Anda di halaman 1dari 14

tugas kewarganegaraan

anti korupsi

disusun oleh
nama: jihan fairuz albayani
nim: A1B022311
kelas: h-Manajemen
dosen pengampuh: rachman maulana kafrawi S.H., M.H.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AJARAN 2022/2023

Menanamkan nilai kejujuran sejak dini sebagai salah satu bentuk pencegahan korupsi

Abstrak

Pendidikan sejak dini merupakan awal membentuk seseorang untuk menjadi lebih
baik dengan Pendidikan pula seseorang dapat membentuk diri jauh dari hal-hal yang
tercela, seperti tindakkan korupsi.

Pendidikan anti korupsi yang harus diterapkan di semua lingkungan, mulai dari
keluarga, satuan pendidikan, hingga masyarakat. Pendidikan anti korupsi adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis
terhadap nilai-nilai anti korupsi.

Korupsi adalah tindakan seseorang yang salah menyalahgunakan kepercayaan dalam


suatu masalah atau organisasi untuk mengambil keuntungan. Korupsi sebuah
tindakan kejahatan yang merugikan keuangan negara. Korupsi salah satu fenomena
yang mengundang banyak perhatian terkait dengan posisinya sebagai salah satu
persoalan bangsa yang mendasar di Indonesia.
namun kenyataannya beberapa kasus korupsi yang melanda bangsa Indonesia
melibatkan anak muda. Hal tersebut didasarkan karena sifat mayoritas anak-anak
muda saat ini ingin mendapatkan sesuatu dengan “budaya formalin” cara cepat,
sukses dengan cara cepat, kaya dengan cara cepat, dan semuanya ingin serba cepat.
Pemahaman anak muda tentang integritas sebenarnya cukup tinggi, hanya saja kondisi
permisif dan tolerir terhadap hal-hal yang tidak baik mempengaruhi perilaku anak
muda. Terlebih jika mereka sudah masuk kedalam sistem, untuk itu sangat penting
pembentukan karakter bagi generasi muda. Korupsi merupakan suatu tindakan yang
menyimpang dan melanggar etika serta merugikan pihak lain.

kata kunci: pencegahan korupsi sejak dini

pendahuluan

latar belakang

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.


Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang
terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana
yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia.

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan
lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu budaya.

Dari kasus dasar ini, negara dibentuk untuk mencoba memusnahkan praktik kriminal
ini dan untuk menghapus dan membunuh kekotoran batin di Indonesia adalah dengan
membingkai organisasi negara yang diberikan kekuasaan yang belum pernah terjadi
sebelumnya seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Korupsi sudah sedemikian menggurita dalam kehidupan masyarakat, yang paling


dirugikan dalam hal ini adalah rakyat, karena sejumlah besar uang yang dikorupsi
hakikatnya adalah uang rakyat. Korupsi merupakan tindakan yang dapat
menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan efek yang luar biasa seperti
terhambatnya pembangunan nasional disebabkan oleh hancurnya perekonomian
sehingga menyengsarakan masyarakat. Efek konkretnya adalah memperparah
kemiskinan, pendidikan, pelayanan kesehatan menjadi mahal, fasilitas umum seperti
transportasi menjadi tidak aman serta rusaknya infrastruktur jalan, dan yang paling
berbahaya adalah meningkatnya angka pengangguran mengakibatkan angka
kriminalitas pun meningkat. Korupsi juga memperburuk citra bangsa Indonesia di
mata internasional. Di Indonesia, pengaruh budaya kapitalisme dan hedonisme dari
Barat mengakibatkan banyak orang memilih untuk mencari kesenangan yang bersifat
materi untuk memuaskan aspek id didalam dirinya. Agar seseorang dapat
memperoleh kesenangan tersebut dengan cepat adalah melalui berbagai macam cara.
Salah satu cara tersebut dengan cara melakukan korupsi, tanpa dapat dicegah oleh
aspek superego (hati nurani) manusia yang tidak berkembang dengan baik.

