Anda di halaman 1dari 10

ISLAM, BUDAYA KORUPSI DAN

GOOD GOVERNANCE

Ahmad Fawaid

(Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan, nomor kontak 0817322770,
fawaid.sjadzili@gmail.com, alamat Jl. Manding Sumenep)

Abstract
The phenomenon and corruption action still becomes a fact that cannot be finished. One of causes is
mentality of the world. It makes the cause why corruption becomes a massive culture. Beside restraining
orientation of the world, good governance must become the priority. The result is that corruption does
not become the culture anymore, and slowly but sure, it can be eliminated, or at least it can decrease.

Kata-kata kunci
korupsi, budaya korupsi, indeks persepsi korupsi, good governance

Pendahuluan beragam faktor, yaitu: 1) kegagalan


Fenomena dan tindakan korupsi negara di banyak bagian dunia yang
masih terus menjadi fakta yang tidak cenderung memperburuk persoalan
kunjung usai. Hampir di seluruh negara, korupsi yang sedang terjadi. 2) deregulasi
korupsi menjadi isu yang tidak pernah dan privatisasi pasar di bekas Negara
tuntas dibicarakan, terlebih diselesaikan. blok Soviet tanpa adanya penguatan
Tindak korupsi telah menjadi gurita yang institusi negara secara simultan dalam
menggelayuti hampir semua sendi-sendi rangka menjamin akuntabilitas. 3)
kehidupan di masyarakat. Alih-alih, ia pertumbuhan dan dan akses terhadap
telah menjadi budaya yang dinilai wajar teknologi informasi yang meningkatkan
oleh sebagian masyarakat. peluang terhadap setiap dan semua orang
Membengkaknya angka korupsi untuk melakukan bisnis. 4) teknologi
belakangan ini oleh Galtung disebut memungkinkan setiap orang untuk
dengan ‘ledakan korupsi’ (an eruption of berkomunikasi dan memindahkan uang
corruption).1 Fakta ini ditandai dengan dengan cepat. Dalam situasi semacam
inilah korupsi begitu mungkin dilakukan,
dan korupsi kata Galtung benar-benar
1 Roberta Ann Johnson & Shalendra Sharma, “About
Corruption” dalam Roberta Ann Johnson (Ed.), The
tanpa batas (corruption without frontiers).2
Struggle against Corruption: A Comparative Study,
(Inggris: Palgrave, 2004), hlm. 1 2 Ibid
Islam,Budaya Korupsi dan Good Governance
Ahmad Fawaid

Lalu apa sesungguhnya korupsi. bahwa substansi korupsi adalah


Bagaimana hubungan tindakan korupsi penyalahgunaan kepercayaan untuk
yang telah membudaya dengan kepentingan pribadi.4 Dengan demikian,
keberagamaan seseorang? Apakah ada segala bentuk penyalahgunaan we-
hubungan positif antara ideologi yang wenang untuk memperkaya diri,
dianut dengan ‘kemauan’ untuk tercakup dalam apa yang disebut dengan
melakukan korupsi? Tulisan ini hendak tindakan korupsi. Dalam konteks ini
menguji adakah keterhubungan antara pula, bahwa poin penting dalam praktik
pilihan beragama dengan praktik korupsi adalah penyalahgunaan
korupsi. Dalam konteks Islam, hal ini wewenang, kekuasan dan kepercayaan.
dapat dipersempit kembali, adakah Segala bentuk penyalahgunaan ini akan
hubungan antara pilihan teologis dalam dengan mudah diidentifikasi sebagai
praktik korupsi? Beberapa poin ini yang praktik korupsi.
hendak diuraikan dalam tulisan berikut Memang, praktik korupsi bukan
ini, di samping konsekuensi hukum Islam fenomena baru. Begitu tuanya praktik
dalam melihat tindakan korupsi. korupsi, maka dalam perkembangannya
Tulisan ini menjadi penting praktik ini begitu massif, bahkan nyaris
lantaran Indonesia dihuni oleh mayoritas tidak ada ruang yang terbebas dari
umat Islam. Pada saat yang sama, sebagai korupsi. Yang membedakan hanyalah
negara yang pemeluk agamanya pada cara, kuantitas, dan kualitasnya.
mayoritas Islam, Indonesia juga didaulat Korupsi tidak hanya terjadi di negara-
sebagai negara terkorup kedua di Asia negara berkembang seperti Indonesia,
(2009) setelah Thailand dan tingkat 111 tetapi juga di negara-negara kaya seperti
di dunia. Kenyataan ini, bagi sebagian Amerika Serikat dan negara-negara
kalangan, ditengarai akibat kegagalan Eropa. Meskipun demikian, di negara-
agama dalam membatinkan nilai-nilai negara berkembanglah korupsi tumbuh
dan ajaran agama bagi pemeluknya, di dengan teramat subur.5
samping karena, dan ini yang terpenting, Begitu pula, pelaku korupsi tidak
mentalitas warga Negara dalam menyi- terjadi hanya pada satu penganut agama
kapi praktik korupsi. tertentu, tetapi merata di hampir

