Anda di halaman 1dari 21

5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.

com

KORUPSI DAN STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

 Nama : Endah Kurniawati

 NIM : 12306141019

E-mail : endahpastibisa@yahoo.co.id

 No. Hp : 085741295229

ABSTRAK

Di Indonesia praktek korupsi sudah semakin meluas dan bahkan sudah sampai
disegala aspek kehidupan, baik ditingkat pusat maupun di daerah. Korupsi bahkan telah
masuk kedalam semua bidang, baik ekonomi, politik, maupun sosial-budaya. Korupsi disebut
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan karena telah menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan kesengsaraan rakyat.

Upaya pemberantasan korupsi telah direalisasikan dalam kerangka yuridis pada masa
 pemerintahan Habibie dengan keluarnya UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang menggantikan UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, yang kemudian diubah lagi menjadi UU RI No. 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Tulisan ini mengangkat tentang permasalahan Korupsi di Indonesia, kasus-kasus


Korupsi di Indonesia dan Strategi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia.

Kata kunci : Kasus Korupsi, Dampak Korupsi Strategi Pemberantasan Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 1/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

  ISI

A.  PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang

Akhir-akhir ini masalah korupsi makin marak dipublikasikan di media massa


maupun maupun media cetak. Merebaknya kasus korupsi yang melanda bangsa kita
 belakangan ini sungguh memprihatinkan. Korupsi bahkan telah masuk ke dalam
semua bidang, baik ekonomi, politik, maupun sosial-budaya. Tindak korupsi ini
mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya
oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah
merugikan negara. (Deni Setyawati,2008:17)

Ironis memang, hampir semua koruptor itu adalah pejabat-pejabat hebat yang
semestinya menjadi panutan bagi rakyatnya. Tapi apa yang mereka lakukan, mental
 bobroklah yang mereka ajarkan. Mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, apa
namanya kalau bukan mencuri. Kalau sudah begini kepada siapa rakyat mesti
 bercermin? Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat
yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak korupsi. Maka dari

itu, di artikel ini akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk
memberantasnya. (Deni Setyawati,2008:17)

2.  Rumusan Masalah

Dalam artikel ini akan membahas masalah korupsi di Indonesia mencakup pengertian
dari korupsi, sejarah korupsi, dasar hukum, sifat korupsi, ciri-ciri korupsi, contoh-

contoh kasus korupsi, faktor penyebab korupsi, dampak korupsi, strategi


 pemberantasan korupsi.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 2/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

B. PEMBAHASAN
1.  Pengertian Korupsi
Dalam Ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi”(dari bahasa Latin : corruptio 
= penyuapan; corruptore = merusak) gejala di mana para pejabat, badan-badan negara
menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta
ketidakberesan lainnya. Adapun arti harfiah korupsi dapat berupa :
a)  kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran
(S. Wojowisto-W.J.S. Poerwadarminta,  Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,
 Indonesia-Inggris, Penerbit:Hasta, Bandung).

 b)  Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya. (W.J.S. Poerwadarminta,  Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit:
Balai Pustaka, 1976).
c)  1. Korup (busuk; suka menerima uang suap uang/sogok; memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya);
2.  korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya);

3. koruptor (orang yang korupsi).


(Muhammad Ali,  Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern , Penerbit:Pustaka
Amani Jakarta).
Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya
istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas.
1.  Korupsi, penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan
dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi dan orang lain.
2.  Korupsi: busuk; rusak; suka memakai barang atau uang yang dipercayakan
kepadanya; dapat disogok(melalui kekuasaannya unuk kepentingan pribadi).
(Hartanti, Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua. Jakarta: Sinar
Grafika)

2.Sejarah Korupsi Di Indonesia


Korupsi di Indonesia sudah membudaya semenjak sesudah
kemerdekaan, pada era Orde Lama, Orde Baru berlanjut hingga era Reformasi
(.(Agus Mulya Karsona, 23; 2011 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 3/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