Pemerintah Republik Indonesia secara konsisten berusaha untuk membunuh


kemerosotan dengan teknik dan strategi yang paling potensial. Otoritas publik telah
membuat yayasan yang secara eksplisit memerangi dan membunuh pencemaran nama
baik, khususnya KPK, sebagai organisasi bebas yang telah menempuh berbagai upaya
pencegahan pencemaran nama baik. Memerangi kekotoran adalah kewajiban dari
berbagai bagian di negara ini, jika dengan keberuntungan salah satu pihak memerangi
kekotoran, maka, pada saat itu, kekuatannya sangat tidak berdaya dan tidak ada
habisnya. Dengan demikian, dapat menimbulkan kekecewaan atau kekecewaan
terhadap pelenyapan kekotoran batin, suatu bangsa akan dianggap maju/mencipta
jika berhasil melakukan perbaikan-perbaikan yang berbeda sebagai salah satu bentuk
kemajuan negara.

alasan mengapa orang melakukan

korupsi dapat dilihat dari beberapa teori sebagai berikut.

1. Teori Klitgaard

Teori Klitgaard menyatakan bahwa monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of


power) ditambah dengan besarnya kekuasaan yang dimiliki (discretion of official) dan
tanpa adanya pengawasan yang memadai (minus accountability) maka hal tersebut
menjadi pendorong terjadinya korupsi.

2. Teori Ramirez Torrez

Ramirez Torrez berpandangan bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau


perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan (passion).
Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil yang didapat dari korupsi lebih

tinggi dan lebih besar dari hukuman yang didapat serta kemungkinan

tertangkapnya yang relatif kecil.

3. Teori Jack Bologne

Menurut Teori Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada 4 (empat), yaitu:

a. greedy (keserakahan), berkaitan dengan perilaku serakah yang potensial

ada dalam diri setiap orang;

b. opportunity (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau


instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga membuka

peluang bagi siapapun untuk melakukan korupsi;

c. need (kebutuhan), berkaitan dengan hal-hal atau faktor yang diperlukan

oleh seseorang untuk menunjang kehidupannya;

d. exposure (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau hukuman yang

tidak memberikan efek jera baik bagi si pelaku maupun masyarakat pada

umumnya.

Rendahnya persepsi korupsi (IPK) di Indonesia menempatkan posisi negeri kita


sebagai negara nomor 6 paling korup di dunia dari 133 negara. Menurut Novel Ali
(2004), salah satu gerakan reformasi yang bertujuan memberantas tindak pidana
korupsi, terbukti gagal. Banyak orang mengatakan, di era pascareformasi - karena ada
pihak ketiga yang berupaya membelokkan arah serta tujuan gerakan reformasi -
korupsi di Indonesia semakin subur.

Citra buruk Indonesia sebagai salah satu negara paling korup di dunia membuat
masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintahnya sendiri. Kredibilitas dan
akuntabilitas pemerintah luntur di mata warganya sendiri. Sama dengan lunturnya
kepercayaan pemerintah dan masyarakat mancanegara terhadap negara dan bangsa
kita. Dari waktu ke waktu, tindak pidana korupsi di negara kita - apakah di sektor
negara atau swasta - mengalami peningkatan. Potret ini direkam bukan hanya oleh
warga bangsa kita sendiri, tetapi juga oleh pemerintah dan masyarakat asing (Novel
Ali, 2004).

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi, didefiniskan sebagai berikut: “Pemberantasan tindak pidana
korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Upaya
pemberantasan korupsi, yang terdiri dari dua bagian yaitu penindakan dan
pencegahan, diyakini tidak akan optimal jika tidak melibatkan peran serta seluruh
pemangku kepentingan (Suganda, 2019: 20). Menurut Suganda (2019: 20) upaya
penindakan merupakan kewenangan lembaga penegakan hukum seperti kepolisian,
kejaksaan, dan KPK. Sementara upaya pencegahan dapat dilakukan oleh semua
pemangku kepentingan termasuk pada dunia pendidikan. Komponen di atas menjadi
pedoman dan bahan materi yang akan dipersiapkan oleh guru untuk diturunkan
dalam konsep yang jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.