Korupsi Sebagai Fakta 4 Syed Husein Al-Attas, Korupsi: Sifat, Sebab, dan Fungsi,
(Jakarta: LP3ES, 1987). Bandingkan juga definisi yang
Istilah korupsi berasal dari Bahasa disampaikan Public Services International (PSI) bahwa
Latin corruptus3 yang berarti busuk, korupsi adalah “the misuse of entrusted power for personal
rusak, menggoyahkan, memutar balik, benefit”. PSI, “Good Governance and Corruption,”
dalam
dan menyogok mencakup unsur-unsur
http://www.world.psi.org/Template.cfm?Section=Ho
seperti melanggar hukum yang berlaku, me&CONTENTID=4559&TEMPLATE=/ContentManag
menyalahgunakan wewenang, merugi- ement/ContentDisplay.cfm. Bandingkan juga dengan
definisi yang diberikan tim penyusun Kamus Bahasa
kan negara, dan memperkaya diri sendiri.
Indonesia yang mengatakan bahwa korupsi adalah
Pengertian ini selaras dengan definisi perbuatan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan
yang digunakan Syed Husein Al-Attas sendiri (seperti menggelapkan uang atau menerima
uang sogok). Lihat Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
3Soetandyo Wignjosubroto, ”Korupsi Sebagai Masalah Pendidikan Nasional, 2008), h. 813
Sosial Budaya”, dalam A.S Burhan, dkk (Ed.), Korupsi di 5 Tim Penulis, NU Melawan Korupsi (Kajian Tafsir dan

Negeri Kaum Beragama: Ikhtiar Membangun Fiqih Anti Fiqih), (Jakarta: PBNU, TK GNPK NU, Partnership,
Korupsi (Jakarta: P3M, 2004, h. 99 2006), h. 2

