PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas saya mencoba untuk menyajikan hal penting mengenai
konteks contoh korupsi dalam ideologi pancasila dalam kehidupan keseharian masyarakat
Indonesia serta bagaimana bentuk, penyebab dan solusi penyimpangan yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Apa contoh kasus korupsi ideologi ?
2. Apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan atau menghindari kasus ini terjadi ?
1
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah mengenai Manusia Makhluk Materialisme ini
1. Untuk memenuhi tugas saya untuk mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi
ideologi
2
BAB II
PEMBAHASAN/ANALISA
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan, buah pikiran. logika yang berarti ajaran. Atau Logos yang
berarti ilmu. Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku
seseorang dalam berbagai bidang kehidupan, seperti :
Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh seorang filsuf Perancis, Destutt de Tracy,
pada tahun 1796. Destutt de Tracy menggunakan kata ideologi untuk menunjuk pada suatu
bidang ilmu yang otonom, ialah analisis ilmiah dari berpikir manusia, otonom dalam arti lepas
dari metafisika tetapi juga untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu,
sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang
dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat.
Ideologi merupakan sistem keyakinan yang menyembunyikan kontradiksi-
kontradiksi internalnya. Artinya, dalam setiap ideologi disembunyikan kontradiksi-
kontradiksi dalam ajaran-ajarannya. Misalnya, di dalam ajaran demokrasi liberal terdapat
3
kelemahan-kelemahan yang merugikan sesama manusia dalam pemberian kesempatan untuk
berkembang. Manusia yang gagal merupakan orang-orang yang tidak mampu mencapai
kesuksesan dan bukan kontradiksi dalam sistem ekonomi itu sendiri.
Ideologi juga dapat didefinisikan sebagai aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui
proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan. Dalam artian akidah ialah
pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup serta tentang apa yang ada
sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam
kehidupan.Dapat dikatakan ideologi apabila memiliki dua syarat, yaitu:
Belum lama ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan survei untuk mengukur
indeks integritas instansi pemerintah. Dari 22 instansi pusat yang disurvei, Kemenag menduduki
peringkat terbawah, artinya paling korup, disebabkan banyaknya praktik suap dan gratifikasi.
Peringkat terkorup selanjutnya diduduki Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Pada saat itu, para petinggi Kemenag tidak
terima, protes instansinya disebut terkorup. Maka bisa jadi pengungkapan kasus korupsi
percetakan kitab suci Alquran oleh KPK antara lain untuk membuktikan bahwa Kemenag
memang benar-benar sarang korupsi.
Kementerian yang diharapkan menjadi penyangga moral ini justru menjadi lembaga
terkorup. Secara normatif mungkin karena agama belum menjadi panduan moral yang efektif.
Agama hanya sekadar mode atau lipstik yang berada di permukaan (ekstrinsik), belum menjadi
panduan yang menyentuh aspek-aspek instrinsik dari kedalaman nurani. Maka pelanggaran atas
nilai-nilai moral agama banyak terjadi di ruang privat, dilakukan secara diam-diam. Apa yang
terjadi di ruang privat, yang dilakukan secara diam-diam, bukan berarti tak berdampak negatif
4
(destruktif) bagi publik. Suap-menyuap jelas dilarang agama, namun kenapa di lembaga yang
berbau agama ini justru terdapat banyak kasus suap? Moral para pejabatlah yang kurang
mendalami tentang agama sehingga berbuat demikian.
Jika diamati, bisnis yang menyentuh bidang agama sangat banyak. Namun semuanya
berjalan nyaris tanpa kontrol karena ada kerja sama “tripartite” antara pihak regulator
(pemerintah, dalam hal ini Kemenag) dengan pajabat legislatif (DPR, dalam hal ini Badan
Anggaran) dan pebisnis yang saling menguntungkan. Selain urusan cetak-mencetak Alquran,
menurut survei KPK, penyelenggaraan ibadah haji merupakan sektor yang paling banyak
terdeteksi adanya praktik-praktik kotor seperti penyuapan dan gratifikasi.
Contoh korupsi dalam kementrian agama adalah korupsi pengadaan Alquran, seperti halnya
korupsi-korupsi proyek pengadaan di kementerian/lembaga pemerintahan, umumnya melibatkan
DPR. Apalagi jika proyek tersebut dibiayai oleh APBN-P yg kewenangan alokasi anggarannya
sepenuhnya ditangan Badan Anggaran DPR. Selain Banggar (anggota dan pimpinan), pihak
penentu lain adalah satker dimana proyek itu dilaksanakan. Pimp Satker yg jalankan proyek.