Korupsi menurut Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 adalah “setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonoman negara”.
Definisi korupsi yang dipahami umum adalah merugikan negara atau institusi baik
seara langsung atau tidak langsung sekaligus memperkaya diri sendiri.

UU No 20 Th 2000 atas perubahan UU No 33 T1 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi secara garis besar mencakup unsur perbuatan melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi,
dan merugikan keuangan Negara.

Masyarakat Transparansi Indonesia memberikan penajaman mengenai aktivitas yang


dapat dikategorikan sebagai tindak korupsi, yaitu:

1. melibatkan lebih dari satu orang;

2. tidak berlaku hanya di kalangan pegawai negeri aau anggota birokrasi negara, tapi
juga terjadi di organisasi usaha swasta;

3. dapat berbentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang semir, uang
pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau wanita;

4. umumnya serba rahasia kecuali sudah membudaya;

5. melibarkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu

berupa uang;

6. setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik

atau masyarakat umum;

7. setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat;

8. di bidang swasta, korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang, dan

sebagainya, untuk membuka rahasia perusahaan tempat orang bekerja, mengambil


komisi yang seharusnya hak perusahaan.

rumusan masalah:

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah ini
adalah:
1. bagaimana cara mencegah anti korupsi sejak dini?

2. bagaimana kebijakan hukum pidana, dengan banyaknya korupsi di indonesia?

3. bagaimana cara menguranginya korupsi di indonesia?

metode penelitian

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Dalam penelitian ini, ruang
lingkup penelitian ini akan dilakukan penelitian dengan cara menarik asas hukum,
dimana dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun tidak tertulis.

metode ini juga melakukan pendekatan terhadapan permasalahan didasarkan pada


kaidah atau norma hukum yang menjadi obyek pembahasan. spesifikasi penelitian
deskriptif analitis, yaitu menggambarkan obyek yang menjadi masalah kemudian
dianalisis berdasarkan teori dan prinsip prinsip hukum yang berlaku. juga
memberikan pengetahuan praktis mengenai aspek hukum tindak pidana korupsi.

pengumpulan data dalam lingkungan alamiah yang peka terhadap masyarakat dan
tempat penelitian, dan analisis data yang bersifat induktif maupun deduktif dan
pembentukan berbagai pola atau tema.

pembahasan

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak


buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan
sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem
pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya
pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan

hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-
olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai
hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat
korupsi akan menghancurkan negeri ini.

Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh
karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi – yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan, dan
(2) pencegahan –tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa –sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang
merupakan pewaris masa depan– diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.

Bentuk tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang berkaitan dengan korupsi
berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi berupa: melawan hukum untuk
memperkaya diri dan merugikan negara; menyalahgunakan kewenangan untuk
kepentingan diri sendiri dan dapat merugikan keuangan negara; menyuap pegawai
negeri; memberi hadiah kepada pihak lain karena jabatannya; menerima suap;
menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya; menyuap; menggelapkan
uang atau membiarkan penggelapan; memeras pihak lain; berbuat curang; menyerobot
tanah Negara dan merugikan orang lain; menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK;
orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu.

Konsep Pendidikan Anti Korupsi.

Tugas utama dari pendidikan anti korupsi di sekolah untuk memberikan

pemahaman kepada siswa bagaimana siswa bisa membedakan antara kejahatan


korupsi dengan bentuk kejahatan lainnya, memberikan argumen yang logis dan
rasional kenapa korupsi dianggap sebagai suatu kejahatan, serta menunjukan cara-cara
yang bisa ditempuh dalam mengurangi terjadinya tindakan korupsi.