Tinggi 2011). Era Orde Lama diawali dengan lahirnya Badan Pemberantasan
Korupsi yang dibentuk berdasarkan undang-undang Keadaan Bahaya dengan
sebutan Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN), yang dipimpin oleh A.H.
 Nasution yang dibantu oleh dua orang anggota, Prof. M Yamin dan Ruslan
Abdulgani. Tugas Badan ini adalah mengharuskan pejabat pemerintah mengisi
formulir yang disediakan (sekarang semacam daftar kekayaan pribadi). Dalam
 perkembangannya ternyata kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi
keras dari para pejabat. Dengan Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963 upaya
 pemberantasan korupsi kembali digalakkan yang dipimpin oleh A.H. Nasution
sebagai Menkohankam dan dibantu oleh Wirjono Prodjodikusumo, yang tugasnya
yaitu meneruskan kasus-kasus korupsi ke meja pengadilan. Lembaga ini kemudian
dikenal dengan istilah “Operasi Boedhi”. Sasarannya adalah perusahaan -perusahaan
 Negara serta lembaga-lembaga Negara yang dianggap rawan praktik korupsi dan
kolusi. Operasi Boedhi ternyata juga mengalami hambatan. Sementara itu pada awal
era Orde Baru sekitar tahun 1966 , dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK)
yang diketuai Jaksa Agung, pada tahun 1970 terdorong oleh ketidakseriusan TPK
dalam memberantas korupsi seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar
melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-perusahaan Negara
yang dianggap sarang korupsi seperti, Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan
yang banyak di sorot masyarakat. Gelombang dan unjuk rasa yang dilakukan oleh
 para mahasiswa akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite Empat
yang beranggotakan tokoh yang dianggap bersih dan berwibawa seperti, Prof.
Johannes, IJ Kasimo, Mr. Wilopo, dan A. Tjokroaminoto. Tugas Komite Empat
adalah membersihkan Depatemen Agama, Bulog, PT. Mantrust, Telkom, dan
Pertamina. Namun dalam kenyataannya Komite Empat ini hanya “macan   ompong”
karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi di Pertamina tidak di respon
 pemerintah. Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Panglima Komando
Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) dibentuk Operasi Tertib
(Opstib) dengan tugas antara lain memberantas korupsi. Setelah Opstib di bentuk
timbul perbedaan pendapat antara Sudomo dengan Nasution terkait dengan cara
 pemberantasan korupsi, Nasution berpendapat apabila ingin berhasil memberantas
korupsi harus di mulai dari atas, akhirnya Opstib pun tidak berhasil memberantas

korupsi di Indonesia. Memasuki era reformasi, Presiden BJ Habibie mengeluarkan


Undang-Undang (UU) No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 4/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

 bersih dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pada era ini pun
lahirlah UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dilanjutkan dengan kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid kemudian
membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK)
 berdasarkan UU No. 19 Tahun 2000, namun melalui suatu judicial review
Mahkamah Agung, akhirnya TGPTPK dibubarkan. Bahkan dapat dikatakan sejak
saat itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya pemberantasan KKN. Di
samping membubarkan TGPTPK, Presiden Abdurrahman Wahid juga dianggap
tidak bisa menunjukkan seorang peminpin yang mendukung pemberantasan KKN.
Hal itu terkait dengan proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan
konglomerat Sofyan Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3) dari Jaksa Agung Marzuki Darusman, yang akhirnya melibatkan
Abdurrahman Wahid dalam kasus Buloggate. Di era pemerintahan Megawati,
wibawa hukum semakin merosot sedangkan yang menonjol adalah otoritas
kekuasaan. Upaya pemberantasan korupsi terus dilakukan dengan dibentuknya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan UU N0 30 Tahun 2002 untuk
mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Memasuki era
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, pemberantasan korupsi nampaknya belum
 juga terwujud terbukti, hal itu terlihat dari hasil jajak pendapat yang dilakukan
kompas (21 Mei 2012), misalnya kasus suap Deputi Gubernur senior Bank
Indonesia, mafia pajak Gayus Tambunan, korupsi wisma atlet Palembang, dan mafia
Anggaran DPR. Di tingkat daerah, hampir sama karena sepertiga jumlah kepala
daerah di Indonesia tersangkut kasus korupsi. (Pustaka.ut.ac.id,
2013:http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201215.pdf)  
3.  Dasar Hukum
Landasan Hukum terhadap masalah Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
a.  TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
 b.  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
c.  Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 5/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

d.  Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tanggal 29 Maret 1971 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (telah dicabut dan diganti dengan