19
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010

penganut agama-agama yang ada. ratisasi. Gagasan ini mempercayai bahwa


Singkatnya, praktik korupsi tidak apabila masyarakat sipil terbentuk maka
mengenal teritori dan identitas agama korupsi akan jauh lebih mudah
pelakunya. Siapa pun dan di mana pun diberantas. Transparansi dan demokra-
memiliki potensi untuk melakukan tisasi sekaligus juga melahirkan elemen
korupsi. kontrol terhadap korupsi dan penyalah-
Di Indonesia, kesuburan lahan gunaan kekuasaan. Dalam konteks ini
korupsi dari tahun ke tahun cenderung pula dapat dikatakan bahwa tata kelola
meningkat. Walaupun pada tahun 2009, pemerintahan yang baik (good governance)
Transparency International dalam indeks merupakan prasyarat bagi pemberan-
persepsi korupsi (corruption perception tasan korupsi. Jika tidak, maka jangan
index/CPI) yang dikeluarkannya menun- berharap agenda perang melawan
jukkan bahwa peringkat korupsi korupsi membuahkan hasil, sebaliknya
Indonesia semakin baik dengan nilai malah kian meningkat dan semakin sulit
indeks 2,8, meningkat dari tahun untuk diberantas.
sebelumnya, 2,6,6 namun tetap saja gurita
korupsi ini tidak bisa disepelekan begitu Islam dan Budaya Korupsi
saja. Belum tuntasnya penyelesaian Jika korupsi merupakan bentuk
hukum kasus korupsi sejumlah tokoh dan penyalahgunaan wewenang untuk
konglomerat menunjukkan belum kepentingan pribadi, maka sudah pasti
tegasnya pemerintah dalam menuntaskan Islam mencelanya. Dengan demikian,
persoalan korupsi di tanah air. segala tindakan yang secara moral
Telah banyak upaya dilakukan tercela, maka dalam Islam selalu
pemerintah dalam konteks pemberan- diidentifikasi dalam kategori dosa yang
tasan korupsi, namun tetap saja korupsi mendapat siksa bagi pelakunya.
merupakan budaya yang nyaris sulit Sebaliknya, segala perbuatan yang secara
untuk diberantas. Belum lagi lahirnya moral terpuji, maka dalam Islam selalu
ide-ide dari organisasi-organisasi anti diidentifikasi dan dijanjikan pahala bagi
korupsi untuk menempatkan gerakan belakunya. Ini artinya bahwa segala
anti korupsi sebagai sebuah gerakan tindakan yang berdampak positif bagi
sosial. Artinya, gerakan anti korupsi kemaslahatan publik merupakan
harus berjalan linier dengan demok- tindakan yang sangat dianjurkan, dan
sebaliknya segala tindakan yang
6http://www.ti.or.id/researchsurvey/90/tahun/2009/ berdampak negatif bagi kemaslahatan
bulan/11/tanggal/17/id/4675/. Diakses terakhir 06 publik sangat dicela.
Januari 2010. Kenaikan poin indeks persepsi korupsi
Dalam konteks ini, korupsi
tahun 2009 ini juga turut menaikkan rangking
Indonesia dibandingkan negara-negara lain, yang merupakan tindakan amoral yang dihujat
sebelumnya pada posisi ke-126 dari 180 negara bergeser semua orang. Kenapa korupsi dianggap
pada peringkat 111 dari 180 negara. Ini artinya,
sebagai tindakan amoral dan bagaimana
Indonesia mengalami kenaikan 15 tingkat dari tahun
sebelumnya. Lihat, “Indeks Persepsi Korupsi RI Naik perspektif fiqih menyangkut pelaku
Kelas” dalam detiknews, 17/11/2009. tindakan korupsi, serta bagaimana Islam
http://www.detiknews.com/read/2009/11/17/150100
berikhtiar agar korupsi dihindari oleh
/1243378/10/indeks-persepsi-korupsi-ri-naik-kelas.
Diakses terakhir pada 06 Januari 2010. Lihat pula, umatnya?.
Trasparancy International, Global Corruption Report Pertanyaan ini penting diajukan
2009: Corruption and the Private Sector (Cambridge:
lantaran Indonesia dengan umat Islam
Cambridge University Press, 2009), h. 262

