul "Seorang pegawai rendah pun jika punya
Novel Baswedan dan 6 Kasus Korupsi di kewenangan untuk menentukan seorang bisa
Indonesia (https :www.shopback.co.id) naik pangkat atau tidak, itu juga bisa terjadi
bahwa dugaan korupsi yang tergolong besar juga korupsi," katanya sambal mengutip
seperti “Kasus korupsi proyek simulator perkataan Lord Acton: Kekuasaan
ujian SIM Korps Lalu Lintas Polri, kasus cenderung korup, dan kekuasaan mutlak
menghasilkan korupsi.
korupsi Wisma Atlet Hambalang, kasus www.bbc.com/Indonesia/Indonesia-
korupsi perizinan kebun sawit yang 39279011, 15 Maret 2017
menyeret Bupati Buol, kasus jual beli
perkara Pemilukada, kasus korupsi suap Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu
pemilihan Dewan Gubernur Senior Bank membuat segenap bangsa Indonesia gundah
Indonesia, kasus korupsi E-KTP”. gulana. Ternyata korupsi terjadi pada
pelbagai sektor dan juga kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta
Kasus mega korupsi KTP, begitu banyak
sektor swasta (private sector). (Waluyo,
orang menyebutnya, diduga menyeret
2014)
puluhan nama pejabat yang pernah menjadi
Dengan demikian, maka sikap dan mental
anggota DPR. Beberapa di antaranya bahkan
masyarakat terhadap praktik KKN dalam
kini menjadi pejabat menteri kabinet. Nilai
penyelenggaraan negara juga sangat
kerugian negara atas kasus ini disebutkan
menentukan upaya mewujudkan tata kelola
mencapai Rp2,3 triliun.
pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas
154
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial
Volume 2, Nomor 1, Februari 2018 ISSN: 2581-2424
KKN. Selama ini tata nilai masyarakat patrimonial yang lama tentu tidak
hanya menghargai seseorang dari aspek mempunyai kekuatan untuk menghalangi
materi semata, sehingga sikap masyarakat berkembangnya korupsi. Malahan kita lihat
banyak mentolerir perilaku koruptif. Apalagi betapa si pengawas ikut korupsi dengan
bila hasil korupsi tersebut sebagian yang diawasinya. Malahan sampai-sampai
disumbangkan ke masyarakat untuk kegiatan alat penyidik, penuntut umum, dan hakim
sosial maupun keagamaan. Seolah-olah hal sendiri banyak terlibat dalam tindak korupsi.
ini telah menghapuskan dosa -dosa para Seperti kasus yang populer akhir-akhir ini,
pelaku korupsi. (Waluyo, 2014) yaitu kasus yang dilakukan oleh ketua
Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Dalam
Pada 17 Oktober 2006, Kejaksaan Agung kasus ini Akil Muchtar tidak bermain
Republik Indonesia mulai menayangkan foto sendiri, bahkan mantan ketua Mahkamah
dan menyebarkan data para buronan tindak Konstitusi itu menyeret beberapa nama yang
pidana korupsi yang putusan perkaranya ikut andil di dalamnya (lihat Suara
telah berkekuatan hukum tetap. Data dan Merdeka, 4/10/13). Ini merupakan tamparan
foto 14 belas koruptor tersebut direncanakan besar bagi para pengak hukum Indonesia.
ditayangkan di televisi dan media massa Korupsi mungkin mencakup nepotisme atau
dengan frekuensi seminggu sekali. sikap suka memberi jabatan kepada sanak
famili, serta mengadakan penggelapan.
Pada kenyataannya penyelesaian korupsi Dalam kedua hal ini terdapat perangsang
masih tebang pilih dan pelaksanaan dengan pertimbangan tidak wajar. Jadi,
hukumnya masih belum maksimal. korupsi sekalipun khusus terkait dengan
Merebaknya kasus korupsi di Indonesia penyuapan atau penyogokan. Jadi keduanya
bukan hanya kali ini saja, bahkan budaya dalah istilah umum yang mencakup
korupsi sudah berakar dari orang-orang penyalahgunaan wewenang sebagai hasil
terdahulu yaitu pada masa kerajaan di mana pertimbangan demi memperoleh keuntungan
kekuasaan bertumpu pada ”birokrasi pribadi. Dalam arti yang seluas-luasnya,
patrimonial” dalam kerangka kekuasaan korupsi mencakup penyalahgunaan
feodal (dalam Mochtar Lubis dan James C. kekuasaan serta pengaruh jabatan atau
Scott, 1988: 18). Warisan birokrasi kedudukan istimewa dalam masyarakat
patrimonial kita telah menimbulkan untuk maksud-maksud pribadi. Lebih lanjut
birokrasi nepotisme, yang memberi jabatan Salomonson (dalam Mochtar Luis dan
atau jasa khusus pada sanak dan sahabat. James C. Scott, 1988: 18) menyatakan
Dalam lingkungan seperti ini berbuat penyalahgunaan kekuasaan telah berakar
korupsi dianggap sebagai sesuatu yang dalam perdagangan swasta, baik di dalam
wajar saja. (Indriana, 2013) maupun di luar negeri, dan meluas
sedemikian rupa dalam takaran tak
Kehadiran birokrasi patrimonial terbayangkan. (Indriana, 2013)
tidak hanya dalam bentuk-bentuknya yang Pertama, faktor politik atau yang berkaitan
tradisional, melainkan juga dalam bentuk- dengan masalah kekuasaan. Lord acton
bentuknya yang baru, seperti badan (1902) bahkan menyatakan kecenderungan
pengawas keuangan negara, inspektur kekuasaan pada tindakan korupsi dan
jenderal di tiap kementrian, parlemen, alat kekuasaan yang berlebihan mengakibatkan
penuntut umum, dan sebagainya. Tetapi korupsi yang berlebihan pula. (Indriana,
bentuk-bentuk modern ini, yang tetap 2013).
dikuasai oleh nilai-nilai birokrasi
155
Banalitas Korupsi di Indonesia.....(I Wayan Joniarta)
PSIKOLOGI VOLUME 41, NO. 2,
DESEMBER 2014: 149 – 164
Penulis adalah Dosen FISIP UNDIKNAS Program Studi Ilmu Administrasi Negara
156