Dalam setiap proyek pemerintah, ada yg namanya Penanggung Jawab Pengguna Anggaran (PPA)
dan Pejabat Pembuat Komitment (PPK). Dalam kasus korupsi pengadaan Alquran ini, PPA nya
adalah dirjen Bimas Islam yg waktu itu dijabat oleh Nasaruddin Umar yg kini Wamenag RI
Wamenag Nasaruddin Umar kini terancam masuk penjara dengan tuduhan korupsi pengadaan
Alquran meski dia bantah keras tuduhan tsb. Apalagi pengadaan Alquran yg dimaksud adalah
untuk dibagikan gratis kpd seluruh masyarakat miskin yg berhak menerima. Total : 67.600 exp.
Tahun 2009 jumlah Alquran yg dibagikan gratis sebesar 42.600 dan 2010 sebanyak 45.000 ex.
Nah, yg aneh adalah ttg biaya pengadaannya. Bgmn mungkin pengadaan 67.600 alquran itu
menelan biaya Rp. 55 milyar atau Rp. 815.000 per buah. Ini kitab alquran atau televesi ?
Versi lain adalah pengakuan Wamenag bhw dia sdh perintahkan utk revisi harga Alquran itu dari
Rp. 75.000 menjadi Rp. 35.000 per buah. Anehnya lagi, Itjen Kemenag dan Badan Pemeriksa
Keuangan RI tidak pernah menemukan korupsi/penyimpangan dalam pengadaan Alquran itu
5
2.5 Dampak Terjadinya Kasus Korupsi di KEMENAG
1. Berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah
2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah.
3. Kerugian negara dalam bidang ekonomi
4. Menghambat laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
6
e. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi,
dibarengi sistem kontrol yang efisien
f. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan
pengenaan pajak yang tinggi.
Dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang cukup
efektif untuk menanggulangi korupsi, natara lain :
a. Merestrukturisasi organisasi di berbagai sektor pemerintahan sehingga bisa memudahkan
dalam pengawasan/kontrol terhadap kinerja aparat pemerintahan.
b. Meningkatkan kesejahteraan pegawai sehingga bisa mengurangi dorongan untuk
melakukan korupsi
c. Penegakan hukum secara tegas dengan menerapkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, pemberian sanksi pidana
maupun sanksi sosial yang bisa memberikan efek jera sekaligus bisa memberikan
peringatan bagi aparatur negara lainnya agar tidak melakukan korupsi.
d. Meningkatkan kesadaran seluruh elemen bangsa untuk turut berpartisipasi dalam
melakukan kontrol sosial serta pengawasan kinerja pemegang kekuasaan publik serta
memaksimalkan fungsi media massa sebagai agen untuk mengontrol kinerja
pemerintahan.
e. Menciptakan pemerintahan yang bersih, jujur, dan terbuka
f. Pencatatan kekayaan aparatur negara secara berkala sehingga bisa diketahui apabila ada
aparatur negara yang mempunyai kekayaan yang tidak wajar.
g. Menanamkan rasa nasionalisme sejak dini, serta memberikan pendidikan tentang dampak
yang ditimbulkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta membangun karakter
generasi penerus bangsa yang berkarakter Pancasila.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa korupsi berasal
dari: busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka
yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka, ini adalah salah satu tindak korupsi. Ideologi yang berarti melihat, atau
idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran. logika
yang berarti ajaran. Atau Logos yang berarti ilmu. Pengertian Ideologi secara umum adalah
suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang
mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan
DAFTAR PUSTAKA
8
Gie. 2002. Pemberantasan Korupsi Untuk Meraih Kemandirian, Kemakmuran, Kesejahteraan dan
Keadilan.
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Strategi pencegahan & penegakan hukum Tindak Pidana Korupsi (Chaerudin,SH.,MH. Syafudin
Ahmad Dinar,SH.,MH. Syarif Fadillah,SH.,MH.)
Modus Operandi Pelanggaran Keppres No. 80 tahun 2003 dari Perspektif KPK
Drs. MM. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Drs.Joko Budi santoso. Pendidikan kewarganegaraan untuk SMK Kelas X
Hamzah jur andi,(2005), pemberantasan korupsi, Jakarta,PT Raja Grafindo Persada
Dikoro wirdjono projo,(2005),tindak pidana tertentu di Indonesia, Jakarta,PT Raja Grafindo
Persada
Komisi Pemberantasan Korupsi (2008), Survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan Korupsi
Tahun 2008.
Arvin, K. Jain, Corruption: A Review. Concordia University, Journal of Economics Survei, Vol.
15, No. 1, 2001
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Harold D. Laswell. Who Gets What, When, How. New York: Meridian Books, Inc, 1959.
Napitupilu, Diana. KPK in Action. Jakarta: Raih Asa Sukses, 2010.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
1992.
Zachrie, Ridwan, dan Wijayanto. Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.