20
Islam,Budaya Korupsi dan Good Governance
Ahmad Fawaid

terbesar menjadi negara dengan tingkat suatu tanggung jawab yang sebelumnya
korupsi yang tinggi. Dalam konteks juga ditawarkan pada makhluk-Nya yang
inilah, KH. Mustofa Bisri dengan tegas lain, seperti langit, bumi, dan gunung-
mengatakan bahwa hidup serba dunia gunung. Tapi hanya manusia yang
merupakan awal dari tindakan korup merasa mampu untuk mengembannya
sembari mengutip ungkapan Arab yang (Al-Ahzab [33]: 72).
populer bahwa cinta dunia merupakan Meskipun amanat ini merupakan
pangkal dari segala petaka (hubb al-dunya tugas yang cukup berat, tapi manusia
ra’su kulli khati’ah).7 siap mengembannya. Oleh karena itu,
Pola hidup hedonistik dan serba dalam komitmennya sebagai khalifah
dunia yang menjadi tren umat Islam Allah di muka bumi yang mengemban
inilah yang menjadi biang mengapa amanat, maka manusia tidak hanya
korupsi menjadi budaya yang begitu bertanggung jawab secara vertikal semata
massif. Orientasi serba dunia inilah yang kepada Allah, melainkan juga secara
mengubah persepsi yang diajarkan ulama horizontal kepada sesama manusia,
bahwa dunia hanyalah wasilah bahkan terhadap alam. Artinya, segala
(instrumen) bukan ghayah (tujuan), tanggung jawabnya kepada manusia dan
menjadi dunia adalah tujuan itu sendiri. alam, juga merupakan tanggung jawab
Padahal dalam Islam, dunia bukan dia kepada Tuhannya.
sesuatu yang harus dihindari, apalagi Salah satu bentuk amanat adalah
ditinggalkan, melainkan diperjuangkan amanat kekuasaan publik dan amanat
sebagai modal untuk tujuan pengabdian harta publik.8 Sebagaimana diketahui,
kepada Allah. Dalam konteks ini, mencari bahwa manusia adalah khalifah di muka
dunia bukan saja suatu yang penting bumi. Dan setiap manusia adalah
untuk diperjuangkan, melainkan diwajib- pemimpin yang dituntut pertanggung-
kan untuk dicari. (QS. Al-Qashash [28]: jawabannya atas apa yang dipimpinnya.
77). Dalam konteks amanat kekuasan
Salah satu bentuk membuat dan harta publik inilah, sebenarnya
kerusakan di muka bumi adalah praktik korupsi kerapkali terjadi.
penyalahgunaan wewenang yang di- Adagium yang cukup terkenal sebagai-
embankan kepadanya. Hukum Islam mana dikatakan Lord Acton, power tends
tidak menyalahkan untuk mencari to corrupt, menunjukkan adanya korelasi
kebutuhan duniawinya sepanjang dengan positif antara wewenang atau kekuasaan
cara-cara yang ditetapkan oleh syari’at. dengan korupsi. Korupsi menjadi sangat
Persoalannya menjadi lain jika dunia itu mungkin karena amanat yang
dicari dan diperoleh dengan cara yang dipercayakan kepadanya disalah-
tidak sebenarnya. Apalagi lagi jika itu gunakan. Dalam prinsip Islam, amanat
dicapai dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik itu seharusnya
amanat yang diembannya. Dalam dijalankan atas dasar kemaslahatan
konteks ini, amanat merupakan tanggung umum. Kaidah fiqih yang begitu populer
jawab yang harus diemban manusia, di kalangan masyarakat pesantren adalah
tasharruf al-imam ‘ala al-ra‘iyah manuthun bi
7 KH. Mostafa Bisri, “’Serba Dunia’: Awal Mula al-mashlahah (Kebijakan dan tindakan
Tindakan Korup” dalam A.S Burhan dkk (Ed), Korupsi
di Negeri Kaum Beragama: Ikhtiar Membangun Fiqh Anti
Korupsi, (Jakarta: P3M, 2004), h. 121 8 Tim Penulis, NU Melawan Korupsi, h. 80

