Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

ETIK UMB
TINDAKAN KORUPSI DAN
PENYEBABNYA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
U001700009 Dra. Winny Kresnowiati,
M.Si

Abstract Kompetensi

Saat ini musuh utama kita tidak lagi Setelah mempelajari modul ini
sekedar terorisme dan narkoba, tetapi juga diharapkan mahasiswa mampu
menemahami dan menjelaskan
korupsi. Korupsi terjadi di mana-mana. Dari mengenai:
mulai pejabat tinggi hingga ke tingkat RT 1. Pengertian korupsi
dan RW. Bahkan katanya (faktanya), 2. Penyebab korupsi
korupsi di Indonesia terjadi sejak manusia 3. Jenis-jenis korupsi
lahir hingga meninggal dunia.

MODUL 14
TINDAKAN KORUPSI DAN
PENYEBABNYA
Pengantar

“Politik adalah cara merampok dunia.


Politik adalah cara menggulingkan kekuasaan,
untuk menikmati giliran berkuasa.
Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan,
dari becak ke taksi, dari taksi ke
sedan pribadi lalu ke mobil sport, lalu: helikopter!”
(Kuitipan dari sajak WS Rendra)

Sekitar tahuhn 1990-an, salah satu jurnal terkemuka di Amerika Serikat,


Foreign Affairs, mengungkapkan bahwa korupsi di Indonesia telah menjadi “way
of life”. Korupsi telah menjadi cara hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Korupsi merupakan jalan pintas untuk menjadi kaya dengan cara mengeruk uang
negara ke buku tabungan pribadi. Jika dulu seseorang untuk menjadi kaya perlu
bersekutu dengan makhluk seperti ular, babi, buta ijo, dan lain-lain, sekarang
cukup bersekutu dengan kawan sekantor yang memiliki kekuasaan.

Banyak kalangan yang menyebut terorisme merupakan bahaya yang


paling menakutkan di Indonesia, hingga hukuman mati pun diberlakukan. Telah
belasan teroris yang harus meringkuk di jeruji besi, bahkan beberapa di
antaranya meregang nyawa dihadapan regu tembak. Perang terhadap teroris
pun tak pernah mengenal kata usai. Lalu berikutnya yang menjadi musuh besar
bangsa ini adalah narkoba (narkotika). Perang terhadap narkoba pun terus

‘1 Etik
3 2 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dilancarkan. Hasilnya, puluhan orang masuk penjara, termasuk warga negara
asing (WNA). Meskipun kerapkali terjadi kontroversi atas perlakukan terhadap
bandar narkoba (hukuman ringan sampai kepada pemberian remisi), tetapi
setidaknya bangsa ini dipandang berhasil dalam memberantas narkoba.

Saat ini musuh utama kita tidak lagi sekedar terorisme dan narkoba,
tetapi juga korupsi. Korupsi terjadi di mana-mana. Dari mulai pejabat tinggi
hingga ke tingkat RT dan RW. Bahkan katanya (faktanya), korupsi di Indonesia
terjadi sejak manusia lahir hingga meninggal dunia. Coba lihat, ketika Anda
mengurus akta kelahiran, saat tali pusar belum lepas dari si buah hati, hingga
ketika Anda mengusrus surat kematian, dan tanah pemakaman, di saat air mata
masih basah di pelupuk mata. Terlalu banyak fakta korupsi di negeri ini, hingga
sebagian orang menjuluki sebagai republik korup, republik di mana termapt
bersemayamnya berbagai gembong koruptor dengan leluasa menghabisi asset
negara.

Sampai kapan korupsi ini akan berakhir? Kita tidak bisa menjawabnya.
Belum ada kitab mana pun yang mampu meramal kapan korupsi di Indonesia
akan berakhir. Para intelektual, agamawan, budayawan, pakar pendidikan, dan
lain-lain seakan “angkat tangan” untuk memberikan wejangan agar korupsi tamat
riwayatnya di bumi ini.

Pengertian
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere1 yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.