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999) khusus berlaku untuk kasus-kasus
lama sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

e.  Undang –  Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang


Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
f.  Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang tanggal 16 Agustus 1999,
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).
4.  Sifat Korupsi
a.  Korupsi yang Bermotif Terselubung
Yakni korupsi secara sepintas kelihatannya bermotif politik, tetapi secara
tersembunyi sesungguhnya bermotif mendapatkan uang semata. (Evi
Hartanti,2007:10)
 b.  Korupsi yang bermotif Ganda
Yaitu seseorang melakukan korupsi secara lahiriah kelihatannya hanya
 bermotifkan mendapatkan uang, tetapi sesungguhnya bermotif lain, yakni
kepentingan politik. (Evi Hartanti,2007:10)
5.  Ciri-ciri Korupsi
Ciri-ciri korupsi dijelaskan oleh Shed Husein Alatas dalam bukunya Sosiologi
Korupsi sebagai berikut.
a.  Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
 b.  Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah
merajalela dan begitu dalam sehingga individu yang berkuasa dan merdeka
yang berada di dalam lingkungannya tidak tergoda untuk menyembunyikan
 perbuatannya. Namun, walaupun demikian motif korupsi tetap dijaga
kerahasiaannya.
c.  Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
d.  Mereka yang mempraktikan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk

menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 6/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

e.  Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu
untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
f.  Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh
 badan publik atau umum (masyarakat).
g.  Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
(Evi Hartanti,2007:10-11)

6.  Contoh Beberapa Kasus Korupsi


  SOEHARTO Kasus Soeharto Bekas presiden Soeharto diduga melakukan
tindak korupsi di tujuh yayasan (Dakab, Amal Bakti Muslim Pancasila,
Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora) Rp 1,4
triliun.
  PERTAMINA Dugaan korupsi dalam Tecnical Assintance Contract (TAC)
antara Pertamina dengan PT Ustaindo Petro Gas (UPG) tahun 1993 yang
meliputi 4 kontrak pengeboran sumur minyak di Pendoko, Prabumulih,
Jatibarang, dan Bunyu. Jumlah kerugian negara, adalah US $ 24.8 juta. Para
tersangkanya 2 Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Orde Baru,
Ginandjar Kartasasmita dan Ida Bagus Sudjana, Mantan Direktur Pertamina
Faisal Abda'oe, serta Direktur PT UPG Partono H Upoyo. Kasus Proyek
Kilang Minyak Export Oriented (Exxor) I di Balongan, Jawa Barat dengan
tersangka seorang pengusaha Erry Putra Oudang. Pembangunan kilang minyak
ini menghabiskan biaya sebesar US $ 1.4 M. Kerugian negara disebabkan
 proyek ini tahun 1995-1996 sebesar 82.6 M, 1996-1997 sebesar 476 M, 1997-
1998 sebesar 1.3 Triliun.
  Korupsi di BAPINDO
Tahun 1993, pembobolan yang terjadi di Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) dilakukan oleh Eddy Tanzil yang hingga saat ini tidak ketahuan
dimana rimbanya, Negara dirugikan sebesar 1.3 Triliun.
  HPH dan Dana Reboisasi Hasil audit Ernst & Young Kasus HPH dan Dana
Reboisasi Hasil audit Ernst & Young pada 31 Juli 2000 tentang penggunaan
dana reboisasi mengungkapkan ada 51 kasus korupsi dengan kerugian negara
Rp 15,025 triliun (versi Masyarakat Transparansi Indonesia).

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 7/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

  Prajogo Pangestu diseret sebagai tersangka kasus korupsi dana reboisasi


 proyek hutan tanaman industri (HTI) PT Musi Hutan Persada, yang diduga
merugikan negara Rp 331 miliar. Dalam pemeriksaan, Prajogo, yang dikenal

dekat dengan bekas presiden Soeharto, membantah keras tuduhan korupsi.


Sampai sekarang nasib kasus taipan kakap ini tak jelas kelanjutannya.
  Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Kasus BLBI pertama kali
mencuat ketika Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan hasil auditnya
 pada Agustus 2000. Laporan itu menyebut adanya penyimpangan penyaluran
dana BLBI Rp 138,4 triliun dari total dana senilai Rp 144,5 triliun. Di samping
itu, disebutkan adanya penyelewengan penggunaan dana BLBI yang diterima
48 bank sebesar Rp 80,4 triliun.Yang jelas, hingga akhir 2002, dari 52 kasus
BLBI, baru 20 dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Sedangkan yang
sudah dilimpahkan ke pengadilan hanya enam kasus.
  Mulyana W Kusuma
Mulyana dianggap terbukti bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi
dengan menyuapa auditor investigatif Badan Pemeriksaan Keuangan
Khairiansyah Salman. Mulyana menyerahkan uang sebesar Rp300 juta kepada
Khairiansyah Salman di Hotel Ibis Jakarta.
  Abdullah Puteh
Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam yang kini non aktif ini menjadi
tersangka korupsi APBD dalam pembelian helikopter dan genset listrik,
dengan dugaan kerugian Rp 30 miliar. Kasusnya kini masih ditangani pihak
kejaksaan dengan supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi.
  Kasus penyuapan anggota KPU, Mulyana W. Kusumah kepada Tim audit
BPK
  Kasus Korupsi di KBRI Malaysia
  291 Kepala daerah & 1.221 aparatur negara terjerat korupsi sepanjang 2004-
2013
BANDUNG (WIN): Wakil Menkumham, Denny Indrayana mengungkap,
ada 291 kepala daerah baik gubernur, bupati dan walikota, serta 1.221 aparatur
negara yang terjerat kasus korupsi sepanjang 2004-2013.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 8/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

  Dari 291 kepala daerah baik gubernur maupun walikota atau bupati
yang tersandung korupsi, terdiri atas gubernur 21 orang, wakil gubernur 7
orang, bupati 156 orang, Wabup 46 orang, walikota 41 orang, dan wakil
walikota 20 orang. Sedang untuk 1.221 orang aparatur negara yang terkait
korupsi terdiri dari 185 orang yang statusnya tersangka, 112 terdakwa, 877
terpidana,dansaksi.
(kemendagri.go.id,2013:http://bpp.kemendagri.go.id/index.php?action=content
&id=2013052811470548)  

Penangan kasus Korupsi

KPK Tangani 332 Perkara, Polri 494, Kejaksaan 1.242

Tiga lembaga penegak hukum yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),


Polri dan Kejaksaan menunjukkan keseriusan yang tinggi dalam pencegahan dan
 penindakan tindak pidana korupsi. Ratusan bahkan ribuan perkara yang tersebar di
tanah air telah ditangani ketiga lembaga penegak hukum ini.

Penindakan yang dilakukan KPK, sepanjang tahun 2004 hingga 2011 KPK
sudah menangani 332 kasus. Sepanjang 2004 sampai Agustus 2012, KPK juga
menerima 55.964 laporan pengaduan dari masyarakat. Sedangkan di bidang
 pencegahan, KPK telah berhasil menyelamatkan uang negara dari sektor migas
sejumlah Rp 152 triliun lebih. Sedangkan dari hak milik negara berjumlah Rp 2 triliun
lebih.(setkab.go.id,2013:http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6636-perang-lawan-
korupsi-kpk-tangani-332-perkara-polri-494-kejaksaan-1242.html)  

Beberapa kasus korupsi yang belum terselesaikan oleh KPK

Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption

Watch:

1. Kasus korupsi bailout Bank Century


2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI
3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang
4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia
yang lain

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 9/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

5. Rekening gendut jenderal Polri


6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di
Kemenakertrans
7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub
8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM
9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau
10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati
11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont
dan Innospec

12. Korupsi penyelenggran ibadah haji yang melibatkan Kemenag

13. Korupsi dana bansos di Banten.

(news.detik.com,2012:http://news.detik.com/read/2011/12/08/171251/1786435/1
0/13-kasus-korupsi-yang-belum-terselesaikan-versi-icw)  

7.  Faktor Penyebab Korupsi


Dari hasil penelitian, pengamatan, analisis dan evaluasi yang cukukp lama,
yaitu lima belas tahunan dapat dijelaskan di bawah ini dengan tidak

mengenyampingkan pendapat para pakar yang telah mengemukakan penyebab


korupsi berdasarkan penelitian atau pengamatan yang dlakukan pakar tersebut.
a.  Sifat tamak dan keserakahan
Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab-sebab dia melakukan korupsi
dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai
keinginan, niat, atau kesadarannya untuk melakukan. Sebab-sebab seseorang
mendorong untuk melakukan korupsi adalah orang yang penghasilannya sudah
cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila dibandingkan dengan kebutuhan
hidupnya. Kemungkinan orang tersebut melakukan korupsi tersebut juga tanpa
adanya godaan dari pihak lain. Bahkan kesempatan untuk melakukan korupsi
mungkin juga sudah sangat kecil karena sistem pengendalian manajemen yang
ada sudah sangat bagus. Dalam hal pelaku korupsinya seperti itu, maka unsur
yang menyebabkan dia melakukan korupsi adalah unsur dari dalam diri sendiri,
yaitu sifat-sifat tamak, serakah, sombong, takabur, rakus yang memang ada pada
manusia tersebut.
 b.  Gaya hidup konsumtif

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 10/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar mendorong pegawai untuk


dapat memiiki mobil mewah, rumah mewah, menyekolahkan anak di luar negeri,
 pakaian yang mahal, hiburan yang mahal dan sebagainya.
c.  Penghasilan yang tidak memadai
Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup
 pegawai tersebut beserta keluarganya secara wajar. Apabila ternyata
 penghasilannya sebagai pegawai negeri tidak dapat menutup kebutuhan hidupnya
secaraa wajar, maka mau atau tidak mau pegawai negeri tersebut harus mencari
tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha untuk
mencari tambahan penghasilan tersebut tentu sudah merupakan bentuk korupsi,
misalnya menyewakan sarana dinas, menggelapkan peralatan kantor,
mengadakan kegiatan yang tidak perlu dengan biaya yang tidak wajar.
d.  Kurang adanya keteladanan dari pemimpin
Pimpinan organisasi gaya hidupnya berlebihan, maka anggota-anggota organisasi
tersebut akan cenderung untuk mengikuti gaya hidup berlebihan. Apabila tidak
mampu menopang biaya hidup yang berlebihan tersebut, maka akan berusaha
untuk melakukan berbagai hal termasuk melakukan korupsi.
e.  Nilai –  nilai negatif yang hidup di masyarakat
 Nilai- nilai yang berlaku di masyarakat ternyata kondusif untuk terjadinya
korupsi. Korupsi mudah timbul karena nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
kondusif untuk terjadinya hal itu. Misalnya, banyak anggota masyarakat yang
dalam pergaulan sehari-harinya ternyata dalam menghargai seseorang lebih
didasarkan pada kekayaan yang dimiliki orang yang bersangkutan.
f.  Moral yang Lemah
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah untuk terdorong
 berbuat korupsi karena adanya godaan.
g.  Kebutuhan hidup yang mendesak
Kebutuhan-kebutuhan yang mendesak akan menjadikan penghasilan yang
sedikit semakin terasa kurang. Hal tersebut akan mendorong seseorang untuk
melakukan korupsi bilamana kesempatan untuk melakukannya ada.
h.  Malas atau tidak mau bekerja keras
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah orang yang ingin

segera mendapatkan sesuatu yang banyak atau hanya dalam waktu singkat, tetapi

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 11/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

malas untuk bekerja keras dan meningkatkan kemampuan guna meningkatkan


 penghasilannya.
i.  Ajaran –  ajaran agama yang kurang diterapkan secara benar
Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang beragama
dimana ajaran-ajaran dari setiap agama yang diakui keberadaannya di Indonesia
dapat dipastikan melarang perbuatan-perbuatan korupsi. Para pelaku korupsi,
secara umum adalah orang  –   orang yang juga beragama. Mereka memahami
ajaran-ajaran agama yang dianutnya, melarang korupsi. Ini menunjukkan bahwa
 banyak ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh pemeluknya, hanya
sekadar serimonial saja.

 j.  Lemahnya Penegakan hukum


Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak korupsi mencakup beberapa
aspek  pertama  ,bisa tidak adanya hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi
dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hukum atau bawahan dari
 penegak hukum yang menjadi penyokong utama yang membiayai operasional
kegiatan si penegak hukum, atau si penegak hukum telah menerima bagian dari
hasil korupsi si pelaku atau si pelaku adalah kolega dari pimpinan instansi
 penegak hukum. Kedua, tindakan ada tetapi penanganan di ulur-ulur dan sanksi di
 peringan. Ketiga, tidak dilakukan pemindahan sama sekali karena si pelaku
mendapat beking dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotifkan
kepentingan untuk kelompok tertentu atau partai tertentu.(Surachmin,2011:91-
105)
k.  Pendapat pakar lain penyebab korupsi
Masyarakat Transparansi International (MTI) menemukan sepuluh pilar
 penyebab korupsi di Indonesia, yaitu sbagai berikut.
1.  Absennya kemauan politik.
2.  Amburadulnya sistem administrasi umum dan keuangna pemerintah.
3.  Dominannya peranan militer dalam bidang politik.
4.  Politisasi birokrasi.
5.  Tidak Independennya lembaga pengawas.
6.  Kurang berfungsinya parlemen.

7.  Lemahnya kekuatan masyaraat sipil.


8.  Kurang bebasnya media massa.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 12/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

9.  Oportunismenya sektor swasta.


(Surachmin,2011:107)
Adapun Ilham Gunawan menyatakan bahwa korupsi dapat terjadi karena
 berbagai faktor anatara lain sebagai berikut.
a)  Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci
yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang
menjinakkan korupsi.
 b)  Kelemahan ajaran –  ajaran agama dan etika.
c)  Akibat kolonialisme atau suatu pngaruh pemerintah asing tidak
menggungah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk
membendung korupsi.
d)  Kurang dan lemahnya pengaruh pendidikan
e)  Kemiskinan yang bersifat struktural
f)  Sanksi hukum yang lemah
g)  Kurang dan terbatasnya lingkungan yang anti korupsi
h)  Struktur pemerintah yang lunak
i)  Perubahan radikal, sehingga terganggunya kestabilan mental
 j)  Kondisi masyarakat, karena korupsi dalam suatu birokrasi bisa
memberikan cerminan keadaan maasyarakat secara keseluruhan.
k)  (Surachmin,2011:107-108)

8.  Dampak korupsi


a. Dampak di Bidang Ekonomi

Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enormous


destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan Negara,
khususnya sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Menurut Mauro, korupsi memiliki korelasi negatif dengan tingkat investasi,
 pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah untuk program sosial
dan kesejahteraan. Hal ini merupakan bagian dari inti ekonomi makro. Berbagai
macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah apabila korupsi
sudah merajalela, berikut ini dampak ekonomi yang akan terjadi , yaitu:
a). Lesunya Pertumbuhan ekonomi dan Investasi

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 13/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

  Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan


investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran illegal, ongkos
manajemen dalam negosiaasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan
 perjanjian atau karena penyelidikan suatu kasus.
Menurut laporan yang disampaikan PERC ( Political and Economic Risk
Consultancy), karena iklim yang tidak kondusif akan menyulitkan pertumbuhan
investasi di Indonesia. Hal ini terjadi karena tindak korupsi sampai tingkat yang
mengkhawatirkan yang secara langsung maupun tidak mengakibatkan ketidak
 percayaan dan ketakutan pihak investor asing untuk menanamkan investasinya di
Indonesia.
 b). Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka
 produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi karena terhambatnya sektor
industri dan produksi.
Penurunan produktifitas juga akan menyebabkan permasalahan yang lain,
seperti tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diiringi
dengan meningkatnya pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas adalah
timbulnya kemiskinan masyarakat.
c). Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Dampak ini bisa dirasakan, misalnya rusaknya jalan-jalan, tergulingnya kereta
api, beras murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan
 bakar yang merusak kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya
angkutan umum merupakan serangkaian kenyataan rendahnya kualitas barang
dan jasa sebagai akibat korupsi.
d). Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Data menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan hutang,
Kementrian Keuangan RI,disebutkan bahwa total hutang pemerintah per Mei
2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 triliun.
Angka ini melebihi APBN Negara RI tahun 2012 yang mencapai sekitar Rp.

1.300 triliun. Kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Dan

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 14/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

apabila hutang digunakan untuk menutup difesit yang terjadi, hal itu akan
semakin memperburuk keadaan.
2. Dampak terhadap penegakan hukum
a). Fungsi pemerintahan mandul
Korupsi tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu
sistem politik atau pemerintahan. Pada dasarnya isu korupsi lebih sering bersifat
 personal (Mauro:1995 dalam Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
:2011:64-66). Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi
tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas
organisasi tempat si koruptor bekerja (contoh : kasus Gayus Tambunan, pelaku
korupsi yang kebetulan pegawai direktorat jenderal pajak, setidaknya membawa
nama jelek bagi instansi pajak). Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat
sosial.
Pada sisi lain, masyarakat cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu
lembaga yang di duga terkait dengan tindak korupsi. Dampak korupsi yang
menghambat berjalannya fungsi pemerintahan sebagai pengampu kebijakan
negara misalnya korupsi dapat menghambat peran negara dalam pengaturan
alokasi dan memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi
dan politik. Suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan mengabaikan
tuntutan pemerintahan yang layak. Peminpin/pejabat yang korup sering
mengabaikan kewajibannya oleh karena perhatiannya tergerus untuk kegiatan
korupsi semata-mata. Hal ini dapat mencapai titik yang membuat orang tersebut
kehilangan sensitifitasnya dan yang paling parah akhirnya dapat menimbulkan
 bencana bagi rakyat.
 b). Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara di Indonesia mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang (misalnya terhadap
legislatif,DPR, Partai Politik, dan Lembaga Peradilan. Lemahnya penegakan
hukum di Indonesia bisa di lihat mulai kasus Gayus Tambunan sampai perang
kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak praktik mafia hukum. Bahkan
 berita yang paling akhir adalah kasus korupsi pembangunan wisma atlet di
Palembang dan kasus Hambalang yang melibatkan pejabat pemerintahan dan

 para petinggi partai politik.


9.  Strategi Pemberantasan Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 15/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

  KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi memakai dua cara, yaitu


menindak (represif ) dan mencegah ( preventif )
1.KPK dalam Menindak ( Represif )
Tugas menindak yang dilakukan oleh KPK bukan berarti memberikan
keleluasaan kepada KPK untuk menangkapi setiap orang atau pejabat begitu
saja, melainkan harus tetap berpegang pada peraturan perundang-undangan
yang ada. Karenanya setiap kegiatan yang dilakukan KPK tetaplah harus bisa
dipertanggungjawabkan, baik kepada pemerintah terutama kepada masyarakat
luas.
Tugas menindak yang dilaksanakan KPK ini meliputi:
a.Kegiatan Koordinasi dan Supervisi
 b. Penanganan Kasus atau perkara
c. pelimpahan
d.Pengambilan kasus
Dalam kurun waktu keberadaannya, tentu telah banyak kasus atau perkara
korupsi yang sudah ditangani. Kasus-kasus besar korupsi berhasil diungkap
mulai dari korupsi Komisi Pemilihan Umum(KPU), penyimpangan kredit di
Bank Mandiri, dan indikasi suap terhadap beberapa petinggi kepolisian dalam
 penanganan kasus atau perkara korupsi tersebut telah berhasil memenjarakan
 para koruptor. Tidak sedikit koruptor yang masih berkeliaran bebas. Kalaupun
kasusnya sudah dalam proses penanganan namun tak urung hanya mandeg di
 jalan.

2.  KPK dalam Mencegah( Preventif )


Pemberantasan Korupsi yang hanya sekadar bersifat menindak (represif)
hasilnya tidak akan sanggup mengenyahkan korupsi samapi ke akar-akarnya.
Dibutuhkan juga langkah preventif yang berfungsi untuk mencegah
tumbuhnya kembali penyakit korupsi di masa mendatang. Oleh karena itu
selain menjalankan langkah represif, KPK juga menjalankan langkah
 preventif(mencegah)
Termasuk dalam langkah preventif anta lain: pendaftaran dan pemeriksaan
LHKPN, gratifikasi, pendidikan dan pelayanan masyarakat, penelitian dan

 pengembangan monitor dan pengembangan jaringan kerjasama. Dengan


langkah-langkah tersebut diharapkan KPK dapat lebih mengoptimalkan tugas

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 16/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

dan peranannya sebagai satu-satunya lembaga yang dipercaya menangani


kasus korupsi.(Deni Setyawati,2008:30)
Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan
strategi yang hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para
 pemerhati / pengamat masalah korupsi banyak memberikan sumbangan
 pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun
secara represif antara lain :

1. Konsep “carrot and stick” yaitu konsep pemberantasan korupsi yang


sederhana yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan
Singapura. Carrot adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang
cukup untuk hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan,
kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan
cukup untuk hidup dengan “gaya” dan “gagah”. Sedangkan Stick adalah bila
semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya
tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan
korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.

2. Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi   di


Indonesia saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan
mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan
Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya
memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai
 politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya
dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada
realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini
diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan
moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.

3. Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum


(Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan
 bertanggungjawab serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan

 pemberantasan korupsi tanpa memandang status sosial untuk menegakkan


hukum dan keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 17/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

organisasi yang ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy


yaitu dengan menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu
kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam
struktur organisasi tersebut.

4. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa


korupsi adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan
martabat manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi
lingkungan sosial masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan
menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung, dan
menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan
melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan
masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif membangun
 peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.

5. Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah


 pegawai dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan
 jalan menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Dan apabila masih ada pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan
tegas dan keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu
dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan
siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat dan martabat
kehidupan.(Tikachan,2013:http://tikachan.wordpress.com/korupsi/ ) 

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 18/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

C.  PENUTUP
Kesimpulan
Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara atau
 perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan sendiri atau orang lain. Korupsi di
Indonesia sudah membudaya semenjak sesudah kemerdekaan, pada era Orde Lama,
Orde Baru berlanjut hingga era Reformasi.
Penyebab korupsi disebabkan oleh Sifat Tamak dan Keserakahan,
Pengahasilan yang tidak memadai, Ajaran-ajaran agama kurang diterapkan secara
 benar, moral yang lemah, lemahnya penegakan hukum, dsb. Akibat korupsi meliputi
Berkurangnya Kepercayaan terhadap Pemerintah, menyusutnya pendapatan negara,
rapuhnya keamanan dan ketahanan negara, dsb.
Strategi pemberantasan Korupsi ada dua cara, yaitu menindak( represif )
meliputi kegiatan koordinasi atau supervisi, penanganan kasus atau perkara,
 pelimpahan dan pengambilalihan kasus, dan mencegah ( preventif ) meliputi
gratifikasi, pendidikan dan pelayanan masyarakat serta penelitian dan pengembangan.

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 19/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah,Andi.2005. Korupsi di Indonesia.Jakarta:Sinar Grafika.


Hartanti, Evi.2007.Tindak Pidana Korupsi.Jakarta:Sinar Grafika.
Hartanti, Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika
Setyawati, Deni.2008. KPK Pemburu Koruptor .Yogyakarta:Pustaka Timur.
Surachmin.2011. Strategi & Teknik Korupsi.Jakarta:Sinar Grafika

Kemendagri.go.id,2013:http://bpp.kemendagri.go.id/index.php?action=content&id=20130
52811470548 pada Selasa,4 Juni 2013 pukul 17.24

 News.detik.com,2012:http://news.detik.com/read/2011/12/08/171251/1786435/10/13-
kasus-korupsi-yang-belum-terselesaikan-versi-icw  pada Selasa, 4 juni 2013 pukul
16.50

Pustaka.ut.2013. Artikel di unduh dari http://www.


 pustaka.ac.id/dev/25/pdfprosiding2/fisip201215/pada Kamis, 6 Juni 2013 pukul 07.50
WIB 
setkab.go.id,2013:http://www.setkab.go.id/kawal-apbn-6636-perang-lawan- korupsi-kpk-

tangani-332-perkara-polri-494-kejaksaan-1242.html  

Tikachan,2013:http://tikachan.wordpress.com/korupsi/ pada Selasa,4 Juni 2013 pukul


16.18 WIB

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 20/21
5/19/2018 korupsidan strategi.docx-slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/korupsi-dan-strategidocx 21/21

Anda mungkin juga menyukai