21
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010

pemimpin terhadap rakyat harus selalu yang pada gilirannya memaksa rakyat
didasarkan pada kepentingan dan miskin melakukan tindak kriminal massal
kemaslahatan mereka).9 sehingga terjadilah instabilitas sosial.
Jika kepentingan publik me- Terhadap tindakan semacam itu,
rupakan prinsip yang harus ditunai-kan Islam dengan tegas melarangnya. Dalam
oleh orang yang mengemban amanat terminologi fiqih, istilah korupsi tidak
kekuasaan publik, maka korupsi ditemukan padanannya. Namun dilihat
merupakan tindakan sebaliknya, yaitu dari substansi dari korupsi, banyak istilah
pengkhianatan terhadap amanah jabatan yang bisa dikaitkan dengan praktik
publik. Jika kemaslahatan manusia korupsi, yaitu risywah (suap) yang
menjadi tujuan utama syariat Islam, maka mencakup uang pelicin, money politics, dll;
segala hal yang membawa kerusakan ghulul (penggelapan) yang tercakup
pada manusia jelas-jelas dilarang oleh didalamnya pengkhianatan.11 Artinya,
Islam. Tindakan korupsi merupakan jenis istilah-istilah tersebut mengacu pada
perbuatan yang berdampak kerusakan penyalahgunaan wewenang untuk
pada manusia. Ini karena budaya korupsi kepentingan pribadi, atau disebut
telah menempatkan manusia sebagai korupsi.
budak dari harta benda yang seharusnya Risywah misalnya merupakan
berada di bawah kontrol dirinya. Korupsi tindakan penyuapan yang sebagaimana
juga merusak sistem ekonomi kehidupan definisinya12 bertujuan untuk menyalah-
manusia karena korupsi telah kan yang benar dan membenarkan yang
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. salah. Jika demikian, maka risywah dinilai
Selain itu, korupsi juga merusak sistem dapat mengganggu proses pemilihan dan
politik kehidupan manusia karena penentuan keputusan sehingga ber-
korupsi menyebabkan kekuasaan langsung tidak secara semestinya.
menjadi komoditas yang diperjualbelikan Tindakan ini merupakan bagian dari
sehingga hanya bisa diakses oleh mereka praktik korupsi yang dilarang oleh
yang mempunyai modal kuat, bukan oleh agama. Ini ditegaskan dalam firman
siapa saja yang mempunyai tanggung Allah surah Al-Baqarah [2] ayat 188, di
jawab dan kecakapan memimpin yang samping juga dalam hadis Nabi Saw:
memadai.10 Allah melaknat penyuap (al-rasyi) dan
Korupsi juga merusak lingkungan penerima suap (al-murtasyi).13 Begitu juga
kehidupan manusia karena ia dapat dengan ghulul. Dalam Lisan al-Arab, ghulul
menyebabkan lingkungan dapat bermakna khianat,14 dalam arti pengkhia-
dieksploitasi demi keuntungan materiil natan dalam rampasan perang. Larangan
kalangan tertentu sedemikian rupa
sehingga mengakibatkan bencana alam 11 Keputusan Bahtsul Masail Nasional Memabngun
Fiqih Anti Korupsi, dalam lampiran A.S Burhan dkk,
yang berulang-ulang. Pada tataran Korupsi di Negeri Kaum Beragama, h. 217
kesejahteraan manusia, korupsi menim- 12 Dalam At-Ta’rifat, risywah dipahami sebagai sesuatu

bulkan ketimpangan sosial, kesenjangan yang diberikan untuk menyalahkan yang benar atau
membenarkan yang salah. Lihat, Al-Jurjani, At- Ta’rifat
antara minoritas orang kaya dan (Beirut, Maktabah Lubnan, 1978 M), h. 116.
mayoritas orang miskin semakin lebar 13 Abu Daud, Sunan Abi Daud (Beirut: Dar al-Hadits,
1393 H/1973 M), juz IV, h. 10. Hadis ini juga
9 As-Suyuti, al-Asybah wa an-Nadhair, h. 121, Ibn Nujaim, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Tirmidzi.
al-Asybah wa an-Nadhair, h. 123. 14 Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, jilid 11, (Beirut: Dar
10 Tim Penulis, NU Melawan Korupsi, h. 69 Shadir, 2000), h. 74

22
Islam,Budaya Korupsi dan Good Governance
Ahmad Fawaid

ini didasarkan pada firman Allah Swt aparat pemerintahan untuk berupaya
dalam surah Ali Imran ayat 161 dan memberantasnya. Ini juga perlu ditopang
sejumlah hadis. oleh warga negara secara keseluruhan
Jika demikian, lalu sanksi apa yang untuk ambil bagian dalam proses
patut diperlakukan pada para koruptor? pemberantasan korupsi, dengan
Setidaknya, ada dua sanksi yang bisa setidaknya mengawali dari lingkungan-
ditimpakan pada koruptor, yaitu sanksi nya sendiri. Dalam konteks peme-
duniawi dan sanksi akhirat.15 Sanksi rintahan, tata kelola pemerintahan
dunia meliputi sanksi hukum yang memiliki korelasi positif dengan produk
disesuaikan dengan kadar tindakannya pembangunan.16 Termasuk di dalamnya
serta aturan hukum yang berlaku. dalam penurunan tingkat korupsi.17
Termasuk dalam sanksi dunia adalah Tata kelola pemerintahan, atau
sanksi sosial. Sanksi sosial ini mencakup kerap dikenal dengan good governance,
pengucilan, tidak diterima kesaksiannya, merupakan prasyarat utama dalam
dll. Selain itu adalah sanksi moral. Dalam pemberantasan korupsi. Tata kelola
konteks ini, Nahdlatul Ulama dalam pemerintahan yang baik ini setidaknya
Musyawarah Nasional (Munas) Alim didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu
Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) transparansi, akuntabilitas, partisipasi.
NU di Asrama Haji Pondok Gede pada Transparansi ini diwujudkan
tanggal 25-28 Juli 2002 menghimbau agar dengan memberikan akses yang terbuka
ulama tidak menshalati jenazah koruptor. ke semua kalangan dalam setiap
Kedua, sanksi di akhirat. Ini terlihat prosesnya. Dalam terminologi agama,
dengan banyaknya ayat dan hadis yang transparansi ini disetarakan dengan
menjelaskan laknat Allah bagi pelaku kejujuran. Kejujuran merupakan pilar
suap yang juga menjadi bagian dari penting dalam terbentuknya tata kelola
praktik korupsi. Begitu juga ayat dan pemerintahan yang baik. Betapa tidak, di
hadis yang menjelaskan halangan orang tengah situasi yang sarat manipulasi,
yang memakan harta haram untuk masuk kejujuran menjadi barang langka di
surga, sebgaimana dalam hadis berikut: kalangan umat. Pemimpin tidak jujur dan
Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh bahkan kerap memanipulasi warganya,
dari suht [harta haram](HR. Ad-Darimi). begitu pula sebaliknya. Warga tidak jujur,
Dan banyak lagi argumentasi normatif bahkan pada dirinya, sehingga ia tidak
dalam Al-Qur’an dan Hadis yang kuasa menyampaikan keinginannya pada
menjelaskan murka Allah bagi orang penguasa menyangkut hak dan
yang menyalahgunakan amanat yang kewajibannya. Allah berfirman:
dipercayakan kepadanya.

Islam, Good Governance dan


Pemberantasan Korupsi 16 Max. H. Pohan, “Mewujudkan Tata Pemerintahan
Lokal yang Baik (Local Good Governance) dalam Era
Menggunungnya problem korupsi Otonomi Daerah”, dalam
memang memerlukan i’tikad serius dari www.bappenas.go.id/index.php
17Good Governance And Anticorruption: The Road

Forward For Indonesia, paper yang dipresentasikan


15Tim Penulis, NU Melawan Korupsi, h. 112-119; Tim Asian Development Bank pada Pertemuana ke-8 CGI di
Penulis, Fikih Antikorupsi: Perspektif Ulama Paris, 27–28 July 1999. Lihat,
Muhammadiyah, (Jakarta: Muhammadiyah, 2006), h. 80 http://www.adb.org/Documents/Papers/Governance_Anticor
dan seterusnya. ruption/4agov-an.pdf. Diakses terakhir 15 Januari 2010

23
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010

“Wahai orang yang beriman, bertakwalah peran yang dilakoninya. Nabi


kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama Muhammad Saw bersabda:
orang-orang yang benar dan jujur.” (QS. “Ingatlah, kalian adalah pengembala dan
At-Taubah [9]: 119) kalian bertanggung jawab terahadap
Ayat ini memberikan ajakan pada gembalaannya. Maka pemimpin adalah
umat beriman untuk senantiasa pengembala dan ia bertanggung jawab pada
melaksanakan tanggung jawab yang gembalaannya. Seseorang adalah
diperintahkan oleh Allah dan pengembala bagi keluarganya, maka ia
menghindari segala yang dilarang-Nya, bertanggung jawab atas
dan kelak di surga ia akan bersama gembalaannya….Ingatlah bahwa kalian
dengan orang-orang yang patuh dan adalah pengembala dan kalian diminta
jujur. Sebagai lawan dari kejujuran adalah pertanggungjawabannya atas gembalan
kemunafikan dan kedustaan. Ilustrasi kalian.”18
yang disampaikan Nabi Muhammad Salah bentuk wujud tanggung jawab
Saw. dalam sabdanya penting dikutip. itu adalah setia dan memegang teguh
Dalam riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah janji, baik itu janji setia antara dirinya
Saw. bersabda: “Kebenaran dan kejujuran dengan Tuhannya maupun antara dirinya
menunjukkan pada kebaikan, dan kebaikan dan sesamanya. Allah SWT berfirman:
menunjukkan pada surga. Sebaliknya dusta “Wahai orang yang beriman, tunaikanlah
menunjukkan pada durhaka dan durhaka kontrak-kontrakmu…” (QS. Al-Maidah
menunjukkan pada neraka…”. [5]: 1)
Selain transparan dan jujur, pilar Selain itu, pilar lainnya adalah
lainnya adalah akuntabel. Dalam bahasa partisipasi. Partisipasi yang dimaksud
agama, ini terkait amanat, setia, dan tepat adalah kebersamaan para plaku,
janji (al-amanah wa al-wafa’ bi al-‘ahdi). termasuk kalangan marginal dan
Orang yang mengedepankan transpa- perempuan untuk secara gotong-royong
ransi dan jujur dalam tingkah lakunya, membicarakan, merencanakan, dan
biasanya akan mudah dipercaya, dan membuat kebijakan pengelolaan sumber
dipastikan setia dan tepat janji. Adalah daya publik serta mengawasi dan
umat manusia yang ditahbiskan menjadi mengevaluasi pelaksanaannya.19
khalifah di muka bumi ini memiliki Terminolongi ini dalam bahasa agama
tanggung jawab untuk mengelola dikenal dengan prinsip at-ta’awun
kehidupan. Bentuk tanggung jawabnya (gotong-royong). Pilar ini penting karena
tentu saja beragam, dan sangat betapa pun individu-individu telah
bergantung dengan peran yang memegangi sifat jujur, bertanggung
dilakoninya, sebagaimana diisyaratkan jawab, dan adil, namun tanpa dibarengi
oleh Allah swt. dalam suatu surat al- dengan semangat kerja sama dan
Qur’an al-Karim; kooperasi, maka untuk menggapai
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak 18 Hadis ini diriwayatkan dengan redaksi yang berbeda.
menerimanya…” (QS. An-Nisa’ [4]: 58) Teks hadis ini mengikuti redaksi hadis Bukhari. Lihat
Dalam konteks ini, hadis riwayat Al-Bukhari, Shahih Bukhari, hadis no. 844, 2322, 2368.
2371, 2546, 4789, 4801, 6605. Lihat juga, Imam Muslim,
Imam Bukhari dan Muslim tepat untuk Shahih Muslim .
menjelaskan bahwa masing-masing 19Alexander Irwan, “Pemberantasan Korupsi sebagai

memiliki tanggung jawab sesuai dengan Gerakan Budaya”, dalam Jurnal Wacana, Edisi 14, Tahun
III 2002, h. 37