1
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html

‘1 Etik
3 3 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam Webster Dictionary, korupsi: “immoral conduct or practices harmful
or offensive to society, atau a sinking to a state of low moral standars an
behavior (the corruoption of the upper class eventually led to the fall of the roman
empire).

Korupsi menurut Huntington (1968)2 adalah perilaku pejabat publik yang


menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku
menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut
Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum.

Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri


Ahimsha-Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan
politik pemaknaan. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan
curang yang merugikan negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam
modus. Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit
menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan (extortion),
dan nepotisme. Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat,
teman, atau sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari
kemampuan yang dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas
1999:6).

Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi
kepentingan umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-
pelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi
dengan kerahasiaan, pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap
akibat yang ditimbulkannya terhadap masyarakat.

Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah


untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang
konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif.
Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras
pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun asing), memakai
2
http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html

‘1 Etik
3 4 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannnya yang
resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak
korupsi.

Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya
dibagi menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik
(little culture). Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak
dengan subyektifitas pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton
dianggap sebagai pusat budaya. Bila terdapat pusat budaya lain di luar kraton,
tentu dianggap lebih rendah dari pada budaya kraton. Meski pada hakikatnya
dua budaya tersebut berdiri sendiri-sendiri namun tetap ada bocoran budaya.

Bila kita merujuk kepada UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan


bahwa pengertian korupsi mencakup perbuatan:

1. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan

keuangan /perekonomian negara (pasal 2).

2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat

merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan

keuangan/perekonomian negara (pasal 3)

3. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11)

4. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10)

5. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12)

6. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7)

7. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C)

‘1 Etik
3 5 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyebab Korupsi
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam.
Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian
korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi/ kelompok/
keluarga/ golongannya sendiri. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan
seseorang melakukan tindakan korupsi antara lain yaitu :

 Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang


mampu memberi ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang
menjinakkan korupsi.
 Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
 Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan
dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
 Kurangnya pendidikan.
 Adanya banyak kemiskinan.
 Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
 Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
 Struktur pemerintahan.
 Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal,
korupsi muncul sebagai penyakit transisional.
 Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut
GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi
meliputi :

 Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang


secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
 Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau
instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
 Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

‘1 Etik
3 6 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan
melakukan kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku


(actor) korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di
luar organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban.
Sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban
perbuatan korupsi (victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang
kepentingannya dirugikan.

Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan


tindakan korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat,
kehendak, dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan
dari teman-teman, kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya).
Lain lagi yang dikemukakan oleh OPSTIB Pusat, Laksamana Soedomo yang
menyebutkan ada lima sumber potensial korupsi dan penyelewengan yakni
proyek pembangunan fisik, pengadaan barang, bea dan cukai, perpajakan,
pemberian izin usaha, dan fasilitas kredit perbankan.

Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga belas indikasi yang


menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :

1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.


2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.
3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
4. Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-
ciri korupsi antara lain sebagai berikut :
5. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
6. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
7. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungann timbale balik.
8. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik
perlindungan hukum.

‘1 Etik
3 7 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
10. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau masyarakat umum.
11. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
12. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif.
13. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam masyarakat.

Di sisi lain ada penyebab lain yang memicu terjadinya korupsi, di


antaranya:

a. Kemampuan.

Adalah kemampuan orang tersebut untuk melakukan korupsi ? Kemampuan


melakukan tindak korupsi hanya bisa dilakukan apabila orang tersebut
memilki kemampuan dan kecerdasan untuk merekayasa dengan membuat
data,pembukuan dan laporan fiktif yang tentunya bertujuan agar kasusnya
tidak terdeteksi atau tidak terungkap saat ada pemeriksaan dari   Instansi
yang berkompeten.

b. Kemauan.

Adalah kemauan orang tersebut untuk melakukan tindak pidana korupsi,


artinya walaupun orang tersebut memilki kemampuan untuk melakukan
tindakan korupsi, namun karena orang tersebut memilki integritas yang tinggi
apakah karena memilki keimanan yang kuat terhadap agamanya, memiliki
nasionalisme yang tinggi terhadap negaranya atau juga memilki kesadaran
yang kuat tentang hak dan kewajibannya tentang berbangsa dan bernegara
atau kekhawatiran mendapat sangsi hukum yang tegas dan keras, sehingga
orang tersebut tidak akan mau melakukan walaupun sebenarnya dia memiliki
kemampuan untuk melakukannya.

‘1 Etik
3 8 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Kesempatan.

Kesempatan adalah sistem  yang dibangun pada  instansi tersebut hendaknya


dengan menggunakan prinsip  management yang efektif dengan  prosedure
dan mekanisme  yang jelas serta  pengawasan dan pengendalian yang baik
sehingga tidak menciptakan dan memberi peluang pada orang per-orang
untuk melakukan tindak pidana korupsi. Prinsip dasar ini akan bekerja efektif
apabila eksekutif, legislatif dan judikatif memilki perpektif dan filosofi yang
sama tentang good goverment dan clean goverment dengan membuat
seluruh kebijakan secara transparan dan akuntable serta memberikan  akses
seluas-luasnya pada masyarakat untuk ikut mengawasi program yang
dijalankan eksekutif.

Karena tanpa hal tersebut sangat sukar dan mustahil  pencegahan korupsi
dapat dilakukan , mengingat sifat dari korupsi sendiri yang senantiasa
melibatkan banyak orang dengan melakukan kolusi baik secara vertical,
horizontal maupun diagonal dan  merusak sistem yang ada dan dari beberapa
kejadian senantiasa ada keterlibatan legislatif dalam penyusunan program
dan ketika kasusnya terkuak mulai terlihat ada pelibatkan aparat penegak
hukum dengan melakukan gratifikasi untuk membungkam dan mempeti-es
kan kasus-kasus tertentu bahkan dengan kekuatan yang mereka miliki,
mereka mampu meredam berita dari media massa. Hal ini adalah realita yang
terjadi negara kita, khususnya di daerah yang jauh dari pantauan berita
stasiun televisi nasional, karena saat ini rupanya kontrol  media massa yang
paling efektif ternyata yang dilakukan oleh stasiun televisi nasional walaupun
independensinya masih belum terjamin.

Dari uraian tsb di atas faktor kemampuan dan kemauan lebih diharapkan pada
integritas orang itu sendiri ( SDM ) sedangkan kesempatan lebih ditekankan
pada sistem management pemerintahan  dan pengawasan yang efektif.

Faktor penyebab korupsi pada SDM dalam konteks tersebut di atas


adalah sebagai berikut:

‘1 Etik
3 9 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Corruption by Need/ Korupsi karena kebutuhan.

Korupsi yang dilakukan atas dasar kebutuhan, biasanya dilakukan oleh


pegawai rendahan, uang yang dicuri biasanya tidak terlalu besar, karena dia
melakukan semata-mata karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi, biasanya
dalam bentuk pungli, merubah kwitansi pembelian atau tindakan lainnya yang
pada intinya bukan untuk memperkaya tapi semata-mata karena desakan
ekonomi.Untuk pencegahan dan pengungkapan kasus seperti ini  biasanya
tidak terlalu sulit karena tidak melibatkan system dan banyak orang, dan lebih
sering dilakukan secara individu.

2. Corruption by accident/ Korupsi karena kecelakaan.

Korupsi yang dilakukan biasanya oleh pemegang jabatan demi melindungi


kepentingan atasannya yang lebih tinggi atau dikorbankan olehi pimpinan
yang lebih tinggi. hal ini sering dijumpai akibat prosedur dan mekanisme
yang telah digariskan tidak dijalankan sebagaimanan mestinya, karena
pimpinan memanfaatkan kekuasaan dan keengganan atau ketidak beranian
bawahan menolak keinginan pimpinan  walaupun itu melanggar standar
operasi dalam instansi tersebut.

Pada saat terjadi pemeriksaan oleh Auditor, sang pemegang jabatan


keuangan  harus mempertanggung jawabkan segala tindakannya
berdasarkan peraturan yang ada, sedangkan pimpinan yang
menginstruksikan dirinya untuk melanggar biasanya dilakukan secara lisan
sehingga tidak memiliki keuatan hukum, pada akhirnya sang pemegang
jabatan keuangan harus mempertanggung jawabkan kekeliruannya sendirian
saja, padahal dirinya hanya menikmati sebagian kecil uang hasil
penyalahgunaan jabatan tersebut

‘1 Etik
3 10 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Corruption by design / Korupsi yang direncanakan.

Korupsi yang direncanakan dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang
memegang jabatan dan kekuasaan cukup tinggi serta memiliki kewenangan
dalam mengambil kebijakan,  sehingga mampu mendesign secara
terintegrasi termasuk menyuap orang yang akan menghalangi atau
menghambat kegiatan pencurian ini. Korupsi jenis ini sangat sulit dibongkar
karena melibatkan orang dan dana yang cukup besar, dan seluruh kegiatan
pencurian uang negara ini sudah direncanakan jauh sebelum proyek itu
dilaksanakan, siapa yang melaksanakan dan bagaimana melaksanakan
serta bagamana menutupi persoalan ini jika muncul gugatan atau
pemeriksaan dari pihak yang berwenang.

Pada akhirnya korupsi hanya dapat diberantas apabila ada keinginan kuat
dari seluruh masyarakat yang ada di negara kita yakni  para koruptor yang
terungkap dan di proses secara hukum, haruslah  mendapat hukuman yang
membuat efek jera, harus ada keberanian dan kejujuran dari aparat penegak
hukum termasuk hakim untuk mentuntaskan kasus korupsi yang
menyangkut penguasa agar bagi SDM yang memiliki kemampuan untuk
melakukan korupsi akan berfikir beribu kali untuk mau melakukan tindak
pidana korupsi, sehingga secara perlahan kasus korupsi yang sangat
melukai hati masyarakat  dapat dikikis habis dari negari kita.

Sejatinya, demikian banyak penyebab korupsi di Indonesia, dari mulai


persoalan budaya, integritras, dan gaya hidup. Di Indonesia tindak pidana
korupsi seakan menjadi hal yang biasa untuk dilakukan terutama dikalangan
pejabat. Para pejabat seakan tidak mempunyai rasa malu untuk melakukan
tindakan yang merugikan negara ini. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan,
apakah penyebab terjadinya korupsi di Indonesia. Menurut penasihat KPK,
Abdullah Hehamahua seperti yang tertulis di buku yang berjudul Memberantas
Korupsi Bersama KPK, setidaknya ada 8 penyebab terjadinya korupsi di
Indonesia :

‘1 Etik
3 11 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Sistem penyelenggaraan negara yang keliru : Sebagai negara yang baru
berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang pendidikan.
Tetapi selama puluhan tahun, mulai orde lama, orde baru, hingga
reformasi, pembangunan hanya difokuskan di bidang ekonomi. padahal
setiap negara yang baru merdeka, masih terbatas dalam memiliki SDM,
uang, manajemen, dan teknologi. Sehingga konsekuensinya semua
didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya menghasilkan penyebab
korupsi.

b. Kompensasi PNS yang rendah : Negara yang baru merdeka tidak memiliki
uang yang cukup untuk membayar kompensasi yang tinggi kepada
pegawainya. Apalagi Indonesia yang lebih memprioritaskan bidang
ekonomi membuat secara fisik dan kultural menmbulkan pola
konsumerisme, sehingga 90% PNS melakukan KKN.

c. Pejabat yang serakah : Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh


sistem pembangunan seperti di atas mendorong pejabat untuk menjadi
kaya secara instant. Hal ini menyebabkan lahirnya sikap serakah dimana
pejabat menyalahgunakan wewenang dan jabatannya, seperti melakukan
mark up proyek-proyek pembangunan.

d. Law Enforcement tidak berjalan : Para pejabat yang serakah dan PNS
yang KKN karena gaji yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan
hukum tidak berjalan hampir diseluruh lini kehidupan, baik di instansi
pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan karena segalanya diukur
dengan uang. Hal ini juga menimbulkan kata-kata plesetan seperti, KUHP
(Kasih Uang Habis Perkara) atau Ketuhanan Yang Maha Esa (Keuangan
Yang Maha Kuasa).

e. Hukuman yang ringan terhadap koruptor : Adanya Law Enforcement tidak


berjalan dengan semestinya, dimana aparat penegak hukum bisa dibayar.
Maka, hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan
sehingga tidak menimbulkan efek jera.

‘1 Etik
3 12 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
f. Pengawasan yang tidak efektif : Dalam sistem manajemen yang modern
selalu ada instrumen yang disebut internal kontrol yang bersifat in build
dalam setiap unit kerja. Sehingga sekecil apapun penyimpangan akan
terdeteksi sejak dini dan secara otomatis pula dilakukan perbaikan. Tetapi
internal kontrol yang ada disetiap unit sudah tidak lagi berjalan dengan
semestinya karena pejabat atau pegawai terkait bisa melakukan tindakan
korupsi.

g. Tidak ada keteladanan pemimpin : Ketika resesi ekonomi 1997, keadaan


perekonomian Indonesia sedikit lebih baik daripada Thailand. Namun
pemimpin Thailand memberi contoh kepada rakyatnya dalam pola hidup
sederhana. Sehingga lahir dukungan moral dan material dari masyarakat
dan pengusaha. Maka dalam wktu singkat Thailand telah mengalami
recovery ekonominya. Di Indonesia tidak ada pemimpin yang bisa
dijadikan teladan sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara
mendekati jurang kehancuran.

h. Budaya masyarakat yang kondusif untuk KKN : Korupsi yang ada di


Indonesia tidak hanya terpusat pada pejabat negara saja melainkan sudah
meluas hingga ke masyarakat. Hal ini bisa dicontohkan pada saat
pengurusan KTP, SIM, STNK, maupun saat melamar kerja. Tindakan
masyarakat ini merupakan pencerminan yang dilakukan oleh pejabat
politik.

Kita baru saja menginpentarisir beragam bentuk korupsi dari berbagai


sumber. Ternyata, korupsi merupakan persoalan yang kompleks yang
penyeklesaiannya pun tidak mungkin secara instan dan sederhana. Korupsi tidak
mungkin diselesaikan secara parsial, misalnya hanya mengandalkan
penegakkan hokum yang keras dan tidak tebang pilih. Kita juga perlu menengok
budaya (strategi budaya) sebagai pondasi dalam bernegara. Kita perlu
memperbaiki kembali kurikulum pendidikan kita yang memasukan pendidikan
korupsi sejak dini. Kita perlu revitalisasi kembali mengenai ajaran agama kita,
artinya agama tidak hanya sebatas ritual, tetapi benar-benar fungsional dalam

‘1 Etik
3 13 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kehidupan nyata kita. Lebih dari itu, kita perlu banyak hal, banyak sumber, dan
banyak gagasan untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya.

Semoga!

Sumber:

 Imam Suyudi (Penyunting), 2003. Melawan korupsi disektor Publik.


Bandung: Sawarung.
 Wijayanto dan Ridwan Zachrie (Ed), 2009. Korupsi Mengorupsi
Indonersia, Sebab, Akibar, dan Prospek Pemberantasan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
 http://soloraya.net/blog
 http://www.kpk.go.id/modules/edito/content_faq.php?id=15
 http://onniesandi.blogspot.com/2012
 http://idiesta.blogspot.com/2012/09/penyebab-korupsi-di-indonesia.html

‘1 Etik
3 14 Dra. Winny Kresnowiati, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai