Anda di halaman 1dari 6

Peran Mahasiswa Dalam Membangun Generasi Berintegritas & Anti Korupsi

Oleh:
Surya Putra Adekantari
2104010032

Dosen Pengampu:
M.Sofian Assaori, SH.,MH
Prodi S1 Ilmu Hukum
Universitas Bumigora
2022
Korupsi

Permasalahan korupsi telah lama dikenal dalam peradaban manusia. Ribuan tahun lamanya
manusia direpotkan dengan permasalahan korupsi tersebut, baik dalam sejarah Mesir, Babilonia, India,
Cina, Yunani maupun Romawi Kuno. Di dalam Perjanjian Lama, Kitab Eksodus (1200 SM) dikatakan
“Waspadalah terhadap uang suap; uang suap dapat membutakan mata orang, walaupun ia seorang yang
bijaksana dan hati-hati, dan mengusik keputusan, walaupun ia orang yang adil”. Selain itu Isaiah
seorang nabi di dalam Perjanjian Lama yang hidup dalam abad ke-8 Sebelum Masehi melukiskan orang
yang akan selamat dari malapetaka yang mengerikan ialah orang yang mengatakan kebenaran, menolak
penghasilan yang haram dan yang mencampakkan uang suap.

Inti korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Brooks


mengemukakan korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang
diketahui sebagai kewajiban atau tanpa hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan memperoleh
keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.

Syed Hussein Alatas dalam The Sociology of Corruption (1980) mengatakan ciri-ciri korupsi ringkasnya
sebagai berikut:

a. Suatu penghianatan terhadap kepercayaan


b. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umumnya

c. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus

d. Dilakukan dengan rahasia kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau
bawahannya menganggapnya tidak perlu

e. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak

f. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang lain

g. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan
mereka yang dapat mempengaruhinya

h. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum

i. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi
Alatas berpendapat korupsi terbagi dalam tujuh tipologi, yaitu: Korupsi Transaktif (Transactive
corruption), Korupsi yang Memeras (Extortive corruption), Korupsi Investif (Investive corruption),
Korupsi Perkerabatan (Nepostic corruption), Korupsi Defensif (Defensive corruption), Korupsi Otogenik
(Autogenic corruption), dan Korupsi Dukungan (supportive corruption). Sedangkan menurut perspektif
hukum di Indonesia, defenisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU
No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001.

Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak
pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, penyuapan, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.

Dampak Korupsi

Menurut SH Alatas, efek dari korupsi adalah sebagai berikut:

a. Efek Metastatik (penyebaran) seperti penyakit kanker yang menggerogoti organ tubuh
manusia;
b. Efek Perkomplotan (clustering effect)

c. Efek pemberian tertentu (differential delivery effect)

d. Efek penghilangan potensi (potential elimination effect)

e. Efek Transmutasi, yaitu dielu-elukannya para penjahat oleh masyarakat.

f. Efek Pamer (demonstration effect)

g. Efek Derivasi Komulatif, yaitu dampak yang tidak langsung dan tidak segera. Misalnya
dokter yang masuk fakultas kedokteran dengan cara menyuap akan merugikan pasien
yang akan ditanganinya.

h. Efek psikosentris, yaitu menciptakan hasrat dan ketagihan untuk korup dan memperoleh
kekuasaan.

i. Efek Klikmatik (clicmatic effect), ketiadaan harapan, kebingungan, kebodohan dan


penghambaan. Putus asa karena menjadi orang jujur sangat sulit sementara teman yang
korup hidup mewah.
j. Efek Ekonomis Korupsi (economic effects of corruption), yaitu hancurnya tatanan
ekonomi dan menyebabkan kemiskinan.

Bencana korupsi menyebabkan kebodohan, kemiskinan, kematian, krisis ekonomi, menghambat


pembangunan, ketidakstabilan keamanan dan revolusi sosial, lumpuhnya semangat masyarakat dan
lembaga, pergeseran moral masyarakat menjadi materialistis cinta akan kekuasaan dan kekayaan dan
bahkan musnahnya suatu peradaban.

Korupsi Di Indonesia

Indonesia disimpulkan berada dalam kondisi gawat korupsi karena kondisinya yang sudah sangat
memprihatinkan. Praktis tidak ada lagi aparatur negara yang bisa dipercayai di negeri ini, baik Jaksa,
Polisi, Hakim, Pegawai Negeri, Pejabat, Anggota Dewan, dan bahkan sudah masuk ke levelan terendah
aparatur negara dengan toleransi yang sangat tinggi terhadap perbuatan korupsi. Tidak heran setiap
harinya kita selalu disuguhi oleh berita yang membuat banyak orang frustasi terhadap kondisi negara,
seperti kriminalisasi pimpinan KPK, Kasus century, kasus rekening gendut para jenderal, kasus suap
pemilihan Gubernur BI, kasus mafia pajak Gayus Tambunan, “kamar hotel” Artalyta, kasus korupsi lebih
50% kepala daerah, dan berbagai kasus lainnya.

Negara yang kaya seperti Indonesia seharusnya dapat mensejahterakan warga negaranya, namun
APBN kurang lebih Rp 1.047,7 triliun pada tahun 2010 sepertinya tidak memiliki dampak yang signifikan
karena lebih banyak dihabiskan untuk anggaran rutin bukan pembangunan, terlebih lagi sangat banyak
terdapat kebocoran anggaran. Birokrat, aparat penegak hukum, dan politisi merupakan penikmat
kebocoran anggaran terbesar.  Tidak heran maka Transparancy International pada tahun 2010 lalu
melakukan riset dan mendapatkan bahwa tahun 2010 Indeks Persepsi Korupsi Indonesia adalah 2,8.
Sejajar dengan Negara seperti benin, Bolivia, Gabon, Kosovo dan Solomon Islands yang sama-sama
punya skor 2,8 dan berada dalam urutan 110. Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga yang
skornya lebih baik seperti  Singapore (9,3), Brunei (5,5), Malaysia (4,4) dan Thailand (3,5).

Mungkin satu-satunya fenomena korupsi yang menguntungkan Indonesia adalah korupsi yang
menyebabkan runtuhnya VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), walaupun kemudian pemerintah
Hindia Belanda mengambil alih.

Apa Yang Pemuda Harus Lakukan?


Pemuda memiliki peran yang sangat signifikan dalam sejarah Indonesia. Dimulai dari sejarah
perjuangan kemerdekaan hingga sampai pada fase mengisi kemerdekaan dan mengawal keutuhan bangsa.
Pemuda juga selalu siap untuk maju kedepan jika ternyata pemegang amanat rakyat tidak menjalankan
amanatnya dengan baik. Orde Lama ditumbangkan oleh kekuatan pemuda/mahasiswa dan orde baru pun
juga ditumbangkan oleh kekuatan pemuda/mahasiswa sehingga melahirkan reformasi. Terakhir menurut
penulis gerakan pemuda kembali mencapai puncaknya dalam mempertahankan keutuhan KPK dan
menghentikan kriminalisasi pimpinan KPK Bibit Chandra.

Namun apakah peran pemuda saat ini hanya sampai batas dalam tataran aksi terutama untuk
kasus korupsi? Memang pemuda saat ini banyak terjebak dalam tindakan responsif bersifat aksi ketika
terdapat pelanggaran oleh aparatur negara. Bahkan kondisi yang sangat menyedihkan adalah pemuda saat
ini terjebak dalam pragmatisme sehingga mampu dijadikan alat kekuasaan sehingga menghilangkan
kekritisannya terhadap korupsi, justru menjadi aktor penikmat hasil korupsi.

Pemuda melawan korupsi bukanlah perkara mudah karena korupsi sudah menjalar ke seluruh
lapisan masyarakat. Pemuda harus mampu melawan orang tuanya yang korupsi, saudaranya yang korupsi,
paling tidak teman atau tetangganya yang korupsi.  Pemuda harus mampu melawan dirinya untuk tidak
ikut serta menikmati harta hasil korupsi. Ketika berkendara dan ditilang ia harus mampu untuk tidak
menyuap polentas, tidak menyogok aparatur negara dalam mempercepat urusan pelayanan, melaporkan
gurunya ataupun dosennya yang korup, dan lain sebagainya. Namun jika hal tersebut dapat dilakukan
oleh para pemuda maka kekuatan pemuda akan menjadi penghalang utama bagi koruptor-koruptor yang
merugikan keuangan negara dan memiskinkan warga negara Indonesia.

Di sekolah, pelajar jangan ragu untuk membuat kelompok studi dan gerakan anti korupsi menjadi
kegiatan ekstrakulikuler. Tindakan konkritnya dimulai dengan mengawasi penggunaan anggaran sekolah.
Organisasi mahasiswa dan kepemudaan pun harus mampu secara konkrit mengambil bagian. Hal tersebut
dapat dimulai dengan menambah Bidang Anti Korupsi di struktur organisasinya dan kemudian terjun
dalam gerakan anti korupsi. Organisasi pemuda tingkatan daerah haruslah menjadi pengawas kinerja
aparatur di daerah, sedangkan organisasi pemuda di tingkatan nasional haruslah menjadi pengawas
kinerja aparatur di tingkatan nasional. Lalu bagaimana dengan pemuda yang tidak berorganisasi?
Meskipun hanya sebagai individu, tidak menutup kemungkinan seseorang berperan serta dalam
pemberantasan korupsi. Peran tersebut dapat dimulai dari sikap zero tolerance terhadap tindakan korupsi,
melakukan pengawasan, bahkan sampai pelaporan kasus korupsi dapat dilakukan oleh setiap
orang/individu, tidak hanya organisasi.
Jika telah terdapat komitmen untuk berperan dalam pemberantasan korupsi, maka berjejaringlah
dengan sesama pemuda yang juga berkomitmen dalam pemberantasan korupsi. Hal tersebut dikarenakan
pemberantasan korupsi tidak akan berhasil karena individu, kelompok ataupun satu organisasi melainkan
oleh gerakan anti korupsi yang massive, terorganisir dan terkonsolidasi.

Salah satu contoh tindakan korupsi di Athena pada abad ke 5 Sebelum Masehi. Persoalan korupsi
menjadi sarana pengembangan politik dengan dilakukannya pembaharuan oleh Solon (640-559 SM),
seorang pembuat undang-undang dan negarawan Athena. Setiap warga negara diperbolehkan menggugat
siapa saja atas nama orang lain atau diri sendiri. Anak-anak muda berlomba-lomba menggugat para
pejabat, dengan motif adalah untuk kemajuan karir politik. Mereka kemudian disebut kelompok benalu
(sycophants). Misalnya Pericles menuntut Jendral Athena Kimon yang korup. Semakin merajalelanya
kegiatan para benalu tersebut menimbulkan ketakutan psikologis di samping juga menghangatkan
perbincangan mengenai korupsi. Pemuda Indonesia tentunya dapat berperan sama seperti sycophants
tersebut karena banyak saluran yang disediakan oleh sistem hukum di negeri ini, tentunya dengan motif
yang murni untuk memberantas korupsi.

“KESEJAHTERAAN INDONESIA BERADA DI TANGAN PEMUDANYA YANG ANTI KORUPSI.”

Anda mungkin juga menyukai