24
Islam,Budaya Korupsi dan Good Governance
Ahmad Fawaid

kebaikan bersama menjadi demikian umat Islam untuk bersama-sama meng-


sulit. Dalam hal, ini gotong-royong amankan predikat umat terbaik yang
menjadi bagian dari upaya konsolidasi disematkan oleh Allah Swt. Pemimpin
dan penguatan komunitas untuk bertanggung jawab sebagai seorang
melapangkan cita-citanya. Tentu saja pemimpin, dan warga bertanggung jawab
kerja sama itu ditujukan untuk sebagai warga dengan segala peran dan
kemaslahatan bersama. Dalam konteks tugasnya. Adalah Umar ibn Al-Khattab
ini, Allah SWT berfirman: yang saat itu menjadi Amirul Mukminin
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam suatu saat berkhutbah, “Jika kalian
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan melihatku melenceng dari peran dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa tanggung jawab saya, luruskanlah!
dan pelanggaran….” (QS. Al-Maidah [5]: “Seandainya kami melihat Anda melenceng
2) dari tanggung jawab, kami akan luruskan
Prinsip-prinsip di atas seharusnya Anda dengan pedang kami,” jawab salah
ditopang dengan i’tikad pemerintah seorang pengembala unta dengan tegas
untuk menegakkan supremasi hukum sembari berdiri.
dengan asas keadilan untuk sesama. Pada Begitu juga Nabi Muhammad Saw.
saat yang sama, ini juga disertai Jauh sebelum Umar menggantikan Abu
pemihakan pemerintah pada kepentingan Bakar al-Shiddiq dan kenabian
masyarakat dalam segala bentuk Muhammad Saw, Nabi Muhammad Saw
kebijaksanaannya. Potret ini merupakan dalam setiap kesempatan memberikan
ideal yang dikehendaki Islam dalam apa teladan bagaimana umat Islam
yang disebut dengan predikat umat seharusnya bertindak dalam keseharian,
terbaik (QS. Ali ‘Imran [3]: 110). dari urusan yang sangat pribadi hingga
Predikat umat terbaik sebagaimana urusan publik. Teladan Nabi Muhammad
ditegaskan Al-Qur’an patut untuk Saw inilah yang terus digelorakan oleh
dipertanggungjawabkan justru ketika umatnya pasca kenabiannya, bahkan
umat Islam tidak lagi mencerminkan hingga kini.
kebaikan pesan Islam. Korupsi kian
menjadi-jadi, bahkan di negeri kaum Penutup
beragama ini.20 Dan ayat di atas penting Term “umat terbaik” yang juga be-
untuk direnungkan kembali. Dari ayat rujung pada tata kelola pemerintahan
ini, setidaknya ada tiga tugas yang saling yang baik hanyalah label yang bisa benar-
melengkapi, yaitu: menyuruh kepada benar menjadi bukti ketika umat yang
kebaikan, mencegah dari bertindak dimaksud mampu memerankan diri se-
mungkar, dan beriman kepada Allah. Ini bagai orang yang bertanggung jawab da-
artinya, beriman saja tidak cukup untuk lam mengarahkan pada kebaikan dan
menyandang predikat umat terbaik, menghalau untuk tidak bertindak mung-
tetapi harus dilengkapi dengan amar kar. Sebaliknya, ia akan menjadi mitos,
ma’ruf dan nahi mungkar. jika peran profetik keumatan, setidaknya
Tanggung jawab untuk melang- pilar-pilar di atas, tidak kuasa diperankan
sungkan “trilogi tugas suci” itu yang oleh umat Islam.
merupakan tanggung jawab kolektif Atas dasar inilah, bahwa mentalitas
serba dunia inilah yang menjadi penye-
20Istilah diambil dari judul buku Korupsi di Negara
Kaum Beragama (Jakarta: P3M, 2004)

25
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010

bab massifnya tindakan korupsi. 21 Pili- dengan rasioalitas dalam melakukan tin-
han ideologi dan anutan teologis bagi dakan korupsi. Pilihan ideologi dan teo-
masyarakat sama sekali tidak berkorelasi logi adalah satu hal, dan tindakan korup-
positif dengan praktik korupsi. Permisi- si adalah hal lain yang masing-masing
fisme dan kelonggaran teologi jabariyah tidak memiliki ikatan yang setara. Menta-
sama sekali tidak berkorelasi positif pada litas itulah yang menjadi pemicu terja-
kelonggaran sikap dan persepektif, ter- dinya praktik korupsi. Wa Allāh a’lam bi
masuk dalam sikap dan perspektifnya al-sawāb
terhadap tindakan korupsi.



Sebaliknya, rasionalitas perspektif


qadariyah juga tidak berbanding lurus

21Koentjaraningrat menyebutkan lima sifat dan


mentalitas yang merusak karakter, yaitu mentalitas
yang meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas,
sifat tidak percaya pada diri sendiri, sifat tak berdisiplin
murni, dan sifat tidak bertanggung jawab. Mentalitas
semacam ini pula yang membiakkan praktik korupsi
yang kian hari kian kronis ini.

26
KARSA, Vol. XVII No. 1 April 2010

96

Anda mungkin juga menyukai