Salah satu bentuk kegiatan untuk menanggulangi tindak pidana korupsi adalah

Pengabdian dengan cara melakukan Penyuluhan kepada anak usia dini. maksud dan
tujuan dari kegiatan Penyuluhan :
1. Menanamkan mindset anti korupsi secara komprehensif kepada anak usia dini.

2. Memberikan pengetahuan mengenai bahaya, dampak serta kerugian dari tindakan

korupsi.

3. Menjadi intelijen bagi diri sendiri dan Memiliki integritas yang tinggi

4. Memiliki wawasan pengetahuan umum yang luas.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif
mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut
membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat
berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di
masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya.
Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain :
kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan anti korupsi
bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk
beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi.
Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan
mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.

Pendidikan antikorupsi adalah sebuah gagasan kerangka pembelajaran tentang


kemerosotan di Indonesia, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
kegiatan- kegiatan yang tidak terpuji, khususnya kekotoran dan meningkatkan
perhatian publik untuk mengumpulkan pemahaman tentang risiko dan hasil yang
akan diperoleh. dari perilaku yang merosot. Fokus utama dari instruksi memusuhi
kekotoran batin adalah untuk menyajikan dan memberikan informasi tentang
kekhasan peristiwa yang menggabungkan aturan, akibat dan sebab, seperti halnya
terus memperluas keakraban dengan demonstrasi kriminal kehinaan.

Untuk melaksanakan pendidikan anti korupsi sangat berhasil melalui pengajaran,


maka pelatihan adalah suatu proses pembentukan karakter dan perubahan watak
mental yang terjadi pada siswa, dan melalui sekolah layak untuk diukur dengan baik
dan efektif tentang perilaku kemerosotan.

Setidaknya terdapat dua tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan anti korupsi ini.
Pertama untuk menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa. Melalui
pendidikan ini, diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah
setiap generasi dan tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Jika korupsi sudah
diminimalisir, maka setiap pekerjaan membangun bangsa akan maksimal. Kedua
adalah, menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab
lembaga penegak hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan
menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.

Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi

Mengelompokkan hasil identifikasi setiap aspek PAK yang saling terkait. Setelah
melakukan inventarisasi aspek potensi PAK dari sisi kelebihan dan kekurangan jika
PAK masuk dan diterapkan di sekolah, yaitu PAK sangat perlu dimasukkan dalam
pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non formal. Dengan adanya
pendidikan anti korupsi ini kita bisa menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada
siswa, dengan diterapkannya di sekolah ini akan melatih anak atau mencegah anak
untuk melakukan korupsi dini, pendidikan anti korupsi ini harus sudah ada dari anak
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, nilai-nilai anti korupsi ini diajarkan dengan
harapan agar terciptanya generasi muda yang bermoral dan berintegrasi yang tinggi.

Korupsi merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan politik untuk

kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara


bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku Jelas sekali ini merupakan
tindakan yang tidak bermoral. Alatas, SH mengemukakan enam pengaruh buruk yang
dapat ditimbulkan dari korupsi, yaitu 7:
1. Timbulnya bentuk ketidakadilan,

2. Menimbulkan ketidakefisienan,

3. Menyuburkan jenis kejahatan lain,

4. Melemahkan semangat perangkat birokrasi dan mereka yang menjadi korban,

5. Mengurangi kemampuan negara dalam memberikan pelayanan publik, dan

6. Menaikan biaya pelayanan. Semua tindakan korupsi dalam bentuk apapun


berakibat buruk dan tidak baik.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi menyatakan ada 7 (tujuh) perbuatan utama korupsi, yaitu:

1. merugikan keuangan negara;

2. suap;

3. penggelapan dalam jabatan;

4. pemerasan (paksaan mengeluarkan uang);

5. perbuatan curang;

6. benturan kepentingan dalam pengadaan;

7. gratifikasi.

7 (tujuh) perbuatan korupsi tersebut apabila dijabarkan lebih detail dapat menjadi 30
(tiga puluh) bentuk perbuatan.

Dampak Korupsi. Berbagai studi komprehensif mengenai dampak korupsi terhadap


ekonomi serta variabel- variabelnya telah banyak dilakukan hingga saat ini. Dari hasil
studi tersebut jelas terlihat berbagai dampak negatif akibat korupsi. Korupsi
memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro:1995). Selanjutnya dalam
penelitian yang lebih elaboratif dilaporkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan
tingkat produktivitas yang dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti
kualitas jalan raya

Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.

Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi
ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk,
akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan suatu
negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di
mata internasional sehingga menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal
asing, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin
terperosok dalam kemiskinan.

Upaya Pemberantasan Korupsi. Di muka telah dijelaskan pengertian korupsi, faktor-


faktor penyebab korupsi, dampak korupsi serta prinsip-prinsip atau nilai- nilai yang
perlu dikembangkan untuk mencegah seseorang melakukan korupsi atau perbuatan-
perbuatan koruptif. Dalam bab ini, akan diuraikan upaya pemberantasan korupsi.

Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi
adalah menghukum seberat- beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang
hukum khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat
untuk memberantas korupsi. Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki
berbagai perangkat hukum untuk memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-
undangan. Kita memiliki lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk
menjalankan peraturan tersebut baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita
bahkan memiliki sebuah lembaga independen yang bernama Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk salah satunya untuk memberantas korupsi.
Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.
Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut
dalam beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di
Indonesia.

Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang
bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti- korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai
salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.

Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan
nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai- nilai yang
dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman
nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada
mahasiswa. Pendidikan anti- korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai
bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk-bentuk
kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam
bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

Peran Mahasiswa. Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
berdampak sangat luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh
sendi kehidupan manusia. Korupsi merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak
tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak buruk
pada sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem
pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan. Yang tidak kalah penting korupsi
juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan internasional.

Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa
malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.

Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu
ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya
wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial
yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

Keterlibatan Mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada


dasarnya dapat dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di
lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan
keluarga dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang pertama dan utama bagi
mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri
mereka sudah terjadi. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di
lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta didik
yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat
lokal/nasional

terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya. Internalisasi karakter anti
korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Kegiatan
tersebut dapat berupa melakukan pengamatan terhadap perilaku keseharian anggota
keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan korupsi.

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus dapat


dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk
komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Agar seorang mahasiswa dapat berperan
dengan baik dalam gerakan anti-korupsi maka pertama-pertama mahasiswa tersebut
harus berperilaku anti- koruptif dan tidak korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan
demikian mahasiswa tersebut harus mempunyai nilai-nilai anti- korupsi dan
memahami korupsi dan prinsip-prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini dapat diperoleh
dari mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan anti
korupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh tersebut harus
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain seorang mahasiswa
harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan
korupsi. Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti
korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan agar tumbuh
budaya anti korupsi di mahasiswa. Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan,
kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi.
Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek misalnya, dapat dilakukan untuk
menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan
kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

Beberapa akibat tindakan korupsi sebagai berikut :

a. Korupsi akan menimbulkan pengaruh buruk kepada para pejabat yang tidak korup,

korupsi semakin meluas, orang sulit berpegang teguh pada norma kejujuran.

b. Korupsi jelas-jelas meningkatkan beaya administrasi sehingga layanan tidak murah.

c. Korupsi dikalangan pejabat menurunkan/menjatuhkan martabat dan kewibawaan

individu yang bersangkutan, dan memberi warna jelek pada instansi pemerintah.

d. Korupsi yang dilakukan oleh para elit, akan mampu mendorong atau menciptakan
suasana yang menarik, yang akan semakin mempersubur gerakan korupsi.

Korupsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum dapat

dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor ini merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi, diantaranya
yaitu sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat menghadapi godaan, gaya hidup
konsumtif, dan tidak mau atau malas bekerja.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan penyebab korupsi yang terjadi karena sebab- sebab dari
luar. Faktor ini diantaranya yaitu:

a. kurangnya keteladanan dan kepemimpinan elit bangsa;

b. rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS);


c. lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan

perundang-undangan;

d. rendahnya integritas dan profesionalisme;

e. mekanisme pengawasan interrnal di semua lembaga perbankan, keuangan

dan birokrasi belum mapan;

f. kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat; serta

g. lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.

kesimpulan

Permasalahan korupsi bangsa Indonesia telah sedemikian berakar dan


mengkhawatirkan karena dinyatakan Indonesia darurat korupsi. Perilaku koruptif
dianggap biasa karena dalam masyarakat belum terbentuk pemahaman mengenai hal
tersebut. Padahal perilaku koruptif sekecil apapun dapat menjadi bibit bagi tindak
pidana korupsi di kemudian hari. Hal ini tentunya sangat berbahaya mengingat
korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang harus dicegah
dan ditanggulangi sedini mungkin. Oleh karena itu, hendaknya sosialisasi dan
pelatihan terkait aspek hukum tindak pidana korupsi harus betul- betul dilaksanakan
secara menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat sejak dini sehingga akan
terbentuk perilaku dan karakter anti koruptif di masyakarat sejak dini pula sehingga
bibit korupsi dapat segera dihilangkan.

Pada pendidikan dasar penanaman nilai-nilai anti korupsi di sekolah yang dapat
membentuk karakter peserta didik, ialah penanaman nilai kejujuran, kepedulian
terhadap sesama, tanggung jawab, menghargai sesama, disiplin, kesederhanaan, dan
daya juang atau kegigihan dalam belajar. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat
peserta didik menjadi lebih mengenal sejak dini hal-hal yang berkenaan dengan
korupsi termasuk sanksi apa saja yang akan diterima oleh koruptor. Selain itu, adanya
penerapan strategi dan model pendidikan antikorupsi di sekolah dalam bentuk
pembiasaan maupun keteladanan yang bisa diimplementasikan pendidikan
antikorupsi di kehidupan sehari-hari peserta didik. Pelaksanaan pendidikan
antikorupsi sejak usia dini melalui dua bentuk yaitu adanya pembelajaran pendidikan
antikorupsi yang dimasukkan dalam suatu mata pelajaran tersendiri di luar
Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu juga melalui kegiatan pembiasaan sikap
antikorupsi di lingkungan sekolah.
Untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia dapat dapat dilaksanakan
dengan cara preventif dan repesif. Upaya untuk mengatasi korupsi adalah pemerintah
harus memiliki komitmen yang kuat, disamping itu masyarakat juga harus dilibatkan
secara aktif.

DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/elibtidaiy/article/viewFile/7689/4226

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=2170454&val=15507&title=SOSIALISASI%20PENANAMAN%20MINDSET
%20PENDIDIKAN%20ANTI%20KORUPSI%20PADA%20ANAK%20USIA%20DINI
%20BERDASARKAN%20PERATURAN%20WALIKOTA%20BOGOR%20NO
%2028%20TAHUN%202019%20TENTANG%20PENYELENGARAAN
%20PENDIDIKAN%20ANTI%20KORUPSI

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=2509973&val=23922&title=PENANAMAN%20NILAI%20ANTI%20KORUPSI
%20DI%20PERGURUAN%20TINGGI%20SEBAGAI%20UPAYA%20PREVENTIF
%20PENCEGAHAN%20KORUPSI

http://e-journal.uajy.ac.id/4529/2/1HK09937.pdf

http://repository.unpas.ac.id/45554/1/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/elibtidaiy/article/viewFile/7689/4226

https://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/morality/article/download/169/114

Anda mungkin juga menyukai