Anda di halaman 1dari 6

Korupsi Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam

UAS Filsafat Politik


Fauziah Azmi Karramna // 1198040028

*korespondensi: fauziah.karramna@gmail.com

Abstrak
Korupsi itu kotor, perilaku busuk dan merusak banyak hal seperti menghancurkan
moral, menghancurkan masa depan bangsa, menghancurkan perekonomian negara dan
lain sebagainya. Korupsi biasanya dilakukan oleh pejabat, baik politisi, PNS atau pihak
lain hanya untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Korupsi adalah sifat serius yang
menciptakan masalah dan membahayakan stabilitas dan keamanan negara.
Keberhasilan dalam memberantas korupsi tergantung pada mereka yang bersedia
mengungkap kebenaran dan memiliki keberanian untuk melaporkannya ke KPK. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan penegak hukum dalam kasus tindak pidana
korupsi dan memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan tindak pidana korupsi.
KPK sangat berharap peran masyarakat adalah memberikan informasi atau laporan
dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di sekitarnya. Informasi yang valid disertai
bukti pendukung yang kuat akan sangat membantu KPK dalam menyelesaikan kasus
korupsi. Memiliki pengetahuan agama yang kuat dianggap memiliki hati yang kuat dan
tidak akan berani melakukan tindakan kotor. Namun kenyataannya sangat berbeda,
status keagamaan hanya digunakan sebagai kedok sehingga orang percaya bahwa ia
adalah manusia yang baik dengan pengetahuan agama yang tinggi dan tidak mungkin
melakukan korupsi dan tindakan jahat lainnya. Tokoh politik yang memiliki sifat
kejujuran, keadilan, dan kepedulian sangat minim dan sangat diperlukan oleh seorang
pejabat. Peneliti Hukum Indonesian Corruption Warch (ICW) Aradia Caesar mengaku
sedih dengan banyaknya tokoh agama yang terjebak dalam kasus korupsi. Oleh karena
itu, ia menganggap korupsi saat ini telah mengalahkan iman seseorang. Para koruptor
dengan mempunyai pengetahuan agama harus malu apabila melakukan tindakan
korupsi. Hal ini dikarenakan tindakan korupsi termasuk dalam dimensi haram karena
korupsi dilarang karena menghalalkan segala cara hanya demi mendapatkan
keuntungan sendiri.
kata kunci: Korupsi, KPK
Pendahuluan

Korupsi bukanlah sebuah isu baru yang berkembang di tengah masyarakat, tetapi
korupsi adalah masalah klasik yang sampai saat ini kerap diperbincangkan oleh media
massa. Banyaknya berita korupsi yang diperbincangkan di tengah masyarakat
menunjukkan bahwa seiring berkembangnya zaman, korupsi semakin besar
menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara (Fitriani, 2020). Charles
Caleb Colton (1780-1832) berpendapat bahwa korupsi seperti bola salju, sekali
berguling maka ia akan semakin membesar. Penyelenggaraan negara yang bersih
menjadi penting dan sangat diperlukan untuk menghindari praktek-praktek korupsi
yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan,tetapi juga oleh keluarga dan
kroninya, yang apabiladibiarkan,maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang
sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak
pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara
negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni
dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara. Berdasarkan data
dari Indonesia Corruption Watch (ICW) menjelaskan bahwa tahun 2013 sebanyak 560
kasus dan tahun 2016 meningkat menjadi 626 kasus. Hal ini menunjukkan dari tahun ke
tahun korupsi di  Indonesia semakin meningkat. Selain itu penegakan hukum di
Indonesia terlalu lemah  dalam menangani kasus korupsi. Dilansir dari laporan ICW
yang menunjukkan sejak bulan Januari-Juni 2016 yaitu dari 384 terdakwa tindak pidana
korupsi rata-rata hukuman penjara yang diberikan hanya dua tahun satu bulan, bahkan
diantaranya mendapatkan vonis bebas. Penerapan hukuman penjara yang terlalu
singkat tentunya dinilai tidak mampu memberikan efek jera bagi para koruptor. Alasan
peneliti tertarik untuk mengamati kasus tentang korupsi adalah karena di Indonesia
masih banyak pejabat yang melakukan korupsi apalagi tokoh agama oleh karena itu
penting bagi pembaca untuk mengetahui bahwa korupsi itu masalah serius, karena
banyak sekali dampaknya salah satunya bisa menghancurkan masa depan bangsa.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan


suatu metode yang digunakan untuk meneliti status suatu objek, sekelompok manusia,
suatu sistem pemikiran, suatu situasi kondisi, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang (Nazir 1988). Pengertian metode penelitian kualitatif menurut Sugiono yang
ditulis oleh Sari (2020), adalah metode yang dilakukan untuk meneliti yang
berdasarkan pada filsafat post positivism, metode tersebut digunakan untuk meneliti
kondisi objek yang bersifat alamiah ( yang merupakan lawan dari metode eksperimen )
pada metode ini peneliti berperan sebagai instrument utama. Teknik pengumpulan
yang digunakan dengan menggunakan metode tri-anggulasi (gabungan). Analisis data
yang digunakan bersifat induktif yang bersifat kualitatif dan hasil penelitian kualitatif
lebih terfokus pada arti secara umum. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan
kejadian yang sebenarnya atau fakta. Penelitian ini menerangkan dan merinci data yang
dihasilkan dengan keadaan yang sedang terjadi di Indonesia.

Analisa & Pembahasan

a. Korupsi Dalam Perspektif Islam


Persoalan tentang korupsi tidak ditemui secara eksplisit baik dalam Al-quran, Hadis
maupun kitab-kitab hukum klasik. Hal tersebut menjadi persoalan, karena untuk
memahami masalah korupsi secara konfrehensif harus dibuatkan sebuah konsep fikih.
seperti halnya masalah pencurian yang jelas hukumnya dalam Al-qur‟an (QS Al-Maidah
(5):38) yaitu: “Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa, Maha bijaksana.” Secara substansi
permasalahan korupsi dapat diidentifikasi dengan beberapa indikator antara lain:
1. kejahatan ko-rupsi dalam Islam sangat erat dengan kehi-dupan seseorang yang
sering melakukan perbuatan kotor atau najis (rijsun min amalaishaithan) yang
dihadirkan dari perbuatan bohong atau tidak jujur.
2. kejahatan korupsi dalam Islam erat kaitannya dengan seseorang yang suka
melakukan penipuan atau tidak memiliki komitmen pada amanah yang
dianugrahkan.
3. kejahatan korupsi juga berkaitan dengan praktek mengurangi timbangan dalam
suatu praktek jual beli, tidak jauh berbeda bahwa kejahatan korupsi didukung
oleh perilaku mencampuradukkan antara hak dan bathil, benar dan salah.
4. Dari aspek psikologis, kejahatan korupsi timbul akibat timbulnya manusia-
manusia tamak dan rakus, mereka yang memiliki sifat tidak mau ber syukur dan
selalu mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya.
5. Kejahatan korupsi timbul karena maraknya pola hidup yang senang dengan
berbagai kenikmatan dunia dan kurang peduli pada kepentingan umum.
Korupsi dapat diidentikkan dengan perbuatan kotor atau najis dalam ajaran islam yaitu:

1. Perbuatan korupsi sebagai najis yang ringan (mukhoffafah)


Korupsi jenis ini lebih cenderung pada perihal atau sektor swasta, seperti Pasal 21
tentang penyuapan di sektor swasta, Pasal 22 tentang penggelapan kekayaan
disektor swasta, Pasal 23 tentang pencuciann hasil-hasil kejahatan, dan Pasal 24
tentang penyembunyian.
2. Perbuatan korupsi sebagai najis menengah (mutawasithoh)
Korupsi jenis ini cenderung berdampak pribadi-sosial, seperti Pasal 18 yaitu
memperdagangkan pengaruh, Pasal 19 tentang penyalahgunaan fungsi dan Pasal 20
tentang memperkaya diri secara tidak sah.
3. Perbuatan korupsi sebagai najis yang berat (mugholadoh)
Korupsi jenis ini berdampak pada kemaslahatan nasional atau bangsa dan
internasional secara langsung, seperti dalam Pasal 15 tentang penyuapan pejabat-
pejabat publik nasional, Pasal 16 penyuapan pejabat-pejabat publik asing dan
pejabat-pejabat organisasi-organisasi Internasional publik dan Pasal 17 tentang
penggelapan.
Berbagai fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia yang jika kita pandang
sepintas korupsi itu dilakukan oleh orang-orang yang secara agama baik, misalnya
kasus korupsi pengadaan al-Qur‟an serta kasus yang melibatkan petinggi partai islam
dinegara kita, hal ini sungguh ironi yang mestinya mereka menjadi teladan tetapi justru
sebaliknya, ketika hal itu di kaji maka yang bermasalah adalah kecerdasan spritualnya.
Dalam hal ini salah satunya adalah masalah shalatnya yang mestinya menjadi perisai
dari perbuatan maksiat, karena dalam agama jelas disebutkan bahwa “Sesungguhnya
Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar (Surat Alankabut: 45)”. Ketika kita
mengkaji ayat diatas mestinya shalat itu menjadi perisai yang melindungi dan
mencegah seseorang melakukan perbuatan yang dilarang tapi faktanya sekarang
korupsi banyak juga dilakukan oleh orang-orang yang dianggap sholeh seperti apa yang
terjadi pada partai Islam di negeri ini, begitupun adanya korupsi mengenai pengadaan
Al-qur‟an.
Korupsi yang terjadi di negara kita saat ini, sudah dalam posisi yang sangat
parah, dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah
kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih
serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana terhadap kehidupan
perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Korupsi biasanya dilakukan oleh pejabat,
baik itu politisi, PNS, tokoh agama atau pihak lain yang terlibat dalam tindakan tersebut
hanya untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Penelitian serupa yang telah di tulis
oleh Wahyudi Ramadhan (2016), yaitu korupsi bisa terjadi karena sifat manusia itu
rakus. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan unsur penyebab korupsi
para pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri dan keimanan orang tersebut
sangat lemah, pendapatan yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga
keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan
cara korupsi. Moral yang lemah juga mudah tergoda untuk melakukan korupsi yang
biasanya terpengaruh dari atasan, teman setingkat, bawahannya atau pihak lain.
Seorang peneliti bernama Wibisono Gunawan (2015) menulis tokoh agama yang
terjerat dalam pusaran kasus korupsi. Diantaranya yaitu:

1. Said Agil Husin Al-Munawar

Mantan Menteri Agama di era Presiden Megawati Soekarnoputri terlibat korupsi,


lulusan Universitas Ummu Al Quro Saudi Arabia terlibat korupsi dana abadi haji
periode 2002-2005. Dia divonis lima tahun penjara.

2. Luthfi Hasan Ishaaq

Luthfi adalah Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2009–2014. Dia
adalah lulusan Punjab University, Pakistan dan mengambil gelar master dalam
program islamic studies. Dia juga merupakan salah satu pendiri Partai Keadilan
pada tahun 1998 yang merupakan cikal bakal dari Partai Keadilan Sejahtera.
Pada akhir Januari 2013, karir Luthfi kandas setelah KPK menetapkan dia
sebagai tersangka kasus korupsi yang dilakukannya dalam kasus suap impor
daging sapi. Presiden PKS itu diduga melanggar Pasal 12 huruf a atau b Pasal 5
ayat 1 dan 2, atau Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Luthfi
dipenjara selama 16 tahun dengan denda 1 miliar rupiah serta pencabutan hak
politiknya.

3. Suryadharma Ali

Suryadharma Ali merupakan Menteri Agama di era Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono (SBY). Dia merupakan lulusan Institut Agama Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1984. Ia pernah menjadi ketua umum Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Kemudian namanya, ditetapkan sebagai
tersangka oleh KPK dalam kasus korupsi dana haji dan masih menjalani proses
sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta.

4. Ahmad Fathanah

Ahmad Fathanah pernah mengenyam kuliah di Imam Muhammad Ibnu Saud


Islamic University, pada tahun 1985. Ia menjadi terkenal sejak ditetapkan KPK
sebagai tersangka dalam kasus suap kuota impor daging sapi tahun 2013 yang
menyeret Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Saat dihadirkan di persidangan
sebagai saksi, dia mengaku sebagai calo proyek impor daging sapi tersebut.
Namun Luthfi Hasan membantah Fathanah pernah memberi bantuan kepada
Partai Keadilan Sejahtera. Ahmad Fathanah juga membantah uang Rp1 miliar
yang ditemukan saat penangkapan akan diberikan kepada Presiden PKS itu. Dia
telah dijatuhi vonis 14 tahun kurungan penjara.

5. KH Fuad Amin Imron

KH Fuad Amin Imron merupakan Ketua DPRD Bangkalan. Tokoh agama Madura
yang sebelumnya menjabat Bupati Bangkalan itu diduga terlibat suap suplai gas
dan pembayaran ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sebelum ditangkap KPK,
Fuad Amin sempat menjabat Bupati Bangkalan yang sudah sering tersandung
berbagai masalah. Karir politiknya tercoreng, ketika KPK berhasil
menangkapnya saat menerima uang suap. Dia saat ini telah divonis delapan
tahun bui.

6. Gatot Pujo Nugroho

Gatot Pujo Nugroho adalah kader terbaik PKS yang merupakan Gubernur
Sumatera Utara. Dia dijadikan tersangka oleh KPK bersama istri mudanya Evy
Susanti dalam kasus dugaan suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
di Sumatera Utara. Selain tersandung kasus dugaan suap, Gatot juga sedang
dalam proses penyelidikan oleh Kejaksaan Agung dalam kasus dugaan
penyelewengan bantuan sosial.

Kesimpulan

Penyebab utama mereka melakukan korupsi adalah ketidak bermaknaan dari


shalatnya dan mesti dipertanyakan shalatnya, harusnya nilai-nilai dari shalat
terinternalisasi dalam diri sehingga bisa menjadi perisai dan shalat yang seperti ini
adalah shalat yang dalam agama disebut shalat yang khusuk, dimana shalat itu hadir
tidak hanya sebagai sebuah ritual tapi betul-betul hadir untuk mendapat ridho dari sang
pencipta, jika kita melihat shalat-shalat yang dilakukan pada zaman dulu Nabi dan para
sahabat betul-betul khusuk dalam melaksanakan shalat, kita bisa melihat Ali dan Umar
pada saat shalat mereka dibunuh tapi hal itu tidak dirasakan sekalipun karena begitu
khusuk dalam melakukan shalat, sehingga nilai-nilai shalatnya itu termanifestasi dalam
perilaku mereka. Di Indonesia status agama hanya dijadikan kedok agar masyarakat
percaya bahwa dirinya adalah manusia yang baik dengan ilmu agama yang tinggi dan
kecil kemungkinannya untuk melakukan korupsi dan perbuatan jahat lainnya, namun
kenyataannya sangat berbeda. Seorang tokoh agama pun belum tentu bebas dari
korupsi dan belum tentu amanah. Untuk seorang tokoh agama yang terjerat korupsi
saya mengambil referensi yang saya dapat dari detikNews yang berjudul “Said Agil jadi
tresangka korupsi, tetangga terkaget-kaget”. Masyarakat di sekitar rumah Mantan
Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar mengaku tak percaya Said ditetapkan
sebagai tersangka kasus korupsi dana haji. Para tetangga mengaku terkaget-kaget
karena Said dikenal sebagai orang yang taat beragama dan royal membantu. Salah
seorang tetangga yang juga merupakan teman anak Said, Deby Tokoh politik yang
memiliki sifat kejujuran, keadilan, dan kepedulian sangat minim dan sangat diperlukan
bagi seorang pejabat. Rumahnya Diperketat Setelah ditetapkan jadi tersangka,
penjagaan rumah Said Agil sangat ketat. Menurut pemantauan detikcom, ada 5 orang
berpakaian biru tua menjaga rumah Said Agil. Namun menurut Tri, salah seorang
penjaga, rumah itu hanya dijaga dua orang, sementara lainnya hanya sopir. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa orang yang memiliki ilmu agama tinggi saja berani melakukan
korupsi, apalagi yang hanya memiliki sedikit ilmu. Kita sebagai bangsa indonesia harus
satukan langkah dan perangi korupsi dengan mengawali dari diri sendiri dan dengan
harapan besar pada kejayaan Indonesia serta kesejahteraan bangsa yang ada
didalamnya sehingga akan terbentuk suatu negara kesatuan yang bebas dari korupsi.

Daftar Pustaka

Fitriani. (2020). Kronis Korupsi Melanda, Indonesia Butuh Solusi.


http://eksepsionline.com/2017/06/15/kronis-korupsi-melanda-indonesia-butuh-
solusi/

Firmansyah. (2017). KORUPSI DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM ISLAM. Al-


Amwal : Journal of Islamic Economic Law, Vol. 2 No.
file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/599-1281-1-SM.pdf

Murad, M. U. T. (2019). BENTUK–BENTUK TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM HUKUM


POSITIF DAN PANDANGAN ISLAM MENGENAI PEMANFAATAN HARTA HASIL
KORUPSI. http://www.pa-singkawang.go.id/berita/berita-terkini/131-artikel/181-
memahami-korupsi

Ramadhan, W. (2016). Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi.


https://www.kompasiana.com/wahyudi_ramadhan/57ed64e94d7a611e1fe20dfc/
faktor-penyebab-terjadinya-korupsi?page=all

Sugiyono. (2012). metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R


& D.

Wibisono, G. (2015). Para Tokoh Agama Terjerat Korupsi.


https://nasional.okezone.com/read/2015/12/08/337/1263082/para-tokoh-
agama-terjerat-korupsi

Alamat Academia: https://uinsgdbandung.academia.edu/FauziahAzmiKarramna

Anda mungkin juga menyukai