DISUSUN OLEH:
LUH AYU MARGI UTAMI
(2013.V.2.0014)
DOSEN PEMBIMBING :
DRS. PUTU SEDANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan peradaban dunia semakin sehari seakan-akan berlari menuju
modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi
kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga
senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi dalam bentuk-bentuk
yang semakin canggih dan beranekaragam. Kejahatan dalam bidang teknologi dan
ilmu pengetahuan senantiasa turut mengikutinya. Kejahatan masa kini memang tidak
lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun
seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Bisa kita lihat contohnya seperti, kejahatan
dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money laundering), tindak
pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini.
Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru
menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri
fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti
yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia jaman
penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan
masyarakat kepada penguasa setempat.
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini
meningkat di Negara yang sedang berkembang, Negara yang baru memperoleh
kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat menghancurkan
jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional serta
eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa korupsi
dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang ampuh untuk mengkreditkan suatu
bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran akan timbul apabila penguasa tidak
secepatnya menyelesaikan masalah korupsi.
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telah
banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di negeri ini
sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang menjalar ke sel-sel
organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara seperti legislatif,
eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di akhir masa orde
baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat kecil hingga pejabat
tinggi.
Berangkat dari latar belakang di atas makalah ini dibuat dengan membahas
korupsi yang kini mengendalikan negeriku.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan KKN di Indonesia?
2. Apa penyebab terjadinya KKN tersebut?
3. Kasus KKN apa saja yang pernah terjadi di Indonesia?
4. Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh KKN?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menganalisis penyebab terjadinya KKN di kalangan petinggi Negara.
Untuk mengetahui peran serta generasi muda dalam memberantas KKN.
Untuk mengetahui peranan pendidikan anti korupsi dini di kalangan generasi muda
dalam mencegah terjadinya praktik KKN.
BAB II
ISI
A. KAJIAN TEORI
Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan
beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan mempengaruhi pasar
secara keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga
dikenal sebagai kolusi tersembunyi.
3
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan
secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan
pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi
lancar.
Nepotisme adalah setiap perbuatan pentelenggara negara secara melawan
hukumyang menguntungkan kepentingan keluarga dan/atau kroninya di atas
kepentingan
masyarakat,
bangsa,
dan
negara. Pakar-pakar
biologi
telah
Wiryono Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih berat, yaitu meneruskan kasuskasus korupsi ke meja pengadilan.
Lembaga ini di kemudian hah dikenal dengan istilah Operasi Budhi.
Sasarannya adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara
lainnya yang dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata
juga mengalami hambatan. Misalnya, untuk menghindari pemeriksaan, Dirut
Pertamina mengajukan permohonan kepada Presiden untuk menjalankan tugas ke
luar negeri, sementara direksi yang lain menolak diperiksa dengan dalih belum
mendapat izin dari atasan.
Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan negara
dapat diselamatkan sebesar kurang lebih 11 miliar rupiah, jumlah yang cukup
signifikan untuk kurun waktu itu. Karena dianggap mengganggu prestise Presiden,
akhirnya Operasi Budhi dihentikan. Menurut Soebandrio dalam suatu pertemuan di
Bogor, prestise Presiden harus ditegakkan di atas semua kepentingan yang lain.
Selang beberapa hari kemudian, Soebandrio mengumurnkan pembubaran
Paran/Operasi Budhi yang kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando
Tertinggi Retooling Aparat Revolusi) di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya
serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat
pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya mengalami stagnasi.
3. Era Orde Baru
Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR tanggal 16 Agustus 1967,
Presiden Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu memberantas
korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato
itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke
akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidak-seriusan TPK dalam memberantas korupsi
seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa
memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog,
Pertamina, Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena dianggap
sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa yang
dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite
Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa seperti
6
tanggal
16
Desember
2003, Taufiequrachman
Ruki,
seorang
alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua KPK. Di bawah
kepemimpinan Taufiequrachman Ruki, KPK hendak memposisikan dirinya sebagai
katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah
"good and clean governance" (pemerintahan baik dan bersih) di Republik
Indonesia. Sebagai seorang mantan Anggota DPR RI dari tahun 1992 sampai 2001,
Taufiequrachman walaupun konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang
dugaan tebang pilih pemberantasan korupsi.
Menurut Taufiequrachman Ruki, pemberantasan korupsi tidak hanya mengenai
bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi juga
bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang
akan datang melalui pendidikan antikorupsi, kampanye antikorupsi dan adanya
contoh "island of integrity" (daerah contoh yang bebas korupsi).
Pernyataan Taufiequrachman mengacu pada definisi korupsi yang dinyatakan
dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001. Menurutnya, tindakan
preventif (pencegahan) dan represif (pengekangan) ini dilakukan dengan
"memposisikan KPK sebagai katalisator (trigger) bagi aparat atau institusi lain
agar tercipta good and clean governance dengan pilar utama transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas".
C. PENYEBAB TERJADINYA KKN
8
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi
maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka. Kasus-kasus korupsi di Indonesia sudah
sangat banyak. Bahkan sebagian ilmu sosial sudah menyatakan bahwa korupsi itu
sudah mengakar menjadi budaya bangsa Indonesia. Kalau benar pernyataan tersebut,
tentunya akan bertentangan dengan konsep bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
luhur seperti yang terkandung di Pancasila, ataupun seperti yang telah diajarkan oleh
agama-agama yang berkembang subur di Indonesia. Korupsi bukan lagi suatu
pelanggaran hukum, akan tetapi di Indonesia korupsi sudah sekedar menjadi suatu
kebiasan, hal ini karena korupsi di Indonesia berkembang dan tumbuh subur terutama
di kalangan para pejabat dari level tertinggi pejabat negara, sampai ke tingkat RT yang
paling rendah. Perkembangan yang cukup subur ini berlangsung selama puluhan
tahun. Akibatnya penyakit ini telah menjangkiti sebagian generasi yang kemudian
diturunkan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk memutuskan
rantai generasi korupsi adalah dengan menjaga kebersihan generasi muda dari
jangkitan virus korupsi., Sehingga tidak heran jika negara Indonesia termasuk salah
satu negara terkorup di dunia.
Korupsi yang semakin subur dan seakan tak pernah ada habisnya, baik ditingkat
pusat sampai daerah ; merupakan bukti nyata betapa bobroknya moralitas para pejabat
pemerintahan kita. Namun apakah korupsi hanya diakibatkan oleh persoalan moralitas
belaka? Setidaknya ada dua hal mendasar yang menjadi penyebab utama semakin
merebaknya korupsi.
Pertama: mental aparat yang bobrok. Menurut www.transparansi.or.id, terdapat
banyak karakter bobrok yang menghinggapi para koruptor. Di antaranya sifat tamak.
Sebagian besar para koruptor adalah orang yang sudah cukup kaya. Namun, karena
ketamakannya, mereka masih berhasrat besar untuk memperkaya diri. Sifat tamak ini
biasanya berpadu dengan moral yang kurang kuat dan gaya hidup yang konsumtif.
Ujungnya, aparat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Yang lebih
mendasar lagi adalah tidak adanya iman yang kuat di dalam tubuh aparat. Jika seorang
aparat telah memahami betul perbuatan korupsi itu haram maka kesadaran inilah yang
akan menjadi self control bagi setiap individu untuk tidak berbuat melanggar hukum
Tuhan Yang Maha Esa.
Korupsi sudah terjadi sejak jaman dahulu (sejak awal mula berdirinya bangsa
Indonesia tahun 1945an) dan sepertinya sudah menjadi tradisi di negara
Indonesia ini. Memang pada masa itu tak terdengar ada orang yang terseret ke
pengadilan karena kasus korupsi. Namun, dalam roman-roman Pramoedya
Ananta Toer (Di Tepi Kali Bekasi) dan Mochtar Lubis (Maut dan Cinta)
tertulis sesuai dengan fenomena yang ia ketahui di lingkungan sekitar terdapat
orang-orang yang mengambil keuntungan dari kekayaan negara untuk dirinya
sendiri ketika yang lain berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga untuk
merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah tahun 1950an Pramoedya
Ananta Toer kembali menulis roman yang berjudul Korupsi yang
mengisahkan pegawai negeri yang melakukan korupsi secara kecil-kecilan.
Kemudian di sebutkan Mr. M... seorang pegawai negeri yang diseret ke
pengadilan dan dijatuhi hukuman karena kasus korupsi.
Korupsi berjalan sebagai suatu sistem yang dikerjakan secara berjamaah dan
sangat rapi. Sejak jaman pemerintahan Soeharto, korupsi kian marak dilakukan
secara berjamaah, saling mendukung dan saling menutupi satu sama lain
dalam suatu sitem yang rapi dan saling bekerjasama, sehingga kasus korupsi
sulit sekali terbongkar dan diselidiki. Akibatnya dalam menangani kasus ini
sangat rumit dan susah terungkap, hal tersebut dikarenakan para pelaku
korupsi merupakan orang-orang yang memiliki intelegensi tinggi (orang-orang
pintar) yang bisa memutar balikkan fakta serta menutup rapat tindakan yang
mereka lakukan.
10
Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. Sekarang ini banyak
sekali proyek-proyek pembangunan baik infrastuktur maupun sumber daya
manusia yang menggunakan uang rakyat tidak sebagaimana mestinya. Hal ini
dapat diketahui misalnya dalam hal pembangunan SDM pada acara
seminar/workshop-workshop yang mengeluarkan biaya tidak sedikit. Mereka
biasanya melakukan workshop di hotel berbintang, ditempat yang relatif jauh
dan dengan alasan refreshing sehingga menguras dana rakyat sangat besar,
padahal kebanyakan mereka disana tidak fokus untuk mengikuti workshop
dalam rangka meningkatkan pengetahuan mereka, melainkan mereka banyak
menghabiskan banyak waktu untuk berjalan-jalan, shoping, dan sebagainya.
Kemudian pembangunan infrastruktur yang tidak semestinya seperti
pembangunan toilet DPR yang menghabiskan uang puluhan juta rupiah.
11
Lemahnya profesi hukum. Prosesi hukum yang sangat berbelit belit dan sulit
sekali untuk mengungkap kasus korupsi merupakan salah satu penyebab para
aparat negara untuk melakukan korupsi. Mereka tidak takut terlibat kasus
korupsi karena mereka beranggapan bahwa kasus yang akan mereka lakukan
bakal sulit terungkap atau bahkan tidak terungkap. Selain itu aparat penegak
hukum dalam melakukan tugasnya masih dapat disogok dengan sejumlah uang
agar menutupi kasusnya dan membenarkan pihak terdakwa kasus korupsi.
Rakyat mudah dibohongi oleh para pejabat, seperti halnya pada saat
pencalonan seorang pejabat, baik itu presiden, DPR, bupati, dll. Mereka akan
mau memilih calon tersebut apabila mereka diberi imbalan uang (money
politic).
12
13
Yang menjadi persoalan sekarang ini adalah para penegak hukum itu sendiri,
mereka tidak tegas dalam mengusut dan memberantas tindakan korupsi di Indonesis.
Munculnya istilah mafia hukum merupakan bukti kerendahan mental para penegak
hukum di Indonesia. Lagi-lagi karena pengaruh budaya korupsi yang sudah cukup
kronis menjangkiti Indonesia. Para petugas hukum yang ditugaskan untuk mengadili
para koruptor alih-alih malah menerima amplop dari para koruptor. Ditugaskan
menjadi petugas pemberantas korupsi malah menggadaikan diri menjadi koruptor.
Inilah hal miris yang kerap dialami disetiap penanganan kasus-kasus korupsi di
Indonesia. Bagaimana mungkin seorang petugas hukum akan tegas memberikan
hukuman pada koruptor, kalau dirinya sendiri ternyata juga seorang koruptor.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan masalah di atas, dapat penulis simpulkan KKN kini sudah meralela
di negri kita tercinta, dan menjadi suatu tren dalam berkehidupan. Korupsi di Indonsia
dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada
tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan dan kepercayaan yang pada
akhirnya menjadi krisis multidimensi. Namun sayangnya, rakyat kecil umumnya
bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering menanggapi
permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi. Fenomena umum yang
biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin
berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Mereka
hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
kepentingan rakyat.
nepotisme berasal dari dunia pendidikan, dimana seharusnya instansi tersebut menjadi
wadah untuk mencetak warga Negara yang mampu membimbing Negara ini untuk
lebih maju. Dampak korupsi sangatlah besar baik dalam aspek politik, ekonomi,
birokrasi, kesejahteraan umum negara, termasuk terhadap masyarakat dan individu.
B. SARAN
Sebaiknya pemerintah lebih serius dalam menanggulagi masalah korupsi ini, karena
masalah ini sungguh merugikan masyarakat terutamanya dalam pembangunan dan
ekonomi. Disamping itu, peran serta masyarakat dalam memerangi KKN juga
penting. Misalnya dengan memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini,
mengajarkan nilai nilai kejujuran dan sebagainya. Dan bagi para pejabat-pejabat
sebaiknya menahan diri untuk mengambil hak milik orang lain. Sebab, jika kita
19
mengambil hak milik orang lain, kita tak ada bedanya dengan orang yang tak punya
apa-apa.
DAFTAR PUSTAKA
Alhada. 2011. Esay Masalah Korupsi di Indonesia. Tersedia pada : http://alhadafisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-46147-Esay-Masalah%20Korupsi%20Di
%20Indonesia.html. Diakses pada tanggal 20 November 2013.
Anonim.
2012.
Perkembangan
Korupsi
di
Indonesia.
Tersedia
pada
:
http://www.jualbeliforum.com/lounge/90284-perkembangan-korupsi
indonesia.html
Diakses pada tanggal 18 November 2013.
Anonim. 2013. Rapor Merah Sepuluh Tahun Korupsi Pendidikan. Tersedia pada :
http://www.antikorupsi.org/id/content/rapor-merah-sepuluh-tahun-korupsi-pendidikan
DIakses pada tanggal 19 November 2013.
Anonim. 2013. Sepanjang 2004-2012 Ditemukan 116 Kasus Penyuapan. Tersedia pada :
http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/29/13/744032/sepanjang-2004-2012ditemukan-116-kasus-penyuapan. Diakses pada tanggal 20 November